MAKASSAR, FAJAR--Upaya Ketua Umum DPP Golkar, Aburizal Bakrie mencuri hati masyarakat di kandang Jusuf Kalla (JK) dipandang sekadar uji nyali, apakah Ical bisa mendapat simpati rakyat Sulsel atau tidak.
Praktik uji nyali politisi ini banyak dilakukan utamanya mereka yang akan bertarung untuk memperebutkan kekuasaan, termasuk presiden pada pemilu 2014 mendatang. Paling tidak, Ical yang coba masuk kandang JK ini berharap bisa mengurangi atau mencuri sebagian suara JK di pilpres mendatang.
"Apa yang dikatakan Syahrul bahwa JK sulit dilawan di Sulsel itu benar. Jadi kalau saya Ical itu uji nyali masuk kandang JK. Kalau sekiranya dia mampu meraih suara banyak di Sulsel berarti uji nyalinya berhasil. Tapi itu kan suatu hal yang sulit untuk bisa dilakukan," kata pengamat politik Unhas, Dr Hasrullah, Rabu, 8 Agustus.
JK tidak hanya tokoh yang sangat berpengaruh dan kuat di Sulsel tapi juga sudah mendapat pengaruh di Jawa. Bahkan saat ini mulai muncul asumsi masyarakat Jawa kalau pilpres lalu mereka salah memilih pemimpin. Bukti bahwa JK berpengaruh tidak hanya di Sulsel karena sampai saat ini dia aktif mengurus organisasi sosial kemasyarakatan. Untuk Sulsel, Hasrullah memastikan sosok JK tidak akan tergoyahkan kalau jika benar-benar maju di pilpres mendatang.
Sekalipun Ical mengandalkan Golkar sebagai partai pemenang pemilu atau sebagai partai yang masih sangat mengakar di Sulsel, Ical dipastikan tidak mampu menggeser ketokohan JK di mata masyarakat. Bahkan kader Golkar sendiri dipastikan banyak akan memilih JK kalau harus disandingkan dengan Ical. Bahkan dukungan kader dan simpatisan Golkar di Sulsel masih sangat tinggi di daerah ini.
Apa yang dimiliki Ical untuk ukuran kepemimpinan masih unggul JK. Ical tidak memiliki kesiapan untuk mengambil resiko apakah di bidang ekonomi, pembangun infrastruktur, perdamaian dan semacamnya. "Calon pemimpin yang bermunculan saat ini tidak ditemukan sosok yang siap ambil resiko seperti JK. Belum lagi, JL punya kharisma dan tidak punya cacat," tambah Hasrullah.
Menanggapi pernyataan Ketua DPD Golkar Sulsel, Syahrul Yasin Limpo bahwa JK sulit dilawan di Sulsel, Hasrullah menyebut bahwa pernyataan tersebut merupakan isyarat bahwa SYL bermain dua kaki untuk wacana pilpres. Sekiranya Syahrul sebagai Ketua Golkar Sulsel menyadari pernyataannya itu, mestinya nama JK masuk salah satu daftar capres yang diajukan Golkar Sulsel bukan sebaliknya menetapkan Ical capres tunggal.
"Jadi itu namanya loyalitas setengah hati. Salah satu kakinya di parpol, sementara kakinya yang lain ada di JK supaya tidak kehilangan muka di Sulsel. Syahrul coba tetap loyal ke partai, namun dia juga ingin tetap loyal dengan opini publik di Sulsel yang unggulkan JK," kata Hasrullah.
Pengamat Politik UIN Makassar, Dr Firdaus terpisah menegaskan kans Ical di Sulsel sangat kecil terutama ketokohannya. Sebaliknya, JK tetap jadi tokoh berpengaruh meski harus munus Golkar. "Justru Golkar Sulsel terancam jika kelak pecat JK. Artinya Ical sulit menyaingi kans JK di Sulsel," kata Firdaus.
Menghadapi realitas politik yang sangat inginkan JK, mengharuskan Golkar tetap solid sekaligus harus membendung opini publik Golkar pecat JK jika nantinya maju jadi capres. "Sementara itu, tokoh Golkar yang berpengaruh dan bisa mengendalikan Golkar hanya SYL," kata Firdaus. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar