Powered By Blogger

Sabtu, 08 Oktober 2011

Warga Bulukumba Ditangkap Bawa Sabu-sabu 58 Gram


MAKASSAR, FAJAR--Unit Narkoba Polrestabes Makassar kembali menggagalkan peredaran narkoba. Salah seorang warga asal Bulukumba, Safriuddin Tahir ditangkap saat membawa sabu-sabu seberat 58 gram atau dua ons.
Tersangka ditangkap polisi di Jalan Sultan Alauddin Makassar, sekira pukul 09.00. Warga yang diketahui beralamat di Jalan Veteran Selatan ini, diadang petugas kepolisian setelah lama dibuntuti polisi. Bahkan saat diadang tersebut, pelaku sempat melawan dan berusaha menabrak polisi, hingga akhirnya mobil avansa yang ditumpangi terjung ke got.
Proses penangkapan terhadap tersangka yang diketahui pernah mengecap pendidikan di Unismuh hingga semester 3 itu, berawal saat tersangka menjemput barang terlarang pesanannya di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sekira pukul 08.30. Dari situ, polisi mulai melakukan pengintaian hingga mengadang tersangka di Jalan Sultan Alauddin.
Begitu mobil tersangka masuk ke got, polisi langsung melakukan penggeledahan. Setelah digeledah, polisi menemukan sabu-sabu seberat 2 ons. "Tersangka diadang di Alauddin kemudian kita melakukan penggeledahan," kata Pelaksana Tugas Kasat Narkoba Polrestabes Makassar, AKBP Masrur.
Diduga, pelaku selama ini adalah pengedar narkoba di Makassar maupun Bulukumba. Pasalnya, jumlah barang yang dibawa mencapai puluhan gram. "Dia memang sudah kita awasi selama ini," katanya.
Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Chevy Achmad Sopari menegaskan,  tersangka pengedar sabu-sabu ini tercatat sudah pernah ditangkap polisi dengan kasus yang sama. Diduga, pelaku memiliki jaringan luar sehingga mudah memperoleh barang dalam jumlah besar. "Dia ini sudah dua kali ditangkap  polisi," kata Chevy. (hamsah umar)

Si Biru yang Ekstrem


TAMPIL beda dengan warna yang mencolok memiliki kesan tersendiri. Begitu juga mobil Jazz keluaran 2009 ini. Dengan alasan menyesuaikan warna dasar mobil, seluruh isi di mobil ini hanya satu warna yakni biru.
Boleh dibilang, warna mobil ini cukup ekstrem karena tidak ada satu pun warna lain selali biru, mulai dari bodi, pelek, spion, karpet dasar, plafon, kursi, dashboard, setir dan  beberapa bagian lainnya. Kalau pun ada motif, hanya sekadar bentuknya saja seperti motif kotak pada pembungkus plafon, jok, karpet, hingga bagian pintu.
"Satu warna menjadi pilihan ini agar mobil tampil lebih ekstrem dan memiliki ciri khas sendiri. Apalagi memang, warna dasar  mobil biru jadi tinggal menyesuaikan atau mengikuti arus bodinya," kata Anchy, pemilik mobil ini.
Tidak sekadar warna yang terlihat ekstrem karena tidak ada bagian selain biru, desain audio dan interior mobil yang satu ini juga sangat ekstrem. Pasalnya, mobil ini dilengkapi sejumlah perangkat audio mulai dari subwoofer, amplifier, speaker, kapasitor, hingga layar televisi. Untuk layar televisi saja, Anchy menempatkan tiga buah masing-masing di depan, tengah dan belakang.
Belum lagi, kesan mini bar juga menjadi warna tersendiri pada mobil yang satu ini. Dimana-mana, ada kesan mini bar baik di garasi, tengah, depan, bahkan di plafon sekalipun. Sehingga tidak heran, kalau mobil ini layak di sebut sebagai si-biru yang ekstrem.
Anchy mengaku proses modifikasi mobil ini tidak dilakukan sekaligus, namun secara bertahap. Dia mengaku memodifikasi mobilnya ini di salah satu bengkel di Jalan Abdullah Daeng Sirua Makassar. Soal biaya, dia mengaku sudah banyak mengoceh kanton untuk memoles mobil kesayangnnya ini. "Sebenarnya ini belum sepenuhnya rampung, masih akan dilakukan pembenahan," katanya.
Warga Jalan Datok Ditiro Makassar ini mengaku cukup menikmati kesan yang ada pada mobilnya, utamanya saat mengemudi. Belum lagi ketika kumpul dengan komunitas pencinta mobil modifikasi lainnya. Mobil ini selalu tampil berbeda, karena warna yang ada cukup satu macam sehingga kesan ekstrem pada pewarnaan mobil ini cukup terasa.
"Apalagi saya memang orangnya suka dengan warna biru, sehingga dengan suasana seperti ini saya semakin menikmatinya. Jadinya, mengemudi terasa lebih santai dan nyaman," katanya.   (hamsah umar)            
       

Setir Rakitan


 kemudi atau setir mobil saat ini semakin banyak variannya, mulai dari yang standar hingga yang racing. Kesan sempit pada ruang kabin pengemudi, menjadi alasan sebagian pemilik mobil memilih menggunakan kemudi yang berukuran lebih kecil.
Setir yang standar dan berukuran lebih besar, terkadang dianggap pengemudi membuat ruangan menjadi sempit sehingga pengemudi tidak leluasa bergerak. Alternatifnya pun setir mobil diganti dengan kemudi yang berukuran lebih kecil atau mini. Apalagi, saat ini memang sudah banyak setir yang berukuran lebih kecil.
Kalau tidak puas dengan ukuran mini yang beradar atau karena menginginkan yang lebih kecil lagi, pencinta  mobil modifikasi tidak kehilangan akal begitu saja. Dia memilih membuat atau merakit setir  sendiri. Salah satu setir rakitan adalah yang dipakai di mobil Jazz 2009 yang satu ini.
Pemilik mobil, Anchy mengaku merakit sendiri setir dari salah satu bengkel di daerah ini demi untuk mendapatkan setir berukuran mini. Selain karena faktor ruang, faktor kebiasaan menjadi alasan lain sehingga dia memilih kemudi roda yang lebih kecil. "Saya memang terbiasa dengan setir yang ukurannya kecil," kata Anchy.
Karena sudah terbiasa memegang setir yang mini, dia mengaku lebih nyaman mengemudikan mobil dengan setir rakitan dibanding menggunakan setir standar pabrikan. "Bahkan, kita terasa lebih santai. Lagi pula, ketika menggunakan setir seperti ini tidak ada juga kesulitan," kata Anchy. (hamsah umar)                           

Kamis, 06 Oktober 2011

Tamatan SD Terbanyak Gunakan Narkoba


*2011 Diproyeksi 125.730 Jiwa

MAKASSAR--Tingkat pendidikan tampaknya berpengaruh pada penyalahgunaan narkoba. Hasil penelitian menyebutkan masyarakat dengan tingkat pendidikan hanya sampai SD terbanyak menyalahgunakan narkoba.
Sementara untuk masyarakat dengan tingkat pendidikan SMA berada pada posisi kedua penyalahgunaan narkoba. Fakta tersebut dipaparkan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Forum Silaturahmi Media Massa Menuju Indonesia Negeri Bebas Narkoba, di Hotel Clarion, Kamis, 6 Oktober.
Khusus untuk cakupan Sulsel, Ketua BNN Sulsel, Kombes Richard Marolop Nainggalon menegaskan bahwa penyalahgunaan narkoba di Sulsel, sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman masyarakat termasuk tingkat ekonomi. Dari segi ekonomi, warga yang memiliki banyak uang semakin berpotensi menyalahgunakan narkoba.
Pengguna narkoba tamatan SD yang menyalahgunakan narkoba pada 2007 sebanyak 263 orang, 2008 sebanyak 351 orang, 2009 sebanyak 375 orang, 2010 sebanyak 266 orang, serta 2011  sebanyak 95 orang.  
Sementara untuk tamatan SMP, tercatat pada 2007 sebanyak 70 orang, 2008 sebanyak 99 orang, 2009 sebanyak 35 orang, 2010 sebanyak 139, dan 2011 sebanyak 74 orang.
Penyalahgunaan narkoba dari segi tingkat pendidikan tertinggi kedua adalah tamatan SMA. Sepanjang 2007 tercatat 121 orang, 2008 sebanyak 152 orang, 2009 sebanyak 151 orang, 2010 sebanyak 301 orang, dan 2011 sebanyak 148 orang. Adapun untuk perguruan tinggi lebih menggembirakan karena pada 2007 hanya ada 7 orang, 2008 sebanyak 17 orang, 2009 sebanyak 23 orang, 2010 sebanyak 20 orang, dan 2011 sebanyak 16 orang.
Sementara dari segi pekerjaan, kalangan pekerja swasta mencatat record tertinggi penyalahgunaan narkoba. Ini dipengaruhi dari segi tingkat penghasilan dan kemampuan masyarakat untuk membeli barang terlarang tersebut. Berdasar catatan BNN Sulsel, pekerja swasta yang menyalahgunakan narkoba pada 2007 sebanyak 432 orang, 2008 sebanyak 583 orang, 2009 sebanyak 94 orang, 2010 sebanyak 180 orang, dan 2011 sebanyak 73 orang.
"Adapun pelajar, mahasiswa, PNS, Polri, pengangguran masih di bawah 30 orang per tahun. Swasta terbanyak karena mungkin memang dipengaruhi kemampuan ekonomi pelaku," kata Richard.
Direktur Advokasi BNN, Anang Iskandar menambahkan bahwa penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun menunjukkan grafik peningkatan. Di Indonesia, DKI Jakarta kata dia berada pada urutan teratas penyalahgunaan narkoba. "Namun, bukan berarti kita tidak bisa mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba pada 2015. Kita semua harus berusaha untuk memberantas penyalahgunaan narkoba di tanah air," katanya.
Salah satu penyabab sehingga peredaran narkoba begitu marak, karena sindikat peredaran narkoba ada yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Sehingga sindikat tersebut memiliki ruang untuk melakukan aksinya.
Ketua PWI Sulsel, Zulkifli Gani Ottoh menegaskan bahwa penyalahgunaan narkoba harus diperangi secara bersama. Pers kata dia memiliki peran penting dalam upaya pemberantasan narkoba di Sulsel maupun Indonesia pada umumnya.
"Diperlukan kerja keras, karena pemberantasan narkoba tidak bisa kalau hanya kerja sendiri. Karena itu, semua pihak harus menuntaskan dan membasmi narkoba, karena ini akan merusak generasi kita kalau dibiarkan berkembang," kata Zulkifli. (hamsah umar)            

Polisi Periksa Bendahara PR III Unhas


MAKASSAR, FAJAR--Bendahara Pembantu Rektor III Unhas, Syaharuni alias Uni diperiksa penyidik reksrim Polsekta Tamalanrea, Kamis, 6 Oktober. Pemegang kas di PR III Unhas ini diperiksa sebagai saksi raibnya uang kemahasiswaan dan honor dosen sebesar Rp70 juta Rabu lalu.
"Bendahara PR III Unhas sudah kita mintai keterangan tadi. Namun, hasil pemeriksaan belum bisa kita sampaikan. Dia membenarkan kalau ada uang di dalam berangkas," kata Panit II Satreskrim Polsekta Tamalanrea, Iptu Surono H Wata, Kamis, 6 Oktober.
Selain memeriksa Bendahara PR III Unhas, penyidik kata Surono juga telah memeriksa petugas keamanan Rektorat Unhas yang bertugas pada malam kejadian. Satpam yang telah dimintai keterangan itu masing-masing Salmon, Kahar, Anto, Muktar, Jamaluddin, dan Sultan.               
Dari seluruh saksi yang telah diperiksa, Surono menyebutkan bahwa polisi sudah memeriksa sedikitnya sepuluh orang. Tapi sejauh ini, sepuluh orang tersebut masih sebatas saksi. Hasil pemeriksaan sementara memperkuat adanya keterlibatan orang dalam sehingga dana kemahasiswaan dan honor dosen ini raib digondol maling.
"Dari hasil pemeriksaan sementara, kita memang mencurigai adanya orang dalam bermain dalam kasus pembobolan ini. Makanya, saat ini kita masih terus melakukan pemeriksaan saksi untuk mengungkap kasus ini," kata Surono.
Sebelumnya, PR III Unhas, Nasaruddin Salam juga mengaku curiga ada pihak dalam yang terlibat dalam kasus pembobolan tersebut. Selain kondisi pintu dan jendela di ruangan yang dibobol dalam kondisi tertutup, kerusakan yang ditimbulkan dalam kasus ini juga tidak banyak, terkecuali pada berangkas bendahara. Sementara pintu nyaris tidak ada kerusakan sama sekali.
Ada kecurigaan, petugas keamanan yang melakukan penjagaan pada saat kejadian tidak melaksanakan tugas sebagaimana yang diamanahkan pihak kampus. Pasalnya, lokasi piket dengan ruang yang dibobol tidak jauh. Bahkan, ketika berangkas tersebut berusaha dibuka paksa, petugas keamanan seharusnya mendengar ada keributan.
"Saat berangkas ini dicungkil atau dibuka paksa, pasti satpam mendengar di bawah. Apalagi kejadiannya malah hari sehingga suara sangat sensitif," kata Nasaruddin.
Kendati ada enam petugas keamanan yang berjaga pada malam kejadian, namun pihak kampus maupun kepolisian sejauh ini belum mengarahkan kecurigaannya terhadap keterlibatan satpam tersebut. (hamsah umar)