*Soal Insiden BOM SYL
MAKASSAR, FAJAR--Spekulasi insiden bom di jalan santai with komandan bermunculan. Penegasan pihak kepolisian bahwa kejadian itu dilakukan jaringan teroris Poso, tidak cukup menyakinkan masyarakat utamanya yang berkepentingan di pilgub Sulsel 2013.
Barisan Anak Rakyat (Barak) 145, salah satu simpul atau jaringan tim pemenangan Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) yang juga memiliki asumsi sendiri. Kendati menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas insiden ini, Barak 145 mendesak kubu Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) untuk menghentikan skenario politik pencitraan.
Barak melihat pascainsiden ini, yang dilakukan kubu Sayang hanya melakukan pencitraan seakan-akan sebagai pihak yang dizalimi. Di sisi lain, dia tidak menjalankan fungsinya sebagai penanggung jawab pemerintahan di Sulsel.
"Boleh di catat bahwa hari ini (kemarin), salah satu media mengutip pernyataan Pak Syahrul bahwa kalau hanya ingin jadi gubernur kemudian mau membom saya (Syahrul), ambilmi jabatanku. Ini seakan menuduh bahwa pelakunya adalah lawan politiknya yang akan bertarung di pilgub," jelas Ketua Barak 145 Sulsel, Japri Timbo Dg Rola didampingi sekretarisnya, Zamanjuddin Radjab serta pengurus Barak 145 saat memberi keterangan pers di warkop Sija, Selasa, 13 November.
Tim pendukung IA ini berasumsi, sekiranya gubernur betul-betul merasa terancam dengan insiden itu, Syahrul sudah langsung melakukan rapat koordinasi dengan unsur muspida utamanya dengan Polda dan Pangdam VII Wirabuana guna membahas situasi itu. Namun hal itu tidak dilakukan gubernur.
Barak 145 mengingatkan masyarakat Sulsel tentang kejadian yang serupa pada 28 September 2007 lalu, soal insiden ancaman bom menjelang pilgub. "Hari itu hari Jumat, 28 September 2007. Ada skenario ancaman bom dalam yang diletakkan dalam kardus. Tapi di situ ada pesan yang dititipkan berbunyi "selama jadi lawan Asmara (Amin Syam-Mansyur Ramli) mundurko". artinya bahwa saat pilgub ada saja skenario ancaman bom," kata Zamanjuddin.
Makanya, Barak 145 melihat insiden yang terjadi pekan lalu itu adalah bagian dari skenario politik pencitraan yang dilakukan orang dalam, tanpa sepengetahuan Syahrul. Alasannya, tidak ada teroris yang ingin melakukan aksi teror hanya karena alasan uang Rp500 ribu, namun selalu berkaitan dengan ideologi.
Soal asumsi polisi bahwa pelaku adalah jaringan teroris, Barak 145 meminta polisi untuk tidak begitu mudah berkesimpulan. Dia juga mendesak polisi untuk mengusut tuntas insiden ini guna memastikan apakah kejadian itu adalah rangkaian kerja terorisme, teror pilgub, kriminal murni, atau rekayasa politik.
"Barak 145 menyampaikan permohonan maaf kepada kepolisian atas analisis kami yang tidak sesuai hasil penyelidikan sementara polisi. Bukan kami tidak percaya kepolisian, tapi ini masukan positif demi terwujudnya objektivitas penyelidikan dalam mengungkap kebenaran insiden, sebagai wujud menjaga stabilitas politik dan keamanan di Sulsel," tandas Japri.
Jubir Sayang, Maqbul Halim tegas membantah asumsi bahwa insiden tersebut adalah bagian dari politik pencitraan. "Coba ledakkan bom di depannya sendiri, baru kita tuduh itu pencitraan," kata Maqbul. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar