MAKASSAR, FAJAR--Tiga pasangan calon gubernur Sulsel perlu mengorganisir massa pendukung dengan baik dan tertib baik saat pendaftaran, pencabutan nomor undian, debat kandidat atau pun tahapan pilgub lainnya. Kalau pendukung anarkis, maka yang tercoreng kandidat itu sendiri.
Itu karena citra buruk massa pendukung calon juga akan menjadi citra buruk bagi kandidat yang akan bertarung. Lebih penting lagi, kepentingan masyarakat Sulsel dan pendidikan politik yang baik tetap harus dikedepankan. Harapan ini menjadi tuntutan Aliansi Pemuda Mahasiswa Sulsel Mengawal Pilgub Damai saat menggelar aksi damai di KPU Sulsel, Rabu, 12 September.
Aliansi pemuda ini tergabung dari berbagai ormas pemuda dan mahasiswa seperti PPI Sulsel, HMI Makassar Timur, HMI Korkom UIN, IMM Makassar, KAMMI Makassar, GMKI Makassar, dan PMKRI Makassar.
Koordinator Lapangan, Anwar ajang pilgub Sulsel yang saat ini sudah mulai memanas tidak sekadar menjadi momen untuk memilih seorang gubernur dan wakilnya, tapi menjadi momentum untuk memilih pemimpin yang baik dan mampu memberikan perubahan untuk Sulsel lima tahun ke depan. "Yang penting dari perhelatan pilgub ini adalah untuk perubahan warga Sulsel," kata Anwar.
Makanya, aliansi pemuda ini mengajak kandidat utamanya tim dan pendukungnya untuk bersama-sama melahirkan pendidikan politk yang baik di Sulsel, dengan mengedepankan gerakan simpati di tengah masyarakat bukan malah melakukan provokasi kepada masyarakat sehingga terjadi benturan.
"Jangan sampai karena pilgub Sulsel yang kita hadapai ini terjadi konflik di tengah masyarakat. Tidak boleh ada langkah yang dilakukan kandidat hingga mengakibatkan masyarakat mengalami ketakutan. Ini penting kami sampaikan karena kita melihat kondisi sosial di masyarakat. Di sini diperlukan ada kesadaran kandidat untuk tidak adu arogansi," sebutnya.
Anggota KPU Sulsel, Ziaur Rahman Mustari menyatakan peran pemuda dalam mengawal proses pilgub sangat dibutuhkan. "Tapi tidak hanya pada saat pendaftaran yang banyak dikhawatirkan, tapi masih ada tahapan berikutnya yang juga perlu dikawal seperti pemutakhiran DP4, pengumuman DPS, hingga tahapan lainnya," kata Ziaur Rahman.
Adapun Nusra Azis menyatakan bahwa yang perlu dikedepankan dalam proses pilgub Sulsel ini adalah pendidikan politik yang baik. Pilgub bukan sekadar proses memilih pemimpin tapi proses demokrasi. Apa yang terjadi saat ini sangat menentukan Sulsel lima tahun ke depan. "Pencerdasan pemilu harus dilakukan sekarang. Ajakan pemuda agar pilgub damai bisa jadi pencerahan proses demokrasi di Sulsel," kata Nusra. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar