MAKASSAR, FAJAR--Mantan wakil presiden, Jusuf Kalla dinilai tokoh cukup fenomenal sebagai salah satu calon presiden (capres) 2014. Survei yang selalu menempatkannya masuk lima besar menjadi alasan.
Penilaian ini disampaikan Adi Suryadi Culla saat tampil sebagai narasumber dalam dialog Calon Presiden 2014, yang digelar Lembaga Survei Indonesia (LSI) kerja sama Majalan Indonesia 2014 dan FISIP Unhas di Aula Ahmad Amiruddin, Fakultas Kedokteran, Kamis, 20 Desember.
Di mata pengamat politik Unhas ini, JK adalah refresentasi tokoh lokal yang juga memiliki basis di level nasional. Berbagai survei yang menempatkan JK selalu berada di 5 besar baik survei elektabilitas, popularitas hingga survei kualitas tokoh yang dilakukan LSI, menjadi hal menarik atau menjadi fenomena bagi JK.
Misalnya saja survei CSIS menempatkan JK di posisi 2, Lembaga Survei Nasional urut 3, LSI urut 2, Soegeng Sarjadi Syndicate di urut 3 dan sejumlah survei ternama lainnya. Ini berbeda dengan tokoh lain yang cukup populer dan memiliki elektabilitas tinggi, tapi dari segi kualitas dia tidak masuk dalam daftar tokoh yang dianggap berkualitas (berintegritas, kapabilitas, dan akseptabilitas).
"Yang jadi masalah karena JK tidak memiliki parpol yang akan mengusungnya. Sehingga itu yang akan menjadi tantangan bagi JK nanti," kata Adi Culla.
Terhadap survei opinion leader yang jadi topik pembahasan dalam dialog ini, Adi Culla juga sedikit mengkritisi. Dia mlihat survei ini memiliki bias karena yang banyak dimunculkan dari sekitar 30 tokoh itu mayoritas dari parpol. Begitu juga tidak banyak menampilkan tokoh-tokoh lokal. "Jadi ini juga kelemahan dari survei LSI karena tokoh lokal tidak banyak muncul. Saya kira potensi lokal perlu dimunculkan juga dalam survei," kata Adi Culla.
Pembicara lain dalam dialog calon presiden 2014 ini yakni Direktur Eksekutif LSI, Kuskridho Ambardi, dan salah satu tokoh yang dianggap memiliki kualitas menjadi capres, Jend (Purn) Endriartono Sutarto, serta Prof Salim Said.
Menanggapi survei LSI yang juga memasukkan namanya sebagai salah satu tokoh, Endriartono menegaskan sekiranya survei ini menjadi pilihan masyarakat banyak, sebagai tokoh dia tidak bisa mengecewakan masyarakat. Namun kata dia, survei ini juga harus dimaklumi kalau tidak menjadi pilihan masyarakat banyak.
Endriartono menekankan bahwa pemimpin yang dibutuhkan bangsa ini kedepan yang utama adalah yang memiliki komitmen memberantas korupsi. "Karena kalau korupsi merajalela, maka korupsi akan menjadi malapetaka bagi rakyat Indonesia. Karena itu, persoalan korupsi harus diberantas karena menjadi penyebab kemiskinan masyarakat Indonesia," tandas mantan Komisaris Utama PT Pertamina ini.
Dalam dialog ini, dia juga banyak bercerita mengenai sosoknya utamanya ketika menjadi Komisaris Utama PT Pertamina yang kemudian memilih mundur karena kebijakan yang menurutnya untuk kepentingan rakyat tidak mendapat akomodasi yang baik.
Yang pasti menurutnya, Indonesia ke depan membutuhkan pemimpin yang betul-betul mumpuni. "Bukan pemimpin yang hanya nikmati jabatan. Pemimpin itu harus melayani masyarakat hingga paling bawah," tandasnya.
Salim Said dalam kesempatan ini juga tekankan kualitas pemimpin dalam hal memberantas korupsi. "Jangan kita biarkan negara kita digerogoti korupsi. Ancaman paling besar adalah korupsi. Korupsi itu bukan hanya uang tapi politik pun dikorupsi. VOC runtuh karena persoalan korupsi," sebut Salim.
Direktur Eksekutif LSI, Kuskridho Ambardi menyatakan hasil surveinya yang mengedepankan kualitas tokoh ini perlu disosialisasikan secara luas di masyarakat dalam rangka memilih pemimpin yang terbaik sesuai indikator tertentu.
"Makanya, kami ajak unhas suarakan itu. Ada pihak yang menyatakan pilpres itu masih lama, tapi justru disitulah kita penting diskusikan ini supaya kita bisa mendiskusikannya panjang lebar. Di tangan presiden itu ditentukan 200 juta jiwa lebih penduduk Indonesia," kata Kuskridho.
LSI berinisiatif menyosialisasikan hasil survei ini dengan harapan masyarakat di Indonesia bisa mengenal dan memahami pentingnya memilih calon pemimpin yang memiliki kualitas. Tidak sekadar karena popularitas yang dimiliki calon itu. Dia melihat, kualitas tokoh yang akan jadi pemimpin di negeri ini yang jadi problem dari berbagai pertimbangan.
Makanya, dia menyebut sosialisasi ini begitu penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tokoh yang berkualitas dan memiliki integritas yang baik memimpin negeri ini. Apalagi, dari survei yang dilakukan integritas seorang pemimpin menjadi hal sangat penting yang dibutuhkan dalam memimpin bangsa ini. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar