PERILAKU buruk beberapa kalangan mahasiswa di kota Makassar utamanya membawa senjata tajam atau memproduksinya di dalam kampus, tidak hanya disesalkan pihak kepolisian, rektorat dan masyarakat tapi juga kalangan mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa yang antikekerasan turut prihatin dengan adanya mahasiswa yang terlibat sajam.
Bagi mahasiswa yang tidak setuju dengan prilaku buruk mahasiswa lainnya, tetap mengajak seluruh elemen mahasiswa untuk menjadi teladan dan contoh yang baik di mata masyarakat, sebagai refresentasi kalangan terdidik. Tertangkap karena melakukan gerakan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat menurutnya harus, namun terlibat kekerasan sesama mahasiswa atau membawa senjata tajam adalah sikap yang keliru.
Pengurus Departemen Sosial dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar, Henri Setiawan mengatakan, kebiasaan mahasiswa membawa senjata tajam apalagi memproduksi sajam di dalam kampus, sangat berpotensi menimbulkan konflik horizontal sesama mahasiswa.
"BEM selalu menghindari hal-hal seperti itu, karena bisa memicu konflik. Kami bahkan selalu melakukan dialog yang melibatkan pengurus BEM tiap fakultas, yang intinya mengajak mahasiswa untuk menghindari kekerasan sesama mahasiswa. Saya kira, pengurus lembaha kemahasiswaan seperti BEM tidak terlibat seperti itu," kata Henri.
Mahasiswa menurut Henri, harus lebih banyak menghabiskan waktunya terkait masalah pendidikan, dan tidak terlibat hal-hal negatif. "Kita adalah orang terdidik, karena itu harus memperlihatkan kepada masyarakat bahwa kita ini adalah terdidik," katanya.
Pembantu Rektor III UNM, Prof Dr Hamsu Abd Gani menegaskan bahwa mahasiswa yang terlibat kasus kekerasan, termasuk kepemilikan senjata tajam akan diberi sanksi tegas berupa pemecatan. Bahkan, April lalu, tiga mahasiswa UNM terpaksa dipecat karena kasus sajam.
Terhadap fakta yang menyebutkan senjata tajam di produksi dalam kampus, Hamsu menegaskan bahwa pengawasan terhadap mahasiswa mesti lebih diperketat. "Apalagi kalau itu diproduksi di laboratorium. Saya kira hal seperti itu merupakan tindakan fatal. Apalagi untuk masuk laboratorium itu ada prosedurnya. Saya kira kepala laboratorium harus lebih memperketat mahasiswa," kata Hamsu.
Dalam mengantisipasi kebiasaan buruk mahasiswa itu, Hamsu menyebutkan bahwa pihak kampus ke depan akan lebih memperbanyak aktivitas mahasiswa, termasuk penugasan. Sehingga konsentrasi mahasiswa lebih untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. (hamsah umar)
Bagi mahasiswa yang tidak setuju dengan prilaku buruk mahasiswa lainnya, tetap mengajak seluruh elemen mahasiswa untuk menjadi teladan dan contoh yang baik di mata masyarakat, sebagai refresentasi kalangan terdidik. Tertangkap karena melakukan gerakan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat menurutnya harus, namun terlibat kekerasan sesama mahasiswa atau membawa senjata tajam adalah sikap yang keliru.
Pengurus Departemen Sosial dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar, Henri Setiawan mengatakan, kebiasaan mahasiswa membawa senjata tajam apalagi memproduksi sajam di dalam kampus, sangat berpotensi menimbulkan konflik horizontal sesama mahasiswa.
"BEM selalu menghindari hal-hal seperti itu, karena bisa memicu konflik. Kami bahkan selalu melakukan dialog yang melibatkan pengurus BEM tiap fakultas, yang intinya mengajak mahasiswa untuk menghindari kekerasan sesama mahasiswa. Saya kira, pengurus lembaha kemahasiswaan seperti BEM tidak terlibat seperti itu," kata Henri.
Mahasiswa menurut Henri, harus lebih banyak menghabiskan waktunya terkait masalah pendidikan, dan tidak terlibat hal-hal negatif. "Kita adalah orang terdidik, karena itu harus memperlihatkan kepada masyarakat bahwa kita ini adalah terdidik," katanya.
Pembantu Rektor III UNM, Prof Dr Hamsu Abd Gani menegaskan bahwa mahasiswa yang terlibat kasus kekerasan, termasuk kepemilikan senjata tajam akan diberi sanksi tegas berupa pemecatan. Bahkan, April lalu, tiga mahasiswa UNM terpaksa dipecat karena kasus sajam.
Terhadap fakta yang menyebutkan senjata tajam di produksi dalam kampus, Hamsu menegaskan bahwa pengawasan terhadap mahasiswa mesti lebih diperketat. "Apalagi kalau itu diproduksi di laboratorium. Saya kira hal seperti itu merupakan tindakan fatal. Apalagi untuk masuk laboratorium itu ada prosedurnya. Saya kira kepala laboratorium harus lebih memperketat mahasiswa," kata Hamsu.
Dalam mengantisipasi kebiasaan buruk mahasiswa itu, Hamsu menyebutkan bahwa pihak kampus ke depan akan lebih memperbanyak aktivitas mahasiswa, termasuk penugasan. Sehingga konsentrasi mahasiswa lebih untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar