MAKASSAR, FAJAR--Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas tidak gentar dengan langkah Kepala Desa (Kades) Lauwo, Kecamatan Burau, Lutim, Tahrin Langaji yang melaporkannya ke polisi dengan tudingan merampas inventaris desa. Jayadi mengancam melaporkan balik kades tersebut ke pihak berwajib.
Kendati, Jayadi mengaku sampai saat ini belum tahu menahu benar tidaknya telah dilaporkan ke polisi, Jayadi menegaskan bisa saja melaporkan balik kades sekiranya tudingannya terhadap Jayadi mengada-ada. "Bisa jadi kami juga laporkan kades kalau salah berikan laporan," tandas Jayadi, Selasa, 9 Oktober.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Tahrin melaporkan Jayadi ke polisi pekan lalu dengan tudingan merampas inventaris desa, atau stiker gerakan TPS Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang). Stiker yang diduga kuat berafiliasi langsung dengan kandidat gubernur petahana ini diambil Jayadi di sekretariat Panitia Pemungutan Suara (PPS) sekaligus kantor Desa Burau.
Jayadi menyebut, stiker yang sarat simbol dukungan ke cagub Sayang ini diambil Jayadi kemudian dibawa ke kantor KPU Lutim, karena KPU Sulsel tidak ingin penyelenggara pemilu di tingkat bawah ada kesan tidak netral. Apalagi yang jadi sekretaris PPS Burau juga menjabat sebagai sekretaris desa Burau. Stiker itu juga jauh dari inventaris desa, bahkan bisa jadi sebagai bukti aparat kades Burau telah berpihak pada cagub tertentu.
Dia menambahkan bahwa penyelenggara pemilu baik KPU hingga jajaran bawah seperti PPS tidak dibenarkan ada kesan mendukung calon tertentu, begitu juga aparat pemerintah termasuk kepala desa yang merupakan pelayan masyarakat tingkat bawah.
Bahkan, Jayadi saat itu telah menginstruksikan kepada Ketua KPU Lutim untuk segera mengevaluasi jajaran PPS di Desa Burau, yang diindikasi telah melakukan pembiaran kantor PPS dan desa diwarnai simbol dukungan ke kandidat gubernur tertentu.
Jayadi bercerita, saat memantau proses pemutakhiran data pemilih di Lutra hingga Lutim, dia memantau beberapa PPS di daerah itu termasuk Burau. Saat di Burau, Jayadi juga memantau aktivitas PPS di desa itu. "Saat itu ada warga bercelana pendek menanyai saya tunggu siapa. Saya katakan sekadar memantau teman-teman. Dia kemudian masuk di ruangan sekdes kemudian keluar bersama sekdes. Orang yang bercelana pendek itu membawa stiker bergambar salah satu kandidat. Saya katakan ini tidak boleh ada di sekretariat PPS sehingga saya bawa ke KPU Lutim," kata Jayadi.
Jayadi mengaku siap diperiksa polisi ketika diminta memberikan keterangan. "Kalau memang ada panggilan untuk klarifikasi, saya tentu akan hadiri. Saya normatif saja dan akan jelaskan apa adanya. Yang jelas saya merasa tidak merampas inventaris desa," tegas Jayadi. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar