DITUNJUK menjadi prajurit penjaga perbatasan di pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Filipina, di kalangan prajurit TNI memiliki suka dan duka. Namun dibalik semua itu, penugasan di perbatasan sudah menjadi dambaan sekaligus kebanggaan bagi prajurit.
Bahkan banyak prajurit yang mengharapkan bisa bertugas di wilayah perbatasan, utamanya yang masih berstatus bujangan. Bagi prajurit, bertugas di pulau terluar di wilayah Kodam VII/Wirabuana ini suatu hal yang selalu dinantikan.
Namun, proses penenpatan prajurit di perbatasan ini bukan tanpa pertimbangan dari pimpinan. Pasalnya, sebelum ditempatkan di wilayah tugas, prajurit harus menjalani serangkaian latihan pra tugas sekaligus seleksi untuk menentukan kelayakan seorang prajurit bertugas di perbatasan.
Selain pengalaman bertugas di wilayah perbatasan, ada juga prajurit yang menemukan pujaan hatinya di wilayah tugas. Bahkan, salah satu prajurit yang ditarik dari penugasan ada yang berencana melangsungkan pernikahaan dengan seorang gadis pujaannya di wilayah penugasan. Bahkan prajurit tersebut siap ditugaskan kembali sebagai babinsa di pulau terluar ini.
Ini juga berlaku bagi 103 prajurit Yonif 712/Wiratama Kodam VII/Wirabuana yang ditugaskan di perbatasan Indonesia -Filipina. Menurut Pangdam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal Muhammad Nizam, selama tiga bulan pra tugas, prajurit yang dianggap tidak layak tidak akan ditunjuk untuk bertugas di perbatasan.
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan seorang prajurit bisa dipercaya mengembang amanah di perbatasan. Salah satunya adalah faktor mental, psikologi, maupun fisik. "Tidak serta merta prajurit ditunjuk bertugas di perbatasan. Tapi semua melalui tahapan yang matang," tegas Nizam.
Kehadiran prajurit TNI di perbatasan ini sendiri disambut baik masyarakat. Apalagi, prajurit TNI ini tidak sekadar berposko melakukan pengamanan, tapi juga turun langsung membantu masyarakat dalam berbagai kehidupan.
Di Kepulauan Marore misalnya, prajurit TNI aktif membantu petani membuat lahan pertanian, begitu juga dengan kegiatan sosial lainnya. Tidak heran, ketiga prajurit TNI ini diganti, banyak warga yang merasa kehilangan bahkan menangis karena mengingat budi baik prajurit TNI selama ini.
"Apa yang dirasakan masyarakat ketika ada pergantian prajurit, menjadi bukti bahwa prajurit TNI sudah mampu berbaur dengan baik dengan masyarakat. Hal seperti ini yang selalu kita harapkan dari setiap prajurit TNI. Bahkan kalau perlu prilaku baik ini lebih ditingkatkan," kata Danrem 131/Santiago, Kolonel AAB Maliogha.
Keberadaan prajurit TNI di wilayah perbatasan tidak boleh lebih baik dari warga asing. Kalau itu terjadi, menjadi ancaman tersendiri bagi nasionalisme masyarakat di perbatasan. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar