*Sekretaris Jenderal DPP PKS, Anis Matta
SITUASI kepemimpinan nasional yang belum sepenuhnya mampu membawa bangsa keluar dari berbagai persoalan, banyak melahirkan spekulasi dan asumsi tentang bagaimana pemimpin saat ini. Namun banyak juga yang coba memunculkan ide-ide mengenai sosok pemimpin ideal yang paling pantas memimpin bangsa ini keluar dari berbagai persoalan, utamanya yang berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat menjelang pemilu presiden 2014 mendatang. Seperti apa gagasan politisi di senayan?, berikut petikan wawancara wartawan FAJAR, Hamsah dengan Sekretaris Jenderal DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta pekan lalu.
Akhir-akhir ini wacana pencapresan makin ramai dibincangkan. Apa tanggapan Anda?
Wacana pencapresan memang sudah sangat ramai dibicarakan, itu seiring dengan sikap partai politik yang juga sudah mulai mempersiapkan kadernya menjadi calon presiden. Sehingga hampir setiap saat, masalah capers ini dibahas.
Pendapat Anda tentang capres dari tokoh muda dan yang sudah senior?
Yang pertama saya ingin katakan bahwa tidak tepat kalau saat ini kita harus bedakan antara capres dari kalangan muda dan capres dari kalangan tua. Kenapa ini saya anggap tidak tepat karena persoalan usia tidak berkaitan langsung dengan kompetensi yang dimiliki seseorang. Mungkin ada tokoh muda tapi kompetensi yang dimiliki tidak kalah dibanding dengan tokoh yang sudah senior. Sehingga dikatomi antara capres muda dan tua menurut saya tidak tepat.
Apalagi, kalau kita bicara kepala pemerintahan, persoalan yang dihadapi sangat banyak dengan kerumitan multidimensi. Karena itu, bicara calon presiden ke depan, harus memiliki kemampuan menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.
Lalu seperti apa capres atau pemimpin yang dibutuhkan ke depan?
Karena persoalan yang harus kita selesaikan sangat rumit baik konteks nasional dan global, maka menurut saya yang kita butuhkan adalah pemimpin yang sangat kreatif. Karena kerumitan multidimensi ini, pemimpin harus memiliki terobosan besar yang kreatif. Jadi bukan soal muda atau tua, tapi bagaimana pemimpin yang kita hadirkan nanti adalah sosok yang kreatif. Dalam demokrasi yang kita kenal demokrasi liberal, trend pemimpin Indonesia semakin dibatasi otoritasnya, sementara tanggung jawab yang diembang sangat tinggi.
Karena otoritas pemimpin semakin dibatasi, sementara dituntut tanggung jawab yang tinggi, maka disitulah dibutuhkan kreativitas tinggi seorang pemimpin untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan baik meski dengan otoritas yang terbatas. Otoritas seorang presiden itu menjadi terbatas karena sebagaian kekuasaannya diambil misalnya legislatif dan yudikatif.
Salah satu bentuk kreativitas pemimpin yang dibutuhkan seperti apa?
Kreativitas pemimpin utamanya seorang presiden yang saya maksudkan misalnya kreativitas dalam merumuskan agenda kerja. Gaya kepemimpinan feodal dan instruksional kalau menurut saya saat ini tidak dibutuhkan lagi, tapi yang dibutuhkan adalah pemimpin yang memiliki jiwa persuasif tinggi, begitu juga memiliki teknik dan manajerial tinggi, yang tentunya bagaimana seluruh agendanya mampu dieksekusi dengan baik.
Salah satu asumsi menyebutkan bahwa yang cocok dalam berdemokrasi adalah mendengar dan bertanya. Pemimpin yang baik dan peduli rakyat harus rajin mendengar dan bertanya. Rajin mendengar yang saya maksud di sini adalah raji mendengarkan apa yang menjadi harapan masyarakat terhadap pemimpinnya, supaya berbagai harapan masyarakat itu bisa diwujudkan pemerintah dengan baik.
Sedang yang saya maksud rajin bertanya supaya apa yang belum diungkapkan masyarakat bisa muncul dipermukaan. Ini yang saya kira harus selalu menjadi acuan bagi pemerintah dalam menjalankan program pemerintahan pro rakyat. Karena menurut saya, masih terlalu banyak harapan-harapan masyarakat yang belum sanggup dipenuhi pemerintah saat ini.
Apakah menurut Anda ada sosok pemimpin kreatif dari sederet capres yang mulai muncul?
Saya kira tidak baik kalau saya menyebut nama. Tapi menurut saya, bangsa kita ini masih perlu lebih banyak memunculkan tokoh yang punya kemampuan membangun bangsa. Saya kira, kita memang perlu melahirkan mekanisme yang bisa membuat orang yang tersembunyi bermunculan. Harus ada mekanisme untuk munculkan tokoh-tokoh yang kompatibel.
Misalnya saja mempermudah syarat pencapresan. Kalau perlu kita samakan dengan parliamentary threshold (PT), sehingga semua partai yang lolos PT bisa mencalonkan kadernya sebagai capres. Dengan begitu, akan lebih banyak tokoh yang akan menjadi capres dalam setiap pilpres karena persyaratannya mudah. Karena menurut saya, semakin banyak capres yang maju, akan semakin bagus kepemimpinan kita ke depan.
Apakah ada upaya mempermudah syarat capres?
Saya kira saat ini kita sudah mulai mewacanakan kemudahan capres itu. Apalagi akan ada revisi undang-undang tentang pilpres. Tentunya, PKS akan mengusulkan kemudahan capres itu sehingga partai yang lolos PT bisa mengusung sendiri capres.
Dalam undang-undang pilpres ini, poin penting yang perlu kita revisi adalah lebih banyak pada syarat pencapresan. Sekarang ini, kita saya kira perlu buka mata demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Ini juga akan menjadikan partai lebih berani mengajukan calonnya.
Soal tokoh mudah jadi capres seperti apa harapan Anda?
Sebenarnya kita tidak harus berorientasi ke sana, tapi kita perlu dorong pemimpin muda maju di pilpres sebagai refresentasi demografi. Kenapa perlu di dorong pemimpin muda karena pemimpin muda itu orientasinya produktif, hasrat inovasi tinggi dan semacamnya. Makanya, kita harus beri ruang bagi mereka karena menurut saya mereka juga mampu menumbuhkan ekonomi dan bangkitkan bangsa. Tapi bukan berarti lebih bagus dari yang tua. (**)