PAGI sekira pukul 08.00, Syamsu Alam masih sempat melempar senyum dengan tetangganya. Bahkan, beberapa saat sebelum kejadian, dia masih menemani istrinya, Nursia membayar tagihan pemakaian listrik di rumahnya.
Namun siapa sangka, pensiunan polisi yang terakhir berpangkat Brigadir Polisi ini telah pergi untuk selama-lamanya secara mendadak, akibat ditikam sopir pete-pete bernama Fransius Petrus alias Gulo. Almarhum yang meninggalkan lima anak dan tujuh cucu itu, tewas bersama korban lainnya yakni Edi dan Saldi.
Sebelum peristiwa mengenaskan itu, tanda-tanda bahwa almarhum akan pergi untuk selamanya itu sudah ada diperlihatkan kepada keluarga, termasuk tetangganya. Namun semua itu baru disadari setelah dia telah meninggalkan.
Pagi sebelum dia bersama istrinya berangkat membayar rekening listrik, dia masih sempat menggendong salah seorang cucu kesayangannya. Maklum, cucunya tersebut memang dalam kondisi kurang sehat. Saat itu, dia sempat berbicara banyak dengan anaknya, Yanti atau anak dari cucunya tersebut.
Rupanya, nasihat baik almarhum terhadap anaknya utamanya dalam merawat anaknya itu, sudah menjadi pertanda dia akan pergi untuk selamanya. "Waktu itu dia bilang, jaga baik-baik anakmu," ujar Yanti
Selain memberi banyak nasihat terhadap Yanti dalam merawat anaknya dengan baik, Syamsu Alam juga untuk pertama kalinya meninggalkan rumah tanpa ditemani istri atau anggota keluarga lainnya. Padahal, selama ini menurut Yanti, setiap kali keluar untuk keperluan tertentu, dia selalu bersama istri atau keluarga lain.
Begitu juga, dia sangat jarang bepergian kalau hanya menumpang kendaraan angkot. Selama ini dia lebih memilih naik motor atau mobil pribadi. Makanya, tetangga terdekatnya pun cukup kaget mengetahui korban meninggalkan rumahnya dengan menumpangi kendaraan umum.
Saat itu, korban yang diterima sebagai anggota polisi pada tahun 1964 itu, hendak ke kantor PTPN VII Makassar untuk mengambil gaji untuk biaya pengobatan istrinya. Sayang, belum sampai ke kantor PTPN dia lebih dulu ditikam oleh pelaku dalam perjalanan. Korban yang sempat dilarikan ke RS Wahidin ini tewas saat berada di IRD.
Selama ini, almarhum setiap bulan bolak balik bersama istrinya ke Bone utamanya Arasoe. Selain urusan kerja, juga untuk mengurus usaha yang dirintisnya. Di rumahnya, kompleks BTP Blok E Jalan Kerukunan No.41, korban memang menjual barang campuran. Usaha inilah yang dijalani korban bersama keluarga. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar