Powered By Blogger

Senin, 05 Desember 2011

Tewas Saat Menanti Kelahiran Anak


PETAKA ambruknya tembok pembatas perumahan elit The Mutiara menyisakan duka dalam bagi keluarga korban. Selain kehilangan rumah, sebagian anggota keluarga mereka juga meninggal mengenaskan.
Cerita duka yang dialami para korban ini diwarnai banyak cerita. Salah satunya adalah Hadiah (29). Warga Sukadamai yang merantau dari kampung halamannya, Pattalassang-Takalar ini juga meninggalkan cerita duka tersendiri. Maklum, korban yang turut tewas ini sedang menanti kelahiran anak pertamanya.
Hadiah memang diketahui sedang hamil besar. Usia kandungannya sudah memasuki bulan ke tujuh. Bahkan untuk kondisi darurat, bayi yang turut meninggal itu bisa saja diselamatkan kalau ada tindakan cepat atau tindakan lain yang ditempuh petugas medis. 
Menurut cerita tetangga dan keluarga dekat Hadiah, korban yang meninggal ditempat karena tertimpa tembok ini sempat dilarikan ke RS Faisal. Setelah dipastikan meninggal, korban dibawa pulang ke rumah keluarganya di Jalan Sukaria 11 Makassar.
Saat itu, janin berusia 7 bulan milik korban ini masih sempat bergoyang di dalam perut ibu malang ini. Keluarga sempat memanggil bidang untuk menyelamatkan bayi itu, namun upaya tersebut sia-sia. Bayi tersebut sudah tidak bereaksi lagi dengan kondisi perut Hadiah sudah mengeras.
Hadiah adalah putri tunggal pasangan Daeng Sadong dan Daeng Asi. Selama ini, dia menjadi tenaga sukarela di SMP/SMA Saribuana sebagai staf perpustakaan. Makanya, sebelum mayatnya dikebumikan di Takalar, banyak anak sekolah yang melayat ke rumah keluarganya.
Saat terjadi bencana, Hadiah bersama kedua orang tuanya, Sadong dan Asi. Namun kedua orang tuanya ini selamat karena saat tembok ambruk, keduanya ada di luar rumah memungut sampah. "Saat saat itu ada diluar," kata Sadong.
Dia menceritakan saat kejadian berlangsung, dirinya tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan nyawa anaknya. Apalagi reruntuhan tembok sangat besar. Ambruknya tembok ini  mengakibatkan kaki dan paha Hadiah patah. "Namun bukan itu yang mengakibatkan dia meninggal. Sebuah balok menindis lehernya ditambah lagi tembok. Bahkan balok itu bengkok," kata Sadong.
Menurut keterangan sejumlah keluarganya, Hadiah baru saja ditinggal suaminya usai lebaran Iduladha lalu. Suami tercintanya itu merantau ke Malaysia setelah kondisi ekonomi keluarganya tidak menentu. Dengan harapan hidup lebih baik, dia memilih merantau ke Malaysia. Rupanya perpisahan pasangan suami istri ini beberapa waktu lalu adalah untuk selama-lamanya.
Sebelum dimakamkan di Pattalassang-Takalar, Ketua Demokrat Makassar, Adi Rasyid Ali menyempatkan diri melayak keluarga korban, termasuk beberapa korban lainnya. Kepada keluarga korban, Adi menyalurkan bantuan tunai kepada keluarga korban.
"Untuk kebutuhan sembako sejak kemarin kita sudah salurkan kepada korban. Makanya, hari ini saya menyalurkan bantuan dalam bentuk uang tunai," kata Adi. (hamsah umar)            

Polisi Duga Faktor Kelalaian


*Manajer Proyek Diinterogasi

MAKASSAR, FAJAR--Tim khusus Satreskrim Polrestabes Makassar dan Polsekta Panakkukang bergerak cepat melakukan penyelidikan, atas ambruknya tembok The Mutiara yang mengakibatkan delapan warga tewas. Dugaan sementara menyebutkan adanya faktor kelalaian dalam peristiwa ini.
Pagi kemarin, polisi melakukan olah TKP di lokasi ambruknya tembok setinggi 7 meter ini. Hasil pengukuran diperoleh kalau panjang tembok yang runtuh ini mencapai 59 meter. 
Selain olah TKP, penyidik Polsekta Panakkukang juga melakukan interogasi sejumlah saksi utamanya dari pihak PT Sari Prima Cemerlang, selaku perusahaan yang membangun tembok di perumahan elit ini. Setidaknya ada empat saksi yang diperiksa penyidik dari pihak perusahaan.
Kapolsekta Panakkukang, Kompol Muh Nur Akbar menyebutkan, saksi yang diperiksa itu yakni Manajer Proyek, Arif, pengawas bangunan, Heri, serta mandor dan operator alat berat. Selain dari pihak perusahaan, polisi juga telah memintai keterangan sejumlah saksi utamanya keluarga korban dalam kecelakaan ini.
"Masing-masing pihak sudah memberikan keterangan dan data, termasuk  dari pihak perusahaan yang sudah memberikan data kepada kita. Data-data ini yang akan kita analisa nantinya," kata Akbar.
Soal dugaan adanya kelalaian, Akbar menegaskan pihaknya masih mendalami lebih jauh pemeriksaan saksi-saksi. "Dugaan kelalaian ini masih kita dalami, karena kami masih mengumpulkan data dan keterangan saksi," jelas Akbar.   
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha menambahkan, dalam menyelidiki ambruknya tembok perumahan hingga mengakibatkan warga tewas dan luka-luka ini, Polrestabes Makassar telah membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. "Tim sudah bekerja untuk mencari kasus ini," kata Himawan.
Untuk memastikan tingkat kelayakan tembok yang cukup tinggi itu, polisi kata dia akan melibatkan saksi ahli yang memiliki kompetensi dalam menentukan kualitas struktur bangunan, baik dari Dinas Prasarana Wilayah, maupun tim ahli bangunan dari Universitas Hasanuddin Makassar.
Makanya, dalam penyelidikan ini polisi minta klarifikasi dan data teknis mengenai pengerjaan tembok yang telah menelan korban jiwa cukup banyak ini. "Data mengenai pekerjaan yang mereka lakukan ni akan kita analisa," jelas Himawan.
Untuk memastikan tingkat kelayakan tembok utamanya dalam menahan beban timbunan, penyidik Polrestabes Makassar bahkan memastikan akan melibatkan tim ahli Unhas. Penelitian ahli mengenai tingkat kelayakan struktur bangunan ini diperlukan penyidik, untuk memastikan ada tidaknya unsur kelalaian dalam pelaksaan proyek ini sehingga menjadi petaka bagi warga yang tinggal di sekitarnya.
Polisi sendiri telah meminta pelaksana proyek untuk menghentikan kegiatan di sekitar lokasi kejadian. Bahkan, beberapa meter tembok yang masih berdiri kokoh direncanakan dirubuhkan guna menghindari adanya korban susulan.
Delapan korban tewas tersebut telah dimakamkan oleh pihak keluarga di lokasi berbeda. Tiga orang yang merupakan ayah dan anak dimakamkan di Sudiang, sementara korban lainnya di makamkan di kampung halaman di Jeneponto dan Takalar. Sementara korban luka yang dilaporkan masih menjalani perawatan di rumah sakit yakni Wati, Sabaria, Fasya, Salma, dan Naha.
Dari sejumlah warga yang rumahnya ditimpa tembok ini, belasan orang ditampung di posko bencana yakni di kantor Lurah Sinrijala. Di kantor lurah ini, tim Disaster Victim Identification (DVI) Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Sulsel juga masih terlihat berposko di lokasi bencana. Tim ini masih memantau kondisi kesehatan korban luka termasuk kesehatan keluarga korban yang ditampung di kantor lurah.
Selain posko dari pemerintah dan kepolisian, Badan Sar Nasional juga melakukan hal yang sama. Di posko bencana, warga juga berinisiatif mengumpulkan sumbangan dari warga di sekitar lokasi kejadian termasuk dari warga yang ingin  melihat langsung lokasi kejadian. Di posko bantuan ini, setidaknya ada ratusan ribu hingga jutaan dana yang terkumpul dari warga.
Sejumlah warga yang rumahnya menempel di tembok rumah elit tersebut semuanya telah mengunsi ke rumah keluarga terdekatnya. Sisanya sekitar 23 orang bertahan di kantor lurah. (hamsah umar)

Polisi Terkendala Saksi


MAKASSAR, FAJAR--Upaya penyidik Polrestabes Makassar mengungkap misteri kematian mantan Kacab Merpati Makassar, Imam Bagus Nugroho masih menuai kendala. Pemeriksaan sanksi utamanya istri korban, Andi Indriah Syafitri.
Pasalnya, sejauh ini istri korban tersebut dikabarkan masih berada di Bogor. Padahal, polisi membutuhkan banyak informasi dan keterangan dari istri korban tersebut terkait kematian korban. Informasi yang diperoleh, istri korban ini bakal tinggal di Bogor hingga tujuh hari setelah korban dikebumikan.
"Kita berharap istrinya tidak sampai harus menunggu tujuh harinya. Harapan kita dia bisa kembali dulu untuk memberikan keterangan kepada penyidik. Karena banyak yang ingin kita korek dari istri korban ini," kata Wakasatreskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar.
Sejauh ini, polisi memang sudah memeriksa sejumlah saksi. Seperti petugas keamanan kompleks, tukang ojek, hingga tukang becak yang sering  lalu lalang di kompleks perumahan tempat korban ditemukan tewas. Kendari begitu, sejauh ini keterangan saksi belum ada yang bisa mengarah pada pengungkapan kematian korban tersebut.
Sementara itu, hasil autopsi terhadap mayat korban hingga saat ini masih ditunggu polisi dari dokter forensik Unhas yang melakukan autopsi. Yang pasti, polisi akan segera membeberkan hasil autopsi tersebut jika sudah ada hasil resmi dari kepolisian. "Autopsinya kita masih tunggu dari dokter forensik," kata Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha.
Kendati sejauh ini belum ada hasil autopsi dari dokter forensik, namun bocoran yang diperoleh menyebutkan bahwa dugaan korban tewas karena bunuh diri lemah. Sejauh ini, memang berkembang isu bahwa korban tewas bukan  karena bunuh diri melaikan akibat dibunuh pihak tidak bertanggung jawab. Kecurigaan ini juga sempat disampaikan oleh keluarga korban.   
Selain hasil autopsi, polisi juga masih menunggu hasil rumus sidik jari yang ditemukan polisi saat melakukan olah TKP. Menurutnya, ada beberapa sidik jari yang diperoleh polisi dan saat ini masih dalam penelitian untuk menentukan rumus sidik jarinya seperti apa.
"Ada beberapa sidik jari yang kita peroleh. Namun bukan berarti sidik jari ini adalah pelaku yang melakukan pembunuhan. Makanya, kami masih menunggu hasilnya," tambah Himawan.
Dia menyebutkan bahwa sejauh ini polisi telah memeriksa lima orang saksi dalam kasus tersebut. Namun polisi belum mau menyimpulkan hasil pemeriksaan kelima saksi ini. (hamsah umar)
       

Dewan Jurusan Minta Rahman Dipecat


MAKASSAR, FAJAR--Setelah mahasiswa mengusulkan agar dosen Sosiologi Unhas, Rahman Saini dipecat sebagai dosen Unhas, giliran Dewan Jurusan Sosiologi Unhas yang menyuarakan hal yang sama.
Bahkan, rekomendasi dari Dewan Jurusan Sosiologi Unhas yang didalamnya beranggotakan dosen ini, telah disampaikan kepada rektor Unhas, Prof Idrus Paturusi, Senin, 5 Desember. "Hasil rapat di dewan jurusan tadi sudah kita sampaikan ke rektor. Intinya, kami minta rektor agar tersangka ini tidak lagi mengajar di Jurusan Sosiologi," kata Dewan Jurusan Sosiologi Unhas, Mansur Rajab.
Mansur menegaskan bahwa, berdasarkan fakta yang ditemukan mengenai dugaan pelanggaran akademik yang dilakukan Rahman, termasuk pemukulan sesama dosen, dewan jurusan mengambil kesimpulan bahwa pelanggaran tersebut termasuk pelanggaran berat yang bisa disanksi tindakan tegas.
"Jadi rekomendasi itu kita telah sampaikan ke rektor melalui fakultas. Kalau ini direspons cepat, mungkin dalam waktu dekat akan turun intruksi kepada komisi disiplin (komdis)," kata Mansur.
Terkait rekomendasi yang diberikan dewan jurusan, Mansur menyatakan bahwa keputusan tetap ada di rektor. Bisa saja dosen yang memukul sesamanya itu dijadikan staf biasa di Unhas.
Sementara itu, penyidik Satreskrim Polsekta Tamalanrea dalam waktu dekat ini segera melimpahkan berkas dosen jurusan Sosiologi Unhas, Rahman Saini ke Kejaksaan Negeri Makassar.
Rahman adalah tersangka kasus penganiayaan terhadap dosen Sosiologi Unhas, Rahmat Muhammad. Dalam kasus ini, tersangka dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan. "Berkasnya sudah hampir rampung. Dalam waktu dua tiga hari ini kita akan rampungkan," ujar Kanit Reskrim Polsekta Tamalanrea, Iptu Ahmad Rosma, Senin, 5 Desember.
Setelah proses pemberkasan kasus penganiayaan dosen Unhas tersebut rampung, pihak kepolisian secepatnya akan melimpahkan berkas tersangka kepada kejaksaan. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Rahman Saini ditetapkan tersangka kemudian dijebloskan ke sel tahanan setelah dianggap cukup bukti telah melakukan penganiayaan.
Dalam kasus penganiayaan yang dilakukan Rahman Saini ini, sejumlah pihak mengecam tindak kriminal yang dilakukan seorang pendidik terlebih lagi seorang dosen. Tidak heran, civitas akademika utamanya jurusan Sosiologi Unhas terus mendesak pihak Rektor Unhas, Prof Idrus Paturusi mengusulkan ke Mendiknas agar dosen segera dipecat.
Apalagi, kasus kriminal yang dilakukan dosen ini tidak bukan yang pertama kalinya, namun sebelumnya juga sudah pernah terjadi. Bahkan, di jurusan Sosiologi Unhas, tersangka dianggap banyak melakukan pelanggaran termasuk banyak merugikan mahasiswa yang merupakan anak didiknya. (hamsah umar)                 

Tiga Pengedar Ganja Ditangkap Polisi


MAKASSAR, FAJAR--Unit Narkoba Polres Pelabuhan menangkap tiga orang  pengedar ganja di Jalan Ali Malaka Makassar, Senin, 5 Desember dini  hari. Dari tangan tersangka ini, polisi menyita satu paket daun ganja seharga Rp300 ribu.
Ketiga tersangka ini ditangkap di samping sebuah rumah makan nelayan lorong 288. Diduga, tersangka tersebut baru saja melakukan transaksi dengan jaringannya. Tersangka tersebut diketahui bernama Andi Jaya Adi Putra (21), Rizal Arisandi (21), dan Aryanto alias Rian (21).
Ketiganya adalah warga Perumahan Antang Raya, Jalan Skarda dan warga Jalan Hertasning Makassar. Menurut Kasat Narkoba Polres Pelabuhan Makassar, AKP Jufri Natsir, ketiga tersangka tersebut ditangkap oleh petugas setelah lama dicurigai oleh polisi. 
"Daun ganja kering yang siap dikonsumsi dan diedarkan tersangka itu, dibungkus menggunakan kertas pever. Menurut pengakuan dia, daun ganja tersebut dibeli dengan harga Rp300 ribu," jelas Jufri.
Begitu ditangkap, ketiga tersangka langsung digiring ke Polres Pelabuhan oleh petugas kepolisian untuk diinterogasi polisi. Dari hasil interogasi inilah, polisi memperoleh informasi kalau barang terlarang tersebut diperoleh dari seorang pengedar bernama Zulfahri. Orang yang ditengarai menjadi pemasok barang terlarang terhadap ketiga tersangka ini saat ini menjadi incaran petugas unit narkoba Polres Pelabuhan Makassar.
Untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan, barang terlarang tersebut akan dilakukan pemeriksaan di laboratorium forensik guna memastikan barang tersebut adalah ganja. Selain itu, polisi juga akan melakukan  pemeriksaan urine terhadap ketiga tersangka. (hamsah umar)