Powered By Blogger

Minggu, 14 Agustus 2011

PKS Percaya Diri Dorong Akmal


MAKASSAR--Popularitas Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sulsel, Akmal Pasluddin di tengah masyarakat jelang pemilihan gubernur (pilgub) Sulsel 2013 mendatang semakin menanjak. Kondisi ini menjadikan partai berlambang bulang sabit ini semakin percaya diri untuk mengusung kadernya di pilgub.
Menurut Sekretaris Jenderal DPP PKS, Anis Matta saat berbuka puasa di rumah  jabatan legislator Sulsel ini, tingkat popularitas Akmal saat ini berada diurutan empat dari calon yang mengemuka. Sayangnya, Anis enggan membeberkan siapa nama tiga tokoh  yang berada di atas Akmal tersebut. Kendati  bisa dipastikan bahwa tokoh dimaksud salah satunya adalah Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo dan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin.
Survei mengenai tingkat popularitas Akmal yang dibocorkan Anis  ini dilakukan salah satu partai besar di daerah ini. Namun sekali lagi, Anis enggan untuk membeberkan partai apa dimaksud yang telah melakukan survei. "Tidak etis kalau saya sebutkan nama partainya. Yang jelas partai besar yang dibocorkan kepada kita," kata Anis.
Melihat tingkat popularitas Akmal yang semakin menanjak itu, Anis menegaskan bahwa kondisi tersebut menjadi kepercayaan tersendiri bagi PKS untuk mengusung kader pada pilgub mendatang. "Kebijakan partai kita memang mengharuskan ketua untuk siap diusung pada pemilukada. Tinggal bagaimana sekarang terus melakukan sosialisasi diri," kata Anis.
Apalagi menurut dia, masyarakat saat ini semakin membutuhkan figur baru dalam pemerintahan. Akmal dianggap sebagai salah satu figur baru  yang bisa dipercaya masyarakat Sulsel. "Tinggal kita ikuti perkembangan yang ada, karena masih ada waktu dua tahun juga," tambahnya.
Ketua DPW PKS Sulsel, Akmal Pasluddin mengakui adanya bocoran dari partai lain di daerah  yang tentang hasil survei yang menempatkan dirinya diurutan keempat. Tapi sama dengan Anis, dia juga tidak mau membeberkan seperti apa persentase survei dan partai apa yang melakukannya.
Yang pasti menurut dia, peluang untuk diusung di pilgub tetap ada. "Semua peluang selalu terbuka, cuma tidak enak kalau disampaikan. Kami juga belum melakukan sosialisasi secara masif," tegas Akmal. (hamsah umar)  
          
         

Tersangka Sering Aniaya Anaknya


MAKASSAR--Jimmy Anderas, warga Jalan Mawas Timur No.2 Makassar yang membunuh anaknya yang berumur tiga bulan, diketahui kalau selama ini dia sering menganiaya anaknya saat istrinya berangkat kerja. Menurut tetangganya, begitu ibu bayi malang tersebut meninggalkan rumah untuk kerja, Putra mulai menangis setiap saat.
Salah seorang keluarga korban, Fanzy Harman yang ditemui menyebutkan bahwa tetangga korban selama ini sudah sering menyampaikan persoalan tersebut kepada ibunya, Teresia Yunita kalau anaknya sering menangis dengan dugaan dianiaya oleh ayahnya. Namun informasi dari tetangga tersebut tidak dipercaya apalagi merasa seorang ayah tidak mungkin melakukan kekerasan terhadap anaknya sendiri.
"Kalau dia ditemukan badan anaknya terlihat membiru, dia selalu tanya kepada suaminya kenapa anaknya. Tapi selama ini suaminya bilang kalau anaknya jatuh sehingga memar," kata Fanzy.
Menurut pengakuan keluarga korban dan tetangganya, Jimmy yang berasal dari Manado ini memang memiliki pribadi yang sedikit tertutup. Sejak memilih menyewa rumah di Jalam Mawas, Jimmy selalu menutut diri dengan kehidupan tetangganya. Bahkan, begitu istrinya berangkat kerja, dia sudah menutup rapat pintu rumahnya.
Selama ini, tetangga korba, Gita selalu menyempatkan diri untuk mengamankan bayi malang tersebut saat mendengar bayi tersebut menangis, namun saat kejadian berlangsung, tetangga korban tersebut sibuk sehingga tidak sempat menolong bayi malang itu saat sedang menangis. Bahkan tidak jarang, tetangga korban yang mendengar korban menangis mendobrak pintu rumah pelaku demi untuk menyelamatkan bayi tersebut.
"Yang membuat keluarga dan tetangga heran karena kalau malam anak ini tidak pernah menangis. Sementara siang terus menangis seperti kesakitan. Makanya, tetangga sejak awal curiga anak ini dianiaya ayahnya," tambah Fanzy.
Teresia dan Jimmy diketahui baru saja melangsungkan pernikahan pada 2010 lalu, dan bayi miliknya yang tewas di tangan ayahnya ini merupakan anak pertama. Jimmy yang tidak memiliki pekerjaan ini diduga stres dan cemburu dengan istrinya sehingga melampiaskan kemarahannya kepada anaknya.
Kanit Reskrim Polsekta Mamajang, AKP Agus Arfandy yang dikonfirmasi menegaskan bahwa berdasar pengamatan polisi, tersangka tidak ada tanda-tanda mengalami gangguan jiwa. "Karena kalau kita tanya dia, jawaban yang disampaikan selalu nyambung. Kami belum melihat ada tanda-tanda tersangka mengalami gangguan jiwa," kata Agus. (hamsah umar)
    

Panglima Laskar FPI Ditangkap


MAKASSAR--Panglima Laskar Front Pembela Islam (FPI) Sulsel, Ustadz Abdurrahman ditangkap petugas Polrestabes Makassar, Minggu, 14 Agustus sekira pukul 01.00. Polisi terpaksa menangkap Abdurrahman karena ditengarai melakukan provoksi, perusakan, dan pemukulan di markas Jemaah Ahmadiyah, Jalan Anuang Makassar.
Di markas Ahmadiyah ini, massa FPI melakukan perusakan dengan melempari markas Ahmadiyah hingga beberapa kaca jendela rusak. Tidak hanya itu, salah seorang aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, MF Wajedi juga menjadi sasaran pengeroyokan massa FPI yang melakukan penyerangan ke markas tersebut. Aktivis LBH ini datang ke markas Ahmadiyah karena sebelumnya penyerangan dalam jumlah besar ini, massa FPI memang sebelumnya sudah mendatangi markas tersebut.
Aktivis LBH yang menjadi sasaran kemarahan massa FPI karena diduga sebagai  bagian dari Ahmadiyah itu, mendapat sejumlah pukulan. Untungnya, polisi cepat mengamankannya hingga dia tidak mengalami luka parah. Pihak LBH sendiri keberatan dan melaporkan kasus pemukulan itu kepada pihak kepolisian.
Ketua LBH Makassar, Abdul Muttalib menyayangkan sikap massa FPI yang melakukan aksi anarkis termasuk memukuli anggotanya. "Kami laporkan kasus itu ke polisi, karena ini sudah termasuk perbuatan pidana," tegas Muttalib.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha menjelaskan bahwa hingga siang kemarin polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap Panglima Laskar FPI Sulsel tersebut dengan dugaan penganiayaan, perusakan, dan provokasi. Dia dianggap bertanggung jawab terhadap aksi anarkis yang dilakukan massa FPI yang melakukan penyerangan serta memukuli warga tidak bersalah.
Penyerangan terhadap markas Ahmadiyah oleh massa FPI ini sebenarnya tidak direncanakan oleh FPI. Namun karena saat melintas di depan markas FPI saat mereka akan melakukan razia hotel yang menyediakan fasilitas khusus, FPI melihat markas tersebut diterangi lampu sehingga curiga di markas ini masih ada aktivitas Ahmadiyah.
Curiga dengan hal ini, massa FPI berusaha mendobrak pagar bahkan mulai melempari  markas Ahmadiyah. Namun kejadian awal ini tidak berlangsung lama, kemudian mereka melanjutkan razia pasangan mesum di salah satu hotel di Jalan Pelita Raya. 
Usai melakukan razia di hotel tersebut, massa FPI rupanya kembali lagi ke markas Ahmadiyah dengan jumlah yang lebih besar. Kedatangan kedua kalinya ini karena diduga saat pertama kali datang, ada batu yang jatuh dari lantai II markas tersebut yang nyaris mengenai massa FPI. Informasi lain menyebutkan ada anggota polisi yang dipukul oleh Jemaah Ahmadiyah, namun hal ini dibantah oleh pihak kepolisian. (hamsah umar)
                    

Orang Tua Stefani Mengadu ke MIL


MAKASSAR--Orang tua Stefani Arlina Wilar, Nurnaningsih mengadu ke Macazzart Intellectual Law (MIL) terkait kasus yang membelit anaknya, yakni kasus sabu-sabu di Polres Pelabuhan Makassar. Langkah orang tua Stefani itu dilakukan karena meresa anaknya dalam posisi ini sebagai korban kejahatan dari kenalannya, Fransisco Tandiary.
Saat mengadu di kantor MIL, Nurnaningsih menyebutkan bahwa anaknya tersebut merupakan korban kejahatan dari kenalannya, Fransisco. Dia menyebut, kedatangan Fani sapaan akrab Stefani ke Hotel Aswin Jalan Gunung Latimojong Makassar, tidak lain untuk mengambil barang miliknya yang diambil oleh Fransisco. Kendati kata dia, Fani lahir di Makassar, namun selama ini dia lebih banyak berada di Jakarta.
Sebelum barang milik Fani diambil oleh Fransisco, di apartemen tempat Fani menginap temannya tersebut sempat melakukan pemukulan, dari situ pula pakaian Fani sebanyak dua koper dibawa Fransisco ke Makassar. Barang inilah yang menjadi alasan dia berada di Hotel Aswin tempat mereka ditangkap karena dugaan pesta sabu-sabu.
Makanya, orang tua Fani menduga Fransisco yang memang jatuh hati dengan anaknya itu bermaksud menjebaknya. Karena baru beberapa saat setelah sampai di hotel, polisi langsung melakukan penggerebekan. "Dia bilang kepada saya kalau tidak melihat alat-alat sabu yang diambil polisi itu. Karena memang dia baru datang ke situ untuk mengambil barangnya dan langsung ada polisi melakukan penggerebekan," kata Nurnaningsih.
Karena merasa anaknya menjadi korban dalam kasus ini, dia pun memilih mengadu ke MIL dengan harapan lembaga ini bisa mengadvokasi anaknya. Bahkan, dia berharap MIL bisa mendampinginya melaporkan masalah itu ke pihak kepolisian.
Direktur Eksekutif MIL, Supriansa yang menerima pengaduan orang tua Fani menyebutkan bahwa ada dua kasus yang ada pada Fani maupun Fransisco. "Selain masalah narkoba, ada juga pidana umum soal anaknya dalam penguasaan laki-laki tanpa persetujuannya. Jadi memang memungkinkan Fani berada di hotel itu, karena akan mengambil barangnya yang diambil oleh Fransisco," kata Supriansa.
Supriansa menyatakan mendukung pihak kepolisian dalam melakukan pemberantasan narkoba, dan mengungkap seluruh pelaku yang terlibat di dalamnya. Terkait Stefani, Supriansa menegaskan bahwa hasil pengujian laboratorium bisa membuktikan apakah dia terlibat atau tidak. "Kalau pengujian laboratorium tidak membuktikan dia terlibat, polisi harus melepaskannya," kata Supriansa.
Apalagi mendengar pengakuan orang tua Fani yang menyebut kedatangan anaknya ke hotel tersebut tidak lain untuk mengambil pakaian yang diambil oleh Fransisco. "Kalau orang tua Fani merasa diruikan, MIL mendukung masalah ini diadukan kepada pihak berwajib," kata Supriansa.
Dia pun berharap, Kapolda Sulsel, Irjen Pol Johny Wainal Usman bisa menyikapi masalah yang dikeluhkan orang tua Fani yang menyebut anaknya dikorbankan oleh Fransisco. Polisi kata dia tidak semestinya melibatkan dia dalam kasus sabu-sabu itu, jika  memang dia ke hotel tersebut untuk maksud mengambil barang miliknya. (hamsah umar)                          

Oknum Polisi Diduga Lakukan Pemerasan


MAKASSAR--Salah seorang oknum anggota Polsekta Manggala, Brigadir Polisi, Dk diduga telah melakukan pemerasan terhadap Nafiatin dan Mulyono. Kedua warga yang diduga telah diperas itu adalah warga Perumahan permata Inda dan Gelora Pajaian Indah. Oknum polisi tersebut diduga telah memeras kedua korban hingga Rp18 juta.
Informasi yang diperoleh, aksi oknum polisi itu dilakukan berawal saat mendapati kedua korban di Jalan Metro Tanjung Bunga. Diduga oknum polisi tersebut mengetahui kedua korban ini sudah berkeluarga sehingga bermaksud menjebaknya dengan tuduhan melakukan perselingkuhan.
Saat korban meninggalkan Tanjung Bunga, oknum polisi tersebut membuntutinya dari belakang hingga di Jalan Masjid Raya Makassar. Di lokasi itu, oknum tersebut kemudian menghentikan korban yang sedang berboncengan dan langsung menudingnya telah melakukan perselingkuhan lantaran keduanya sudah berkeluarga.
Dari peristiwa itu, oknum polisi tersebut mengancam korban akan melaporkan kepada keluarga masing-masing telah melakukan perselingkuhan. Oknum itu bersedia tidak mempersoalkan masalah itu jika kedua korban menyerahkan sejumlah uang. Makanya, dalam dua pekan, pelaku selalu memintai korban untuk menyerahkan sejumlah uang hingga total uang yang telah diserahkan sudah mencapai Rp18 juta.
Tidak tahan dengan ulah pelaku itu, korban mengadukan persoalan tersebut ke pihak kepolisian. Dalam menjalankan aksinya itu, pelaku memalsukan identitasnya dengan mengaku sebagai Brigpol Rusdi yang bertugas pada Direktorat Sabhara Polda Sulsel. 
Kedok pelaku terbongkar setelah petugas kepolisian bersama korban memancing pelaku untuk datang ke Jalan Boulevard depan BCA, pada 10 Agustus lalu, dan langsung diamankan.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha membenarkan adanya salah satu anggota polisi yang bertugas di Polsekta Manggala yang diduga telah melakukan aksi pemerasan. Namun untuk proses hukumnya, oknum polisi tersebut diserahkan kepada pihak Propam Polda Sulsel. "Sebaiknya konfirmasi ke Propam Polda karena kasusnya ditangani di sana," kata Himawan. (hamsah umar)