MAKASSAR, FAJAR--Membagi sembako bagi kandidat gubernur kepada masyarakat untuk meraih simpati adalah hal wajar. Namun pembagian sembako oleh kandidat baik cagub, cawali dan cabup tetap perlu pengawasan.
Alasannya, para kandidat yang akan bertarung tersebut masih menyandang sebagai pejabat pemerintah misalnya saja Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) sebagai gubernur dan wakil gubernur Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin selaku wali kota Makassar, dan Andi Rudiyanto Asapa sebagai bupati Sinjai. Kegiatan membagi sembako utamanya yang mengatasnamakan kandidat tersebut patut diawasi, untuk memastikan apakah benar bantuan yang mengatasnamakan pribadi itu menggunakan uang pribadi atau uang negara.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa momen Ramadan ini, kandidat yang akan bertarung menjadikan momen ini membagi sembako untuk meraih simpati masyarakat, dan itu menurut saya hal yang sangat wajar. Cuma perlu diawasi jangan sampai bantuan kepada masyarakat itu dilakukan pemerintah, tapi justru yang dominan adalah sebagai kandidat gubernur," kata pengamat Sosial Politik Unhas, Dr Darwis, Senin, 23 Juli.
Darwis menyebut, peluang kandidat yang saat ini berstatus pejabat publik memanfaatkan sumbangan pemerintah seakan-akan sumbangan yang dikeluarkan dari kantong pribadi sangat terbuka lebar. Situasi ini tentu saja tidak mendidik masyarakat tapi justru akan membuat masyarakat tidak terdidik.
Makanya, Darwis berharap kandidat gubernur yang berstatus sebagai pejabat pemerintahan untuk tidak menjadikan bantuan sembako pemerintah kepada masyarakat turut dijadikan ajang politisasi. Tidak sepatutnya bantuan dari APBD diklaim sebagai bantuan yang dikeluarkan dari kantong pribadi. "Dan peluang itu bisa terjadi. Makanya disitulah perlunya ada pengawasan dalam setiap pembagian sembako oleh kandidat yang berstatus pejabat pemerintah," imbuh Darwis.
Ketua Panwaslu Sulsel, Supriyanto menegaskan bahwa panwaslu hanya bisa mengimbau para kandidat untuk tidak menjadikan Ramadan ini sebagai ajang untuk melakukan politik praktis. "Kalau misalnya sembako itu akan dibagikan oleh pemerintah, tidak perlu membawa-bawa kandidat misalnya menyerahkan sepenuhnya kepada SKPD yang membidangi untuk menyalurkan sembako itu, jangan lagi yang menonjol malah kandidatnya padahal bantuan yang diberikan adalah dari pemerintah," kata Supriyanto.
Bagi panwaslu Sulsel, kegiatan para kandidat ini memang menjadi dilema tersendiri karena belum satupun yang bisa dikategorikan sebagai calon gubernur, kendati opini yang terbangun di masyarakat menyebutkan bahwa saat ini setidaknya sudah ada tiga pasangan cagub Sulsel yang akan bertarung yakni Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang, Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar, dan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar