Powered By Blogger

Selasa, 27 September 2011

Setop Kekerasan di Kalangan Pelajar


MENYEBUT kata pelajar maka yang pertama tergambar dalam pikiran kita adalah kalangan anak sekolah utamanya tingkat SMP dan SMA. Alamiahnya, kalangan pelajar ini lebih banyak atau sebagian besar waktunya dimanfaatkan untuk kegiatan belajar atau mencari ilmu.
Kalangan pelajar ini dituntut giat belajar baik di rumah, sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler lain yang dapat menunjang pembentukan pola pikir, kecerdasar, sampai pada bagaimana mematangkan perilaku baik dalam keluarga, sekolah, maupun di tengah masyarakat pada umumnya.
Merunut pada entitas yang disandang kalangan pelajar, sudah semestinya lebih mengfokuskan diri pada kegiatan belajar dan keseriusan menuntut ilmu. Namun tidak jarang kita menemukan banyak aktivitas yang dilakukan kalangan pelajar tidak sebagaimana mestinya. Sebut saja salah satunya adalah kekerasan di kalangan pelajar dan dilakukan pelajar itu sendiri.
Di Makassar, masyarakat masih sering menjumpai kaum terpelajar terlibat aksi kriminalitas baik di lingkungan sekolah mereka hingga di tengah masyarakat. Kasus kriminalitas yang dilakukan kalangan pelajar dan cukup menonjol dan menjadi perhatian adalah aksi  tawuran antarsekolah. Belum lagi, kriminalitas yang dilakukan kalangan pelajar secara perorangan yang kurang bahkan tidak terpantau masyarakat secara luas.
Potret kekerasan atau kriminalitas di kalangan pelajar ini, tentu saja menjadi hal yang sangat memiriskan utamanya bagi dunia pendidikan, yang sampai saat ini masih dikategorikan tertinggal dibanding daerah atau negara lain. Apalagi, kalau aksi kriminalitas pelajar tersebut sampai harus mengakibatkan orang lain menjadi korban.
Kasus kekerasan yang melibatkan kaum pelajar yang paling segar di ingatan  kita adalah, aksi tawuran yang melibatkan puluhan siswa dari tiga sekolah berbeda di Jalan Baji Gau Makassar awal pekan lalu. Tawuran itu melibatkan pelajar dari SMKN 3, SMAN 8, dan SMAN 11 Makassar. Pemicunya sebenarnya sepele namun dampak yang ditimbulkan sangat buruk.
Begitu juga dengan kekerasan yang dilakukan pelajar SMKN 2  Makassar yang melakukan razia terhadap pelajar lain di Jalan Sultan Alauddin keesokan harinya. Pelajar yang ditemukan menumpang di mobil angkutan diturunkan paksa, bahkan salah seorang pelajar yang tidak tahu menahu masalah menjadi korban. Semua potret kekerasan di kalangan pelajar ini sudah semestinya disetop baik dari kalangan pelajar sendiri, sekolah, dinas pendidikan, hingga orang tua siswa.
Wakapolrestabes Makassar, AKBP Endi Sutendi menyebutkan bahwa banyak faktor yang bisa memicu kekerasan di kalangan pelajar, tapi tetap ada langkah yang bisa dilakukan untuk menghindarkan pelajar terjerumus pada kegiatan negatif tersebut. Salah satu penyebab pelajar terlibat kekerasan karena faktor lingkungan atau pergaulan yang tidak mendidik.
"Pelajar sebenarnya mestinya kegiatannya lebih banyak untuk belajar, bukan misalnya membawa senjata tajam ke sekolah, atau terlibat pergaulan negatif di lingkungannya. Kalau pelajar ini malah terlibat perkelahian, itu bukan ciri dari seorang pelajar  yang sebenarnya," kata Endi Sutendi.
Bahkan menurut Endi, kebiasaan orang tua membiarkan anaknya membawa sepeda motor ke sekolah sendiri, padahal belum cukup umur menjadi salah satu faktor yang bisa menjerumuskan anak pada hal-hal negatif, tidak sekadar sebatas pelanggaran aturan lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas. Tapi lebih dari itu, bisa berpengaruh pada kedisiplinan anak. 
Apalagi kata dia, jiga pelajar yang membawa motor ke sekolah meski belum cukup umur itu, sudah membentuk geng  motor di kalangan teman-temannya. "Kalau sudah membentuk geng-geng motor, maka potensi pelajar melakukan tindakan kriminal seperti mengganggu pengendara lain dan semacamnya semakin besar. Jadi meski kelihatannya sepele, persoalan seperti ini harus tetap diperhatikan," imbuh Endi. (hamsah umar)             
    
   
                      

Disiplin dan Pengawasan Guru Menentukan


DUNIA pendidikan dalam hal ini lingkungan sekolah memengang peran penting, dalam mendidik dan membentuk anak didik menjadi pelajar yang berilmu. Manajemen pendidikan di sekolah yang diterapkan menjadi hal yang dinilai sangat menentukan pembentukan sikap siswa, termasuk dalam hal menghindarkan mereka berprilaku negatif.
Penerapan disiplin yang ketat di lingkungan sekolah menjadi penting, sehingga pelajar tidak mudah terpengaruh atau terjerumus untuk melakukan tindakan kriminal. Kalau disiplin di sekolah ketat plus pengawasan semua guru berjalan dengan baik, aksi kriminalitas di kalangan pelajar bisa diminimalisir bahkan mempersempit ruang gerak pelajar untuk melakukan kekerasan.
Apalagi kalau disiplin yang ketat tersebut diikuti dengan penerapan sanksi tegas terhadap pelajar yang melakukan pelanggaran,  maka dipastikan pelajar yang bandel sekalipun akan  berusaha mematuhinya. Pandangan ini setidaknya disampaikan Wakapolrestabes Makassar, AKBP Endi Sutendi.
"Penerapan disiplin dan pengawasan guru terhadap siswanya itu sangat penting untuk melakukan pencegahan. Tentu juga tidak terlepas dari pola pendidikan yang diterapkan di sekolah harus dipastikan baik. Aturan mengenai disiplin sekolah harus ditegakkan dan tidak membiarkan atau mendiamkan siswa melanggarnya," imbuh Endi.
Selain itu, peran orang tua untuk  mendidik anak dengan baik juga tetap diperlukan, utamanya setelah anak kembali dari kegiatan belajar mengajar di sekolah. Meski pola pembinaan dan pendidikan anak di sekolah baik, tapi kalau tidak ditunjang dengan pembinaan anak di rumah potensi pelajar untuk melakukan tindakan kriminalitas tetap terbuka.
"Di ini diperlukan kesamaan pandang tentang bagaimana  mendidik anak di sekolah dan di rumah. Harus ada saling menunjang sehingga apa yang kita harapkan bisa terwujud dengan baik," tambahnya.
Guru maupun orang tua dalam mendidik dan membina  anak sekolah, tidak boleh merasa bosan apalagi putus asa ketika menghadapi pelajar yang sulit diatur. Malah, guru dan orang tua diharapkan lebih memperbanyak waktu dan kesempatan untuk  memberikan nasihat positif kepada siswa, agar mereka bisa terlepas dari pengaruh lingkungan yang tidak sehat. (hamsah umar)
                          

Bandar Kupon Putih Ditangkap


MAKASSAR, FAJAR--Unit Opsnal Direktorat Reskrim Polda Sulsel berhasil menangkap dua bandar judi kupon putih, Selasa, 27 September dini hari. Kedua tersangka yang sudah lama menjadi incaran polisi itu berdomisili di Kabupaten Gowa.
Keduanya adalah Syarifuddin (21). Dia ditangkap di kampung halamannya Desa Tim Poppo, Kecamatan Bajeng. Dari tangan tersangka ini, polisi menyita barang bukti judi kupon putih berupa uang tunai sebesar Rp1,1 juta, satu buah handphone yang digunakan menyimpan rekapan nomor taruhan.
Tersangka kedua yang ditangkap bernama Daeng Ropu (42) juga di desa yang sama. Dari tangan bandar yang satu ini, polisi menyita barang bukti berupa uang tunai sebesar Rp473 ribu, tiga lembar rekapan bukti taruhan kupon putih. Usai ditangkai di rumahnya dini hari kemarin, kedua tersangka langsung digiring ke Polda Sulsel untuk dimintai keterangan.
Proses penangkapan terhadap dua bandar judi kupon putih alias togel ini, dipimpin langsung oleh Kanit Opsnal Ditreskrim Polda Sulsel, Kompol Muh Yadin. Dia menyebut, polisi selama ini sudah mencurigai kedua tersangka sebagai bandar judi atas laporan dari masyarakat.
"Saat ini, tersangka masih menjalani interogasi oleh penyidik Ditreskrim Polda Sulsel. Dari hasil pemeriksaan sementara ini, kita masih akan melakukan pengembangan untuk mengejar pelaku lain yang disebut-sebut sebagai jaringan tersangka," jelas Yadin.
Dari hasil pemeriksaan sementara itu, Yadin menyebutkan bahwa kedua tersangka menyebut nama bandar besar yang juga beralamat di Gowa. Nama  bandar yang saat ini menjadi incaran polisi diketahui bernama Ali Gandong. Kedua tersangka yang ditangkap tersebut mengaku menyetor hasil transaksi yang diperoleh baik berupa uang maupun  nomor taruhan kepada Ali Gandong. (hamsah umar)       

Polisi Ringkus Buron Curanmor


MAKASSAR, FAJAR--Petugas Polres Pelabuhan dan Polsekta Wajo menangkap pelaku pencurian sepeda motor (curanmor), dalam operasi dan pengejaran yang dilakukan Senin malam. Sekira pukul 23.00, polisi berhasil menangkap tersangka, M Taufiq.
Wakapolres Pelabuhan, Kompol Satria A Vibrianto menegaskan  bahwa tersangka  yang berhasil ditangkap dalam operasi khusus yang dilakukan Polres Pelabuhan dan Polsekta Wajo itu, adalah pelaku yang melakukan pencurian di halaman parkir Bank Panin Jalan Tentara Pelajar Makassar  beberapa waktu lalu.
Selain menangkap tersangka, polisi juga berhasil mengamankan motor hasil curian berupa motor Honda GL 100K DD 2889 A. Motor tersebut ditemukan di Jalan Tarakan Lorong 184 C No.16. Pelaku yang sudah menjadi incaran polisi itu tidak bisa  berkelik saat petugas menggerebeknya.
Warga  Jalan Dakwah No.51 Makassar ini, saat ini ditahan dan diproses melalui Polsekta Wajo. Informasi yang diperoleh, tersangka selama ini dikenal sudah berulang kali melakukan aksi pencurian sepeda motor di wilayah Makassar. (hamsah umar)               

Senin, 26 September 2011

Mahasiswa HMI Demo PT Antam


MAKASSAR, FAJAR--Puluhan mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Makassar yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Makassar, melakukan aksi unjuk rasa di kantor PT Antam Jalan Ratulangi Makassar, Senin, 26 September.
Demo terhadap perusahaan tambang itu dilakukan mahasiswa HMI, terkait kekerasan yang dialami mahasiswa HMI di Jakarta 22 September lalu, saat melakukan aksi unjuk rasa di PT Antam untuk mendesak transfaransi dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan tersebut.
Dalam aksinya, mahasiswa HMI ini menuntut dan mendesak PT Antam untuk mencopot Senior Manager CSR PT Antam, Ibrahim karena dituding sebagai pihak yang memerintahkan karyawan PT Antam  melakukan pemukulan terhadap mahasiswa HMI yang melakukan unjuk rasa.
Selain itu, mahasiswa HMI se-Makassar juga mendesak aparat kepolisian untuk memproses hukum kasus premanisme terhadap mahasiswa HMI. "Pelaku pemukulan bahkan penembakan yang mengakibatkan sejumlah mahasiswa HMI luka-luka harus diproses hukum, termasuk pihak yang memerintahkan karyawan melakukan aksi kekerasan," kata Jenderal Lapangan, Syamsul Asri.
Selain itu, mahasiswa HMI Makassar juga mendesak dana CSR PT Antam dikelola secara transparan, apalagi dana CSR tersebut merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan. Tuntutan para mahasiswa itu bahkan di faks langsung mahasiswa di kantor PT Antam Makassar ke Jakarta.
  Kepala Kantor PT Antam Makassar, Sukendra Budi Raharjo saat menerima perwakilan mahasiswa HMI mengaku tidak banyak tahu tentang kasus kekerasan yang terjadi di Jakarta. Makanya, pihaknya bersedia mengirim tuntutan mahasiswa HMI Makassar ke pusat melalui fasilitas faks. (hamsah umar)