Powered By Blogger

Selasa, 01 November 2011

Murid SD Protes Pembangunan Hotel Aston


MAKASSAR, FAJAR--Puluhan murid SDN Samiun Makassar dibantu para guru menggelar aksi unjuk rasa, memerotes pembangunan Hotel Aston Makassar, Selasa, 1 November.
Murid SD ini menggelar demo sebagai bentuk protes atas pembangunan hotel, yang tidak memerhatikan keamanan sekolah maupun murid yang tepat berada di belakang hotel yang sedang dibangun tersebut. Ratusan murid SD tidak nyaman belajar di dalam kelas karena khawatir tertimpa material bangunan.
Bangunan SD di Jalan Samiun Makassar ini bahkan sudah beberapa kali tertimpa material bangunan, hingga mengakibatkan atap bangunan di kelas VI dan II bocor. Untungnya pada saat kejadian berlangsung, tidak ada murid yang tertimpa dan menjadi korban. Namun kejadian itu meninggalkan trauma bagu murid yang menimba ilmu di sekolah itu.
Murid SD dan guru mereka ini menuntut pihak manajemen Hotel Aston bertanggung jawab atas kerusakan gedung sekolah, akibat material bangunan yang jatuh serta menuntut agar pembangunan hotel dihentikan sementara sampai ada solusi keamanan bagi sekolah dan murid. Begitu juga dengan warga di sekitar gedung. 
"Jika tuntutan kami tidak direspons dengan baik dalam waktu 2 X 24 jam, maka kami akan bertindak sesuai dengan yang kami anggap benar," kata koordinator lapangan, Faizal.
Letak bangunan SDN Samiun dengan Hotel Aston yang sementara dibangun ini, memang bersebelahan dan hanya dipisahkan dengan tembok bangunan yang sudah menjulang tinggi. Makanya, ketika ada material  bangunan yang jatuh utamanya di bagian belakang bangunan, sasaran empuk yang tertimpa adalah gedung SDN Samiun.
Kepala SDN Samiun Makassar, Rustinah yang ditemui mengatakan bahwa selama ini pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan manajemen Hotel Aston. "Tapi sepertinya tidak direspons dengan baik. Padahal, materil bangunan yang jatuh sangat membahayakan keselamatan siswa kami. Makanya kami minta ada sistem keamanan yang baik, agar tidak ada materil yang jatuh ke sekolah," kata Rustinah.
Rustinah juga mengungkap, pihaknya meminta pihak hotel untuk melakukan perbaikan gedung sekolah yang timbul akibat ditimpa materil bangunan. "Untuk yang satu ini mereka cukup merespons, tapi yang paling kita utamakan adalah sistem keamanannya untuk menjamin keselamatan siswa kami," tambahnya. (hamsah umar)
    
                          

Mahasiswa Jangan Cepat Terprovokasi


EKSISTENSI mahasiswa di Makassar beberapa hari terakhir kembali menjadi pusat perhatian. Sayang, perhatian luas masyarakat ini bukan karena prestasi yang diraih, melainkan bentrokan yang melibatkan kelompok mahasiswa tertentu di daerah ini.
Tidak hanya aparat kepolisian sebagai penegak hukum dan penanggung jawab terwujudkan kantibmas yang aman di Makassar dibuat pusing, tapi juga menambah tugas aparat Pemkot Makassar yang semestinya tidak perlu terjadi. Betapa tidak, aparat pemkot juga harus turun tangan meredam ketegangan yang terjadi, tapi juga mencoba melakukan pendekatan terhadap keluarga korban yang menjadi korban.
Sejak pecah Kamis pekan lalu, hingga saat ini petugas kepolisian dan aparat pemkot masih harus memutar pikiran guna menyelesaikan bentrok antarkelompok tersebut, terlebih lagi adanya keinginan kelompok mahasiswa tertentu yang minta rekannya yang ditetapkan tersangka dan ditahan ditangguhkan.
Belum lagi, isu provokatif dari oknum tidak bertanggung jawab masih beredar kencang di kalangan mahasiswa utamanya kedua kelompok yang bertikai, hingga ke aparat kepolisian sendiri. Ulah mahasiswa yang tidak mencerminkan civitas akademika terpelajar ini, cukup meropotkan petugas. Betapa tidak, asrama mahasiswa dari kedua kelompok yang bentrok ini harus dijaga siang dan malam.
"Sebagai upaya preventif, kita menempatkan personil di asrama mahasiswa kedu apihak baik pengamanan terbuka dan tertutup. Pengamanan itu juga atas koordinasi dengan mahasiswa penghuni asrama juga," kata Kabag Operasional Polrestabes Makassar, AKBP Hotman Sirait.
Selain melakukan pengamanan di Asrama, polisi dan pemkot serta instansi terkait lainnya, bahkan sudah mempertemukan kedua kubu mahasiswa yang bertikai dalam rangka menyelesaikan konflik tersebut. Terakhir pertemuan dilakukan dengan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin.
Hotman berharap mahasiswa berpikir rasional dalam menyikapi setiap isu yang berkembang atau diperoleh, tidak mengedepankan paham primordialisme sehingga begitu ada SMS provokatif yang diterima, mahasiswa langsung bereaksi tanpa mengecek kebenarannya. "Kalau perlu, apabila ada pesan seperti itu, cepat dikoordinasikan kepada polisi," imbuh Hotman.
Salah satu SMS provokatif yang cukup meresahkan adalah adanya informasi kedua kubu tersebut melakukan persiapan untuk menyerang. Padahal, fakta di lapangan tidak ada sama sekali pihak yang berencana menyerang. 
Apalagi kondisi tersebut sangat berpotensi disusupi oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk memperkeruh suasana. "Jangan sampai ada pihak yang sengaja melakukan provokasi. Ini yang mesti dicermati mahasiswa secara rasional. Jangan begitu mudah terprovokasi," imbuh Hotman.
Pihak Polrestabes Makassar kata dia telah meminta mahasiswa tidak begitu mudah percaya dengan isu yang tidak bertanggung jawab. Pasalnya, peristiwa ini murni kriminal yang melibatkan individual bukan kelompok mahasiswa tertentu yang mengatasnamakan kedaerahan.
Kendati bentrok antarmahasiswa di Makassar yang sudah sering kali terjadi ini, mestinya dijadikan bahan evaluasi mahasiswa bahwa aksi tersebut sama sekali tidak menguntungkan, baik bentrokan antarfakultas, kampus, maupun antarkelompok mahasiswa. Sebaliknya aksi ini hanya merugikan proses perkuliahaan mahasiswa sendiri.
Dalam kasus bentrokan yang terjadi di STMIK Dipanegara, BTP, NTI, hingga Jalan Kalumpang, 20 mahasiswa yang dijadikan tersangka serta dijebloskan ke sel menjadi bukti bahwa aksi mahasiswa yang tidak mencerminkan dunia pendidikan ini sangat merugikan mahasiswa sendiri. "Kalau mereka diproses kan otomatis mereka rugi. Apalagi kalau sampai dihukum. Ini akan menyulitkan mereka mencari pekerjaan karena sudah pernah dihukum penjara," kata Wakasatreskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar HS. (hamsah umar)            

Sanksi Pidana Menanti


BENTROKAN antarmahasiswa di Makassar cukup meresahkan dan memprihatinkan. Selain mengakibatkan korban luka, aksi tidak terpuji ini juga mengakibatkan kerugian materi karena fasilitas kampus, mahasiswa hingga rumah warga yang tidak bersalah jadi sasaran.
Masyarakat umum yang menjadi korban kebrutalan  oknum mahasiswa ini salah satunya dirasakan warga Nusa Tamalanrea Indah (NTI), Jamilah. Rumah yang selama ini ditempati bertahun-tahun dirusak onkum mahasiswa, hanya karena diduga berasal dari daerah yang sama dengan kelompok mahasiswa yang menjadi lawannya. 
Bahkan, laporan pengaduan satu-satunya yang masuk ke polisi dalam peristiwa bentrokan antarmahasiswa ini, bahkan datang dari korban yang satu ini. Buntutnya, delapan mahasiswa ditetapkan sebagai tersangka bahkan dijebloskan ke tahanan karena kuat dugaan terlibat perusakan rumah tersebut. Sedang 12 tersangka lainnya hanya karena kepemilikan senjata tajam.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha menegaskan bahwa mahasiswa yang terbukti melakukan tindak pidana tersebut akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Bahkan kata dia, dari 15 tersangka yang ditangani di Polrestabes, berkasnya siap dilimpahkan ke kejaksaan. Kesiapan berkas juga kasus kepemilikan sajam yang ditangani Polsekta Bontoala.
"Pada dasarnya berkas kasus tindak pidana yang melibatkan mahasiswa ini sudah siap dikirim. Para tersangka ini kita proses sesuai aturan yang ada," kata Himawan.
Dalam proses penegakan hukum tersebut, kalangan mahasiswa memang sudah menyuarakan agar rekan mereka ditangguhkan. Kendati sejauh ini belum ada permintaan resmi yang diterima pihak kepolisian. Yang ada penyampaian langsung saat kedua pihak dipertemukan bersama dengan wali kota.
"Kalau kedua pihak ada kesepakatan dan bisa menjadi pegangan polisi,  bisa saja permohonan itu kita pertimbangkan utamanya kasus sajam. Tapi untuk perusakan rumah, sangat bergantung dari korbannya," kata Kabag Operasional Polrestabes Makassar, AKBP Hotman Sirait.
Para mahasiswa utamanya yang merasa rekannya ditetapkan tersangka dan ditahan diberi ruang melakukan pendekatan, terhadap pihak yang merasa dirugikan termasuk dengan korban yang rumahnya dirusak di NTI. 
Pertemuan terakhir yang dilakukan Wali Kota Makassar dengan pihak mahasiswa, kepolisian dan pihak terkait lainnya bahkan secara khusus memberi tugas camat setempat melakukan pendekatan dengan korban. Pendekatan kekeluargaan inilah yang bisa memungkinkan polisi mempertimbangkan melakukan penangguhan penahanan, tapi bukan berarti kasus akan diselesai. (hamsah umar) 
                        

Pengamanan Asrama Mahasiswa Diperketat



PASCABENTROKAN antarmahasiswa di kampus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Dipanegara dan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), yang berimbas penyerangan terhadap asrama mahasiswa tertentu, pihak kepolisian bergerak cepat melakukan pencegahan.
Upaya preventif ini dilakukan petugas kepolisian agar bentrokan tidak meluas, mengingat isu menyesatkan dan bernada provokatif masih sangat kencang di kalangan mahasiswa utamanya yang bertikai. Salah satu upaya preventif yang dilakukan adalah dengan memperketat pengamanan asrama mahasiswa.
"Kita dari Polrestabes Makassar telah menempatkan sejumlah personil pada masing-masing asrama mahasiswa, utamanya yang saat ini sedang bertikai," ujar Wakasatreskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar HS.
Anwar menegaskan, pengamanan terhadap asrama mahasiswa baik malam maupun siang ini dilakukan guna meredam pertikaian sesama mahasiswa. Bahkan, petugas juga mencoba melakukan pengamanan di kampus yang dianggap berpotensi memicu konflik meluas.
Selain melibatkan petugas kepolisian, petugas koramil maupun pihak terkait lainnya, juga dilibatkan untuk bersama-sama meredam pertikaian antaroknum mahasiswa di daerah ini. Selain memperketat pengamanan di asrama mahasiswa, polisi juga intens memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar konflik yang terjadi tidak diperlebar.
Selain itu, pihak kampus juga diharapkan berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa mereka, untuk tidak memelihara permusuhan antarsesama mahasiswa. Peran serta kampus dalam memberikan pemahaman yang baik kepada mahasiswanya, juga penting untuk meredam miskomunikasi yang terjadi di antara mereka.
"Pihak kampus seperti dosen maupun lainnya, tentu juga punya peran dalam meredam mahasiswanya. Kita tentu berharap tetap ada upaya dari pihak kampus dalam rangka pencegahan," imbuh Anwar. (hamsah umar)
                           

Residivis Jambret Ditangkap


MAKASSAR, FAJAR--Petugas Polsekta Tamalate berhasil menangkap salah seorang residivis jambret, yang selama ini banyak meresahkan warga. Tersangka bernama Lucky alias Dari (27) bahkan sudah ditetapkan sebagai buronan oleh polisi.
Residivis jambret tersebut ditangkap di Jalan Sultan Alauddin 10 Makassar, Selasa, 1 November dini hari. Tersangka tersebut ditangkap polisi saat mencoba menjalankan aksinya, namun gagal karena lebih awal ditangkap oleh petugas kepolisian yang cepat datang melakukan penangkapan.
Penangkapan residivis jambret yang diketahui beralamat di Jalan Skadar Makassar ini, dipimpin Panit I Reskrim Polsekta Tamalate, Ipda Sukaryono. Saat beraksi, tersangka bersama seorang temannya berboncengan. Sayang, rekan tersangka ini berhasil melarikan diri.
"Tersangka yang sudah kita nyatakan buron ini sempat berusaha melarikan diri, namun upayanya berhasil kita gagalkan dan menangkapnya. Namun temannya meloloskan diri. Saat ini masih dalam pengejaran," kata Kapolsekta Tamalate, AKP Agung Setio Wahyudi.
Agung menegaskan bahwa, identitas pelaku jambret yang berhasil melarikan diri ini sudah diidentifikasi, berdasarkan keterangan Lucky. Rekan tersangka ini juga termasuk residivis yang sudah sering beraksi di kota Makassar.
Penyelidikan sementara menyebutkan bahwa, tersangka yang ditangkap ini terakhir kali menjambret warga dengan mengambil emas milik korban seberat 10 gram. Emas tersebut menurut pengakuan tersangka sudah dijual dan hasilnya digunakan berpoya-poya. "Barang bukti kejahatan tersangka sementara kita upayakan dikumpulkan," kata Agung. (hamsah umar)