ADANYA sejumlah masyarakat sipil yang menjadi korban penggunaan senjata api, milik aparat kepolisian akhir-akhir ini utamanya yang tidak tersangkut persoalan hukum, sudah semestinya menjadi perhatian serius pimpinan kepolisian baik dari tingkat Polsekta, Polrestabes hingga Polda.
Pimpinan unit kerja seperti kapolsekta, kapolrestabes ataupun kapolda sudah sewajarnya menjadikan penggunaan senpi, yang terkesan tidak terukur dan tidak sesuai tujuan atau sekadar melumpuhkan ini dievaluasi secara serius, bukan melakukan pembiaran sehingga penggunaan senjata tidak secara terukur terus berlanjut.
Salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah melakukan pengawasan terhadap anggota yang memegang senjata api. Dengan harapan, pengawasan yang dilakukan pimpinan terhadap anggotanya itu bisa meminimalisir penggunaan senpi yang tidak terukur.
Pihak kepolisian mengakui anggota polisi yang diberi izin memegang senjata, sudah melalui seleksi ketat mulai dari administrasi, psikotest, termasuk penilaian pimpinan mengenai sikap dan perilaku anggota sehari-hari.
Kasi Propam Polrestabes Makassar, AKP Djoko Muji menegaskan proses pemberian izin anggota untuk memakai senjata melalui berbagai tahapan. Tahapan paling serius adalah tes psikotest. Yang terpenting juga adalah penilaian pimpinan yang melihat langsung seperti apa anggotanya di lapangan.
"Sekalipun anggota lolos administrasi dan psikotest, bisa saja tidak mendapat izin kalau pimpinannya melihat anggota tersebut tidak layak untuk dipinjamkan. Misalnya karena pertimbangan sikap dan perilaku sehari-hari. Yang paling tahu adalah pimpiannya," kata Djoko.
Makanya kata dia, proses seleksi terhadap anggota yang akan memegang senjata api tetap dilakukan secara ketat. Seleksi ini bahkan harus dilakukan sekali dalam setahun. Sehingga anggota yang tadinya lolos seleksi, memungkinkan tidak mendapat izin jika dalam seleksi berikutnya mereka tidak lolos seleksi.
Wakapolrestabes Makassar, AKBP Endi Sutendi menambahkan bahwa pihak kepolisian selama ini sudah melakukan upaya, agar penggunaan senjata dilakukan secara profesional dan terukur. Selain melalui seleksi, anggota kepolisian juga setiap saat melakukan latihan menembak untuk meningkatkan kemampuannya.
"Latihan penggunaan senjata api juga tetap dilakukan, sehingga kemampuan menggunakan senjata secara tepat dan terukur bisa lebih meningkat," kata Endi.
Memang yang terpenting juga kata dia adalah pengawasan secara periodik terhadap anggota yang menggunakan senjata api juga diperlukan. Misalnya pengawasan melalui Unit Profesi dan Pengamanan (Propam). "Juga bagaimana secara periodik dilakukan pengecekan terhadap senjata api itu sendiri," tambah Endi. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar