Powered By Blogger

Selasa, 17 Juli 2012

Muhammadiyah Harap 1 Ramadan Seragam


MAKASSAR, FAJAR--Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sulsel berharap penetapan 1 Ramadan 1433 H di Indonesia bisa seragam. Sidang isbat yang akan dilakukan pemerintah diharapkan jatuh pada Jumat, 20 Juli atau sama dengan yang telah ditetapkan Muhammadiyah.
Ketua PW Muhammadiyah Sulsel, KH Alwi Uddin menyatakan bahwa Muhammadiyah sudah sangat yakin awal Ramadan 1433 H jatuh pada 20 Juli mendatang. Penetapan 1 Ramadan oleh Muhammadiyah telah dilakukan melalui hisab hakiki wujudul hilal. Kalau saat ini berkembang bahwa penetapan 1 Ramadan oleh pemerintah jatuh pada 21 Juli, Alwi Uddin menilai kemungkinan tersebut belum pasti.
"Kalau Muhammadiyah kan sudah pasti 20 Juli. Karena itu, ketika Kementerian Agama melakukan sidang isbat nanti, kita berharap penetapan 1 Ramadan bisa sesuai yang telah ditetapkan Muhammadiyah. Karena penentuan awal Ramadan itu harus murni berdasarkan perhitungan yang benar," kata Alwi Uddin.
Alwi Uddin menjelaskan, 1 Ramadan ketika terpenuhi tiga kriteria. Yakni telah terjadi ijtimak atau konjungsi dimana telah terjadi suatu garis lurus matahari, bulan dan bumi. Dimana bumi berada di posisi garis lurus. Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, serta saat terbenamnya matahari, piringan bulan berada di atas upuk, artinya bulan baru telah ada. Iitu kriteria yang dipakai Muhammadiyah. Tentu dengan perhitungan yang dipakai karena dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi," tambah Alwi Uddin.
Perhitungan awal Ramadan sama saja ketika mulai menghitung dimulainya 1 Muharram sampai Dzulhijjah atau sebagaimana kalender hijriah. Alquran juga kata Alwi Uddin menjelaskan bagaimana menentukan perhitungan bulan Hijriah.
"Ayat-ayat dalam Alquran menjadi dasar kita juga. Dalam surat Yunus Ayat (5), dikatakan yang artinya Allah menciptakan matahari bersinar, bulan bercaya hanya masing-masing berjalan pada orbitnya, itu semua supaya kalian mengetahui perhitungan tahun dan bulan," kata Alwi Uddin.
Bagaimana harapan pemerintah Muhammadiyah mengikuti sidang Isbat?, Alwi Uddin menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak perlu lagi mengikuti sidang isbat tersebut. Alasannya, sidang isbat yang dilakukan pemerintah tidak kondusif dalam artian yang hadir tidak semua ahli atau ada yang sekadar mewakili.
"Mestinya sidang isbat betul-betul hadirkan ahlinya hisab dan rukyat. Jangan juga disiarkan secara live. Biarkan ulama bekerja nanti hasilnya baru diumumkan live. Kan biasanya dalam sidang isbat ada juga perbedaan, sehingga keputusan diambil berdasarkan argumentasi terbanyak," jelas Alwi Uddin. (hamsah umar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar