Powered By Blogger

Selasa, 01 November 2011

Mahasiswa Jangan Cepat Terprovokasi


EKSISTENSI mahasiswa di Makassar beberapa hari terakhir kembali menjadi pusat perhatian. Sayang, perhatian luas masyarakat ini bukan karena prestasi yang diraih, melainkan bentrokan yang melibatkan kelompok mahasiswa tertentu di daerah ini.
Tidak hanya aparat kepolisian sebagai penegak hukum dan penanggung jawab terwujudkan kantibmas yang aman di Makassar dibuat pusing, tapi juga menambah tugas aparat Pemkot Makassar yang semestinya tidak perlu terjadi. Betapa tidak, aparat pemkot juga harus turun tangan meredam ketegangan yang terjadi, tapi juga mencoba melakukan pendekatan terhadap keluarga korban yang menjadi korban.
Sejak pecah Kamis pekan lalu, hingga saat ini petugas kepolisian dan aparat pemkot masih harus memutar pikiran guna menyelesaikan bentrok antarkelompok tersebut, terlebih lagi adanya keinginan kelompok mahasiswa tertentu yang minta rekannya yang ditetapkan tersangka dan ditahan ditangguhkan.
Belum lagi, isu provokatif dari oknum tidak bertanggung jawab masih beredar kencang di kalangan mahasiswa utamanya kedua kelompok yang bertikai, hingga ke aparat kepolisian sendiri. Ulah mahasiswa yang tidak mencerminkan civitas akademika terpelajar ini, cukup meropotkan petugas. Betapa tidak, asrama mahasiswa dari kedua kelompok yang bentrok ini harus dijaga siang dan malam.
"Sebagai upaya preventif, kita menempatkan personil di asrama mahasiswa kedu apihak baik pengamanan terbuka dan tertutup. Pengamanan itu juga atas koordinasi dengan mahasiswa penghuni asrama juga," kata Kabag Operasional Polrestabes Makassar, AKBP Hotman Sirait.
Selain melakukan pengamanan di Asrama, polisi dan pemkot serta instansi terkait lainnya, bahkan sudah mempertemukan kedua kubu mahasiswa yang bertikai dalam rangka menyelesaikan konflik tersebut. Terakhir pertemuan dilakukan dengan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin.
Hotman berharap mahasiswa berpikir rasional dalam menyikapi setiap isu yang berkembang atau diperoleh, tidak mengedepankan paham primordialisme sehingga begitu ada SMS provokatif yang diterima, mahasiswa langsung bereaksi tanpa mengecek kebenarannya. "Kalau perlu, apabila ada pesan seperti itu, cepat dikoordinasikan kepada polisi," imbuh Hotman.
Salah satu SMS provokatif yang cukup meresahkan adalah adanya informasi kedua kubu tersebut melakukan persiapan untuk menyerang. Padahal, fakta di lapangan tidak ada sama sekali pihak yang berencana menyerang. 
Apalagi kondisi tersebut sangat berpotensi disusupi oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk memperkeruh suasana. "Jangan sampai ada pihak yang sengaja melakukan provokasi. Ini yang mesti dicermati mahasiswa secara rasional. Jangan begitu mudah terprovokasi," imbuh Hotman.
Pihak Polrestabes Makassar kata dia telah meminta mahasiswa tidak begitu mudah percaya dengan isu yang tidak bertanggung jawab. Pasalnya, peristiwa ini murni kriminal yang melibatkan individual bukan kelompok mahasiswa tertentu yang mengatasnamakan kedaerahan.
Kendati bentrok antarmahasiswa di Makassar yang sudah sering kali terjadi ini, mestinya dijadikan bahan evaluasi mahasiswa bahwa aksi tersebut sama sekali tidak menguntungkan, baik bentrokan antarfakultas, kampus, maupun antarkelompok mahasiswa. Sebaliknya aksi ini hanya merugikan proses perkuliahaan mahasiswa sendiri.
Dalam kasus bentrokan yang terjadi di STMIK Dipanegara, BTP, NTI, hingga Jalan Kalumpang, 20 mahasiswa yang dijadikan tersangka serta dijebloskan ke sel menjadi bukti bahwa aksi mahasiswa yang tidak mencerminkan dunia pendidikan ini sangat merugikan mahasiswa sendiri. "Kalau mereka diproses kan otomatis mereka rugi. Apalagi kalau sampai dihukum. Ini akan menyulitkan mereka mencari pekerjaan karena sudah pernah dihukum penjara," kata Wakasatreskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar HS. (hamsah umar)            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar