*Diduga Korban Kekerasan Senior
MAKASSAR, FAJAR--Awaluddin, salah seorang mahasiswa baru (maba) Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Unhas tewas di UGD RS Wahidin, Senin, 10 Oktober sekira pukul 12.30. Mahasiswa asal Desa Labessi, Soppeng ini diduga menjadi korban kekerasan seniornya.
Mahasiswa tersebut diketahui tengah mengikuti Program Reformasi Pola Sikap dan Pikir (Progresif) yang dilakukan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Kimia Unhas. Informasi yang diperoleh, pada Minggu siang korban sempat pinsang saat mengikuti kegiatan. Bahkan jelang makan siang, korban sempat mengeluh kepada panitia sakit mag.
Meski pihak panitia menyebut korban meninggal karena sakit, namun pihak keluarga menduga mahasiswa yang bebas tes masuk Unhas ini meninggal tidak wajar. Apalagi, dari mulut korban sempat keluar darah. Anak pasangan A Muh Jufri dengan Rohani Anwar ini diketahui kos di BTP Makassar.
Menurut nenek korban Marumani, pada Minggu malam korban sempat meneleponnya dan menyampaikan kalau kondisinya sakit. "Dia bilang tidak bisa lagi bergerak saat saya dihubungi tadi malam," ujar Marumani.
Makanya, pagi harinya nenek korban tersebut langsung ke Makassar untuk menemui cucunya. Maklum kedua orang tua korban ini berada di Kalimantan Timur. Begitu sampai di rumah kos korban, dia sudah mendapati korban dalam kondisi tidak berdaya. Pihak keluarga dan teman kos korban pun membawanya ke RS Wahidin, namun nyawanya tidak tertolong.
Ketua BEM Fakultas MIPA Unhas sekaligus penanggung jawab umum Progrefif, Faharuddin menyebutkan bahwa korban sempat diperiksa tim media panitia pada saat korban mengeluh sakit. Namun panitia kata dia berkesimpulan kondisinya tidak bermasalah. "Karena mengeluh sakit mag, kita sempat periksa tapi tidak apa-apa," kata Faharuddin.
Mahasiswa yang mengikuti Progresif atau semacam ospek itu, setiap paginya dijemput oleh seniornya di gerbang kampus. "Dia dijemput di gerbang sampai tempat upacara. Umumnya materi di dalam kelas, nanti di luar baru ada kegiatan seperti games," kata Faharuddin.
Ketua Jurusan Kimia Fakultas MIPA Unhas, Dr Firdaus yang ditemui di RS Wahidin menegaskan bahwa kegiatan yang dilakukan pengurus BEM MIPA Unhas ini diluas pengetahuan jurusan alias ilegal. Pihaknya bahkan mengaku mengetahui ada kegiatan semacam ospek setelah ada maba meninggal dunia. "Kami tidak pernah mendapat penyampaian dari BEM maupun fakultas kalau ada kegiatan seperti ini. Jadi kegiatan ini diluar sepengetahuan jurusan," kata Firdaus.
Dia menegaskan bahwa kegiatan penyambutan maba di tingkat jurusan sudah pernah dilakukan pihak kampus. "Itu sudah lama selesai, dan setelah itu sudah tidak ada lagi kegiatan penjemputan maba atau semacamnya," tambahnya.
Pejabat Sementara Kapolsekta Tamalanrea, Kompol Amiruddin yang ditemui mengaku belum bisa memastikan penyebab korban meninggal dunia. Kendati menurut informasi sementara yang diperoleh, dugaan korban mengalami kekerasan sangat mungkin ada. Apalagi menurut keterangan keluarga sempat ada keluar darah dari mulutnya.
Namun untuk memastikan apakah korban tewas karena mengalami kekerasan, polisi kata dia masih akan melakukan otopsi terhadap mayat korban. Apalagi pihak keluarga yang curiga kematian korban tidak wajar, sudah menyatakan setuju untuk melakukan otopsi terhadap mayat korban.
"Keinginan keluarga dilakukan otopsi. Jadi nanti dari sini kita bisa memastikan penyebab korban meninggal. Sementara ini, tim identifikasi sedang melakukan proses identifikasi mayatnya," kata Amiruddin.
Yang pasti menurut pihak kepolisian, kegiatan Progresif yang dilakukan BEM MIPA terhadap maba ini bisa dipastikan ilegal, karena tidak melalui izin dari pihak jurusan. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar