MAKASSAR, FAJAR--Simpan siur mewarnai penyelidikan ambruknya tembok perumahan elit The Mutiara. Penyelidikan sementara menyebutkan proyek pembangunan tembok tersebut disubkontrakkan.
Hasil penyelidikan sementara yang dilakukan tim khusus Polrestabes Makassar dan Polsekta Panakkukang menyebutkan, proyek pembangunan tembok setinggi tujuh meter ini dikerjakan oleh perusahaan ketiga. Pemiliknya disebut-sebut bernama H Jamaluddin. Hanya saja, polisi masih kurang memberikan kepastian nama perusahaan tersebut.
"Keberadaan H Jamaluddin ini yang sementara kita cari tahu, sebagai orang yang sub pembangunan pagar (tembok itu). Pengumpulan data dan keterangan penyidik, proyek itu disubkontrakkan," kata Wakasatreskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar.
Ditanya soal siapa yang paling bertanggung jawab dalam peristiwa yang mengakibatkan delapan nyawa melayang ini, Anwar belum mau berspekulasi. Apalagi jumlah saksi yang diperiksa sejauh ini baru enam orang. Empat orang dari pihak developer dan dua orang dari warga. Salah satu pihak yang telah diperiksa dari pengembang adalah Manajer Proyek, Arif dan pengawas bangunan Heri.
Yang pasti menurut Anwar, kasus ambruknya tembok The Mutiara ini telah ditingkatkan ke penyidikan. Namun dia membantah kalau polisi sudah menetapkan tersangka dalam kasus ini. "Penyidikan itu bukan berarti sudah ada tersangka , tapi itu adalah upaya penyidikan untuk menemukan pihak yang bisa dijadikan tersangka," jelas Anwar.
Anwar menyebutkan penyidik masih akan melakukan olah TKP untuk memastikan kualitas dari kontruksi bangunan tersebut, untuk memperkuat dugaan sementara yang menyebutkan adanya unsur kelalaian dan human error dalam proyek yang berbuah petaka ini.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha terpisah menegaskan bahwa pihaknya terus melakukan penyidikan utamanya mengenai bangunan pemisah ini. "Apakah sudah sesuai standar atau memang menyalahi. Kita juga cari tahu kenapa tembok ini runtuh," jelas Himawan.
Polisi juga akan memperdalam maksud pembangunan tembok setinggi tujuh meter ini, apa sekadar pembatas dengan warga luar atau diperuntukkan untuk menahan beban seperti timbunan. "Unsur kelalaian atau kesegajaan akan kita coba buktikan. Warga dan buruh proyek akan kita mintai keterangan," kata Himawan.
Salah satu informasi penting yang memperkuat adanya kelalaian dalam petaka ini, dari kepolisian menyebutkan tembok tersebut sebelum rubuh sudah pernah terlihat ada yang retak. Makanya, informasi dari warga ini yang sementara dikembangkan penyidik kepolisian.
Untuk kepentingan penyelidikan kondisi konstruksi, pihak penyidik akan minta bantuan tim ahli konstruksi Unhas melakukan penelitian. Hanya saja, belum ada jadwal resmi dari polisi kapan tim ahli tersebut turun melakukan penelitian.
Sementara itu, sebanyak 23 jiwa yang terdiri dari 5 kepala keluarga masih bertahan di kantor Lurah Sinrijala, Panakkukang. Para warga ini memilih bertahan di posko bantuan karena tidak ada lagi tempat untuk bernaung. Di posko ini, pemerintah kelurahan juga telah membangun dapur umum.
Lurah Sinrijala, Alex menyatakan bahwa kebutuhan para pengunsi ini terpenuhi dengan baik. Apalagi bantuan dari warga terus berdatangan baik dalam bentuk uang tunai, air minum, beras, selimut, dan kebutuhan lainnya. Termasuk bantuan dari pemerintah. Alex menyebut, sebagian besar korban memilih tinggal di rumah keluarga, tetangga, bahkan ada yang telah pulang kampung.
Soal perhatian yang diberikan The Mutiara kepada korban utamanya yang mengunsi di kantor lurah, Alex mengaku belum mengetahuinya. Namun dia mengaku kalau perusahaan pengembang tersebut telah menawarkan dapur umum. "Sudah ditawarkan dapur umum," kata Alex.
Soal proses hukum yang dilakukan polisi, Alex mengaku tidak ingin mencampurinya. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada petugas kepolisian untuk melakukan pengusutan. "Kami hanya mengurus korban," tambahnya.
Salah seorang keluarga korban, Nurlia mendesak pihak pengembang segera memberikan santunan kepada keluarga korban. Menurutnya, sejauh ini belum ada kepastian bahkan pembicaraan antara keluarga korban dengan The Mutiara. Dalam peristiwa ini, Nurlia kehilangan tiga anggota keluarga sekaligus.
Soal niat Pemkot Makassar merelokasi warga ke tempat lebih aman, Nurlia mengaku setuju dengan rencana tersebut. "Lebih baik kalau kita dipindahkan. Selama ini kita tinggal di sini karena memang tidak ada tempat lain," kata Nurlia. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar