Powered By Blogger

Rabu, 24 Oktober 2012

Garuda-Na Klaim Pasangan Terkaya


*Kecam Pemkab Gowa

MAKASSAR, FAJAR--Siapa pasangan cagub Sulsel terkaya masih menunggu hasil analisa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang berdasar laporan kekayaan cagub yang disampaikan ke KPK.
Meski belum ada penyampaian resmi dari KPK atau KPU Sulsel mengenai jumlah kekayaan cagub Sulsel yang dilaporkan ke KPK, pasangan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) mengklaim dia dan wakilnya adalah pasangan terkaya di Sulsel.
Ini disampaikan Rudiyanto saat melantik pengurus anak cabang (PAC) Gerindra Panakkukang dan Manggala di Hotel Trisula, Selasa, 23 Oktober. Di hadapan kader Gerindra, bupati Sinjai dua periode ini menyebut berdasar laporan harta kekayaan tiga pasangan calon gubernur ke KPK, dialah pasangan terkaya.
"Laporan harta kekayaan, saya dan Pak Nawir ternyata masih lebih kaya dari pasangan yang lain. Tapi kalau melihat balihonya, ada calon yang sampai tiga balihonya di pohon-pohon," kata Rudiyanto.
Di tempat ini, Rudi juga menantang pengamat politik di Sulsel untuk mencermati fenomena di masyarakat. "Fenomena yang harus dicermati kita dan pengamat bahwa masyarakat inginkan pemimpin yang bersih. Itu kehendak rakyat tapi pengamat tidak pernah bicara soal itu," kata  Rudi.
Rudi terus melayangkan kritik terhadap lawan politiknya yang menyebut diri sebagai pasangan peduli rakyat. "Katanya pemimpin peduli rakyat tapi rakyatnya miskin. Peduli rakyat yang mana dimaksud," sindirnya.
Ketua DPC Gerindra Makassar, Nadhan Yusuf menyatakan kader Gerindra di Makassar bertekad memberi sumbangsih suara pada pasangan ini dengan maksimal. "Target pesimis kita di Makassar adalah 25 persen. Kalau optimisnya tentu mencapai 30 persen," kata Nadhan.
Dia beralasan, pasangan yang diusung Gerindra dan koalisi nonparlemen ini adalah figur yang memiliki karakter pedulu masyarakat bawah, masyarakat miskin, dan visi misinya juga berorientasi pada pembangunan masyarakat miskin.

Kecam Gowa
Ditemui sebelum melantik pengurus PAC Panakkukang dan Manggala, Rudi meluapkan kekecewaannya atas sikap aparat pemerintahan di Gowa, yang menghalangi dirinya menggunakan lapangan untuk menggelar aktivitas. Rudi ternyata mendapat pelarangan menggunakan lapangan di Biring Bulu dalam rangka pelantikan pengurus PAC Minggu lalu.
"Kalau partai tdk diberi ruang bergerak, khawatir Gowa tidak bisa  maju. Saya harap bupati, camat, kepala desa jangan arogan lah. Yang benar saja kita dilarang gunakan lapangan untuk menggelar acara partai. Lapangan itu milik rakyat bukan milik pemerintah," urai Rudi dengan nada kesal.
Akibat ulah aparat pemkab Gowa ini, Rudi terpaksa melantik pengurus PAC Gerindra Biring Bulu di pinggil jalan. Rudi mengaku tidak memahami alasan dirinya atau partainya dilarang menggunakan lapangan, padahal dia tidak pernah melarang pihak lain di Sinjai.
"Untungnya, akses jalan yang kita pakai pinggirannya melantik pengurus PAC Biringbulu jelek, sehingga arus lalu lintas tidak terganggu. Kalau saja jalannya bagus dan padat lalu lintas, akses jalan pasti terganggu," sebut Rudi. (hamsah umar)

Annar Incar Koalisi Nonparlemen


MAKASSAR, FAJAR--Geliat pilwalkot Makassar kembali terasa setelah adanya kepastian dari Kementerian Dalam Negeri, dan KPU Makassar mengenai jadwal pilwalkot yang tetap digelar 2013 mendatang.
Sejumlah calon wali kota yang tadinya mengendurkan aktivitas menghadapi pilwalkot, kembali bergerak untuk menggalang simpati masyarakat termasuk kendaraan yang akan digunakan. Salah satunya adalah Salahuddin Sampetoding alias Dg Annar.
Calon wali kota Makassar ini mulai intens membangun komunikasi dengan koalisi nonparlemen. Bahkan, kemarin cawali ini sempat diagendakan melakukan pertemuan dengan koalisi nonparlemen, tapi karena ada lain hal, agenda pertemuan tersebut batal digelar. Kendati, komunikasi Annar dengan koalisi sudah sangat intens.
Koordinator Koalisi Nonparlemen Sulsel yang juga Ketua Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) Sulsel, Saelan Mokamembenarkan upaya Annar merapat ke koalisi nonparlemen. "Kita sudah membicarakan untuk melakukan pertemuan, bahkan hari ini (kemarin) sempat kita agendakan, tapi karena da kendala sehingga belum sempat digelar," kata Saelan, Selasa, 23 Oktober.
Di Makassar, beberapa partai nonparlemen dikabarkan sudah intens melakukan pertemuan untuk menyambut tokoh yang akan melirik koalisi ini. Senin lalu, partai nonkursi di DPRD Makassar ini melakukan pertemuan di Hotel Trisula.
Beberapa pimpinan partai yang hadir dalam pertemuan itu seperti PPI, PIB (PKBIB), PPNUI, PIS, PDP, Kedaulatan, PKPB, PPPI, Burtuh, Barnas, PNBK, PMB, Partai Merdeka, Nasrep, PPD, dan Pelopor. Persentase suara parpol nonparlemen ini mencapai 20 persen.
Menghadapi pilwalkot Makassar ini, koalisi nonparlemen utamanya yang tergabung dalam partai pengusung Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) bertekad tetap solid mengusung calon di semua daerah yang menggelar pilkada. "Kita sudah ada kesepakatan bahwa pengusung Garuda-Na di pilgub akan tetap bersatu untuk bisa mengusung calon di Makassar," lanjutnya. (hamsah umar)    
         

Profesionalisme Panwaslu Sulsel Dikritik


MAKASSAR, FAJAR--Langkah tegas panwaslu Sulsel dalam menindak sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) yang terindikasi tidak netral, tidak hanya menuai apresiasi tapi juga kritikan, bahkan dianggap tidak tahu tugas dan fungsinya.
Penilaian ini mengemuka dalam diskusi Menakar Profesionalisme Panwaslu, yang digelar Macassar Democracy Institute  di warkop 115 Makassar, Selasa, 23 Oktober. Hadir sebagai pembicara Aminuddin Ilmar serta  mantan Ketua Panwaslu Pangkep, Anwar Borahima. Sayangnya, dalam diskusi ini, tidak ada anggota panwaslu Sulsel yang hadir.
Anwar yang juga masuk salah satu tim seleksi panwaslu kabupaten/kota di Sulsel beberapa waktu lalu ini, bahkan menyebut tiga anggota panwaslu Sulsel kebablasan dalam menjalankan tugasnya. "Pertama ketika ada PNS yang dipanggil dengan alasan tidak netral, padahal saat itu belum ranahnya panwaslu. Ini kan aneh dan kebablasan," kritik Anwar.
PNS kata dia memang sangat diwajibkan bersikap netral di pemilukada, namun panwaslu harus tahu memilah mana yang menjadi ranah panwaslu dan ranah inspektorat. Beberapa langkah yang telah dilakukan panwaslu utamanya dalam menindak PNS dilihat Anwar sebagai salah satu bentuk ketidakpahaman panwaslu Sulsel dalam bertugas.
"Harus memahami betul kapan harus bekerja, jangan sampai tidak sesuai asas yang ada. Kalau itu terjadi tentu saja profesionalisme panwaslu bisa jadi tidak ada. Panwaslu memang tidak bisa membiarkan PNS berpihak, tapi tidak bisa juga asal periksa. Ini yang saya terapkan di Pangkep sehingga begitu selesai, kami tidak ada musuh," urai Anwar.
Pakar Hukum Unhas, Aminuddin Ilmar menyatakan persepsi masyarakat di Sulsel perlu diubah utamanya mengenai ukuran keberhasilan panwaslu. "Kita selalu persepsi bahwa panwaslu sukses kalau banyak pelanggaran yang ditangani. Ini perlu dibalik bahwa keberhasilan panwaslu itu kalau bisa meminimalisir pelanggaran," kata Aminuddin.
Dalam menjalankan tugasnya, dia imbau panwaslu untuk memerhatikan aspek kesetaraan, kebebasan, kerahasiaan, dan keterbukaan. "Profesionalisme panwaslu itu lebih pada bagaimana mereka melakukan pencegahan," kata Aminuddin.
Dalam diskusi ini yang disiarkan langsung salah satu radio itu, sejumlah pendengar juga banyak memberikan tanggapan dan kritikan. Bahkan ada yang menyinggung mengenai proses seleksi panwaslu kabupaten/kota yang penuh dengan praktik KKN.
Salah satu bentuk KKN yang disampaikan yakni soal hasil seleksi panwaslu Makassar. Dimana ketua panwaslu Makassar, Amir Ilyas adalah saudara dari anggota panwaslu Sulsel, Anwar Ilyas. Namun asumsi ini langsung ditepis Anwar Borahima selalu tim seleksi panwaslu kabupaten/kota di Sulsel beberapa waktu lalu. (hamsah umar)                        

Selasa, 23 Oktober 2012

IA, Sayang, Garuda-Na Adu Kuat Jurkam


*Alimsyah Masuk Jurkam IA

MAKASSAR, FAJAR--Tiga pasangan cagub Sulsel bakal adu kuat kuantitas tim kampanye yang dijadwalkan berlangsung Januari mendatang. Selain tim kampanye lokal, juga menyiapkan juru kampanye (jurkam) nasional.
Berdasar daftar nama-nama tim kampanye yang dimasukkan ke KPU Sulsel, pasangan Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) menyiapkan 34 orang jurkam, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) 89 orang, dan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) 20 orang.
Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas menjelaskan bahwa daftar nama-nama jurkam calon gubernur Sulsel ini masih bisa berubah. Calon masih bisa menambah atau mengurangi jumlah tim kampanye yang telah didaftarkan, sepanjang jadwal kampanye belum berlangsung.
"Jadi itu masih daftar sementara karena masih memungkinkan calon untuk melakukan perubahan juru kampanye. Sepanjang kampanye belum berlangsung mereka masih kita beri ruang memasukkan daftar tim kampanyenya," kata Jayadi.
Berdasar susunan tim kampanye pasangan urut 1, Ilham-Aziz yang dimasukkan ke KPU Sulsel, pasangan nasionalis-religius yang mengusung semangat baru ini, belum memasukkan nama jurkam nasional. 34 jurkam yang telah dimasukkan daftarnya ke KPU semuanya adalah tokoh lokal Sulsel yang umumnya adalah pimpinan partai pengusung.
Dari deretan jurkam IA itu, nama Ketua Kopel Sulawesi, Syamsuddin Alimsyah termasuk salah satu tim kampanye IA yang masuk dalam struktur Bidang Informasi dan Media Center. Pasangan ini memercayakan kepada Ni'matullah sebagai Ketua Tim Kampanye IA di pilgub Sulsel.
Adapun pasangan urut 2, Syahrul-Agus yang memasukkan jumlah tim kampanye terbanyak menempatkan Ketua Umum DPP Golkar, Aburizal Bakrie alias Ical sebagai jurkam di urutan teratas, disusul bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo.  Tokoh nasional yang juga masuk daftar jurkam Sayang seperti Hatta Rajasa, Megawati Sukarnoputri, Ryaas Rasyid, Deni Tewu dan pimpinan partai pengusung DPP lainnya.
Tim kampanye pasangan ini yang didaftar ke KPU juga bahkan berbasis kabupaten/kota. Misalnya saja di Tana Toraja ada Ishak Pamumbu Lambe, Sinjai Andi Massalinri Latief, serta sejumlah tokoh lainnya.
Adapun pasangan urut 3, Rudi-Nawir menempatkan Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra, Prabowo Subianto sebagai jurkam di urutan pertama. Tokoh nasional yang masuk jurkam Garuda-Na seperti Ketua Umum DPP Gerindra, Suhardi, permadi, anggota DPD RI asal Sulsel, Litha Brent,  serta pimpinan partai politik pengusung.
Selain itu, Garuda-Na juga memasukkan pengacara ternama Indonesia yang juga sahabat Rudiyanto, Adnan Buyung Nasution, serta  wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selaku pengurus DPP Gerindra. (hamsah umar)                  

Cagub Butuh 2 Juta Suara


*Menangkan Pilgub

MAKASSAR, FAJAR--KPU Sulsel memang belum menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) pilgub Sulsel 2013. Tapi, dari daftar pemilih sementara (DPS) yang telah diumumkan, tiga kandidat dipastikan hanya membutuhkan 2 juta suara untuk bisa memenangkan pertarungan.
Jumlah DPS pilgub Sulsel sebesar 6,2 juta yang telah ditetapkan hanya meningkat sekitar 900 ribu orang, jika dibandingkan dengan jumlah DPT pilgub 2007 yang mencapai 5,3 juta jiwa. Sehingga sekiranya partisipasi pemilih di Sulsel berada di angka 80 persen, bisa dipastikan kandidat hanya butuh suara hingga 2 juta.
Berkaca pada pilgub 2007 lalu, pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) hanya membekukan suara sebesar 1,4 juta untuk bisa memenangkan pertarungan, dari 5,3 juta jiwa daftar pemilih. Daftar pemilih sementara yang telah ditetapkan KPU Sulsel ini dipastikan tidak akan mengalami banyak perubahan. Kalau pun ada pemilih tambahan, jumlahnya tidak signifikan atau paling besar hingga 200 ribu jiwa.
"DPS ini memang tidak akan banyak lagi perubahan. Namun kita belum tahu apakah berkurang atau bertambah lagi. Tapi kemungkinan bisa bertambah dari pemilih tambahan kendati angkanya tidak besar lagi," kata Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas, Senin, 22 Oktober.
Terhadap partisipasi pemilih, Jayadi berharap partisipasi pemilih lebih besar dibanding pilgub lalu. Karena itu, peran kandidat dan timnya pro aktif mengajak masyarakat terdaftar sebagai DPT sangat dibutuhkan. "Itu yang kita harapkan," kata Jayadi.
Pilgub Sulsel yang akan berlangsung 22 Januari 2013 diperkirakan tidak kalah seru dengan pilgub 2007 lalu. Pada pilgub kali ini, juga diikuti tiga pasangan yakni Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA), Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), dan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na).
Kekuatan pasangan IA dan Sayang sedikit bisa terbaca dibanding Garuda-Na. Salah satunya dengan melihat sebaran suara Sayang dan Aziz-Mubyl di pilgub 2007 lalu. Dari 23 kabupaten/kota (pilgub 2007),  Sayang mampu memenangkan 15 kabupaten sementara Aziz 8 kabupaten. Daerah yang menjadi basis Aziz dan diperkirakan berlanjut di pilgub 2013 adalah Pinrang, Enrekang, Palopo, Pare-Pare, Wajo, Sinjai, Luwu, dan Bone.
Sekretaris DPW PPP Sulsel, Muh Aras juga berasumsi sekiranya partisipasi pemilih di pilgub 2013 hanya sekitar 80 persen atau di bawahnya, dia memastikan suara yang dibutuhkan untuk menang di pilgub hanya dikisaran 2 juta.
"Karena kalau DPT juga nanti hanya di kisaran 6 juta, maka suara sah di pilgub nanti dikisaran 5 juta. Dengan begitu, kalau calon sudah mendapat suara 2,5 juta bahkan 2 juta saja sudah bisa menang, apalagi saat ini tiga calon," kata  Aras.    
Terhadap jumlah DPT yang akan ditetapkan KPU, Aras yang merupakan pendukung pasangan petahana, Syahrul-Agus tidak terlalu banyak mempersoalkan karena yang menjadi hitungan KPU tetap suara sah.
"Tapi kita tentu harus mendorong semua pihak yang sudah memiliki hak suara untuk bisa terdaftar, karena itu menjadi hak semua warga untuk menentukan calon pemimpinnya," kata Aras.
Ketua Devisi Komunikasi dan Publikasi DPD Demokrat Sulsel, Syamsu Rizal juga berpendapat sama. Apalagi kalau partisipasi pemilih di Sulsel nantinya hanya berkisar 65-80 persen. "Dengan angka 2 juta suara sudah bisa menang, pasangan IA yakin bisa memenangkan amanah rakyat Sulsel," kata Rizal.
Tim pasangan urut 1 ini juga punya harapan besar masyarakat Sulsel bisa lebih meningkatkan partisipasinya di pilgub Sulsel. "Kita akan dorong terus partisipasi pemilih di pilgub ini lebih besar, karena itu sangat menentukan kualitas demokrasi kita di Sulsel," sebutnya. (hamsah umar)