MAKASSAR, FAJAR--Kasus pembunuhan terhadap dua bocah dan seorang pensiunan polisi di depan M'Tos Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar, menimbulkan kekhawatiran bagi kalangan warga tertentu di Makassar utamanya dari luar Sulsel.
Warga dari luar Sulsel ini khawatir menjadi sasaran kekecewaan dan kemarahan keluarga korban. Makanya, mereka memilih mengamankan diri ke kantor polisi. Warga tersebut memilih datang sendiri ke kantor polisi, namun tidak sedikit juga yang minta dijemput di rumah, kampus, atau kamar kosnya setelah terlebih dahulu berkumpul.
Warga yang khawatir imbas pembunuhan Edi, Saldi, dan Syamsu Alam ini bahkan mulai minta perlindungan polisi pada Rabu tengah malam. Sejumlah kantor polisi seperti Polsekta Panakkukang, Polsekta Manggala, Polsekta Biringkanaya menjadi sasaran perlindungan warga.
"Warga Makassar yang khawatir imbas pembunuhan tiga warga di depan M'Tos ini minta perlindungan kepada kita, baik datang sendiri ke kantor maupun minta dijemput. Karena kondisi di Polsekta tidak memungkinkan dan untuk memudahkan koordinasinya, mereka kita bawa ke SPN Batua," ujar Kapolsekta Panakkukang, Kompol Muh Nur Akbar.
Proses evakuasi warga dari tempat tinggal mereka dan kantor Polsekta ke SPN Batua berlangsung hingga sore kemarin. Sejumlah bus milik Pemkot Makassar dan Pemprov Sulsel dikerahkan untuk mengangkut warga, termasuk kendaraan milik kepolisian dan TNI.
Hingga saat ini belum ada data resmi berapa banyak warga Makassar yang berasal dari luar Sulsel yang memilih meminta perlindungan kepada kepolisian, namun diperkirakan melebihi seribu orang. Catatan FAJAR, dari Polsekta Panakkukang saja berkisar 600 orang, Polsekta Manggala sekira 162 orang, Polsekta Biringkanaya sekitar 300 orang.
Jumlah tersebut belum termasuk yang dievakuasi dari sejumlah Polsek di daerah ini, termasuk yang dievakuasi dari pihak TNI yang jumlahnya juga mencapai ratusan orang. Di SPN Batua, Kapolda Sulsel, Irjen Pol Johny Wainal Usman sempat menemui pengungsi, apalagi saat bersamaan sedang berlangsung acara HUT Polwan.
Proses evakuasi warga ke SPN Batua sendiri dilakukan melalui pengawalan ketat pihak kepolisian dan TNI. Ada yang dikawal menggunakan mobil truk polisi, mobil truk TNI, hingga mobil jenis Barakuda mengawal proses evakuasi warga tersebut.
Kekhawatiran ini semakin meluas apalagi beredar informasi akan adana aksi pembalasan atas kasus penikaman ini. Ditambah lagi, penyerangan dua kepala keluarga di Jalan Batua Raya V oleh sekelompok warga menggunakan sepeda motor pada Rabu, 14 September sekira pukul 22.45.
Kelompok penyerang yang tidak diketahui identitasnya itu terlebih dahulu memadamkan listrik Pondok Indah tempat kedua warga yang berasal dari luar Sulsel ini berada. Setelah itu, pelaku langsung melakukan penyerangan dengan senjata tajam jenis parang. Dalam penyerangan ini, dua penghuni yakni Joni dan Petrus Patris Benyamin mengalami luka sabetan parang pada punggung dan tangan.
Sementara dua istri lolos dari penganiayaan warga setelah berhasil melarikan diri. Kedua warga yang menjadi korban penyerangan oknum tidak dikenal itu saat ini dirawat di RS Bhayangkara dalam penjagaan ketat aparat kepolisian. Kedua korban penyerangan warga itu diketahui bekerja sebagai sopir pete-pete dan penjaga toko di daerah ini.
Salah seorang warga yang turut mengamankan diri ke kantor polisi, Ilyas Suban mengaku sejak peristiwa terjadi dirinya yang berprofesi sebagai sopir pete-pete tidak berani lagi keluar rumah. "Kita khawatir jangan sampai orang serbu begitu saja. Jadi kita memilih berlindung di kantor polisi," kata Ilyas.
Kasubid Penerangan Masyarakat Polda Sulsel, AKBP Muh Siswa yang ditemui di SPN Batua menegaskan bahwa kondisi kota Makassar secara umum pada dasarnya kondusif. Namun karena warga ada kekhawatiran, makanya mereka ditampung di SPN Batua.
"Sebenarnya tidak ada potensi mereka akan menjadi sasaran penyerangan, tapi karena ada kekhawatiran yang dialami sehingga minta perlindungan polisi. Karena itu memang menjadi tugas kita, makanya kita amankan di sini," kata Muh Siswa.
Siswa menegaskan bahwa kasus penikaman warga yang dilakukan oleh Fransius Petrus alias Gulo terhadap enam warga di Jalan Perintis Kemerdekaan yang mengakibatkan tiga korban tewas dan tiga lainnya mengalami luka, merupakan peristiwa kriminal murni. "Ini adalah kriminal murni, jadi tidak ada kaitannya dengan masalah sosial dan lainnya. Kami imbau masyarakat untuk memahami situasi. Sekalipun ini dilakukan oleh orang dari luar Sulsel, tapi itu murni perbuatan oknum," tegas Siswa.
Terhadap proses penyelidikan kasus pembunuhan ini, Siswa menegaskan bahwa pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan. Kendati sejauh ini belum bisa disimpulkan apa yang menjadi motif pelaku melakukan aksi brutal tersebut.
"Kita belum bisa simpulkan motif pelaku melakukan ini, karena pelaku sendiri sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit. Dia membutuhkan perawatan karena mengalami luka sobek di kepala dan kaki patah," kata Siswa.
Kendati begitu, aksi pelaku itu diduga dipicu kekesalan pelaku terhadap korban yang sehari-hari bekerja membantu pengunjung M'Tos menyeberang atau membawa belanjaan mereka. Pelaku yang saat kejadian bersama pacarnya diduga diusili oleh korban dan rekannya sehingga menyulut emosi pelaku.
Namun informasi lain menyebutkan pelaku yang diduga dalam kondisi mabuk itu memiliki dendam tersendiri kepada korban atau rekannya. Informasi yang diperoleh, salah satu motor pelaku sempat dirusak warga tidak dikenal di daerah tersebut, yang oleh pelaku diduga pelakunya adalah kawanan anak yang bekerja sebagai Pak Ogah di depan M'Tos.
Ketiga korban tewas sendiri hingga kemarin sudah dimakamkan oleh pihak keluarganya. Syamsu Alam yang merupakan pensiunan polisi dengan pangkat terakhir brigadir polisi dimakamkan di pemakaman umum Sudiang, sedang dua bocah lainnya di makamkan di kampung halaman orang tuanya di Jeneponto dan Bantaeng.
Guna mengantisipasi aksi kekerasan yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab terhadap warga yang tidak bersalah, pihak Polrestabes Makassar sore kemarin melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat Makassar, Bantaeng, maupun Jeneponto. Pertemuan dilakukan di Polrestabes Makassar. Rapat koordinasi yang dipimpin Kapolrestabes Makassar, Kombes Erwin Triwanto ini dihadiri Wakil Wali Kota Makassar, Supomo Guntur dan Kepala Bappeda Sulsel, Tan Malaka.
"Kita melakukan rapat koordinasi antara muspida dan tokoh masyarakat Makassar dan Jeneponto, terkait kasus penikaman di depan M'Tos," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha.
Selain melakukan koordinasi dengan pemerintah di kota Makassar hingga aparat kecamatan dan kelurahan, pihak Polda Sulsel juga telah mengintruksikan jajarannya untuk melakukan pencerahan kepada masyarakat, bahwa kasus pembunuhan tersebut adalah murni kriminal yang kebetulan pelakunya adalah warga dari luar Sulsel.
Sejauh ini, imbas penikaman enam warga yang mengakibatkan tiga orang korbannya meninggal, sudah ada tiga warga Makassar yang berasal dari luar Sulsel menjadi korban. Ketiganya adalah Yulius (dirawat di RS Wahidin), Joni dan Petrus Patris Benyamin (dirawat di RS Bhayangkara). Ketiganya menjadi korban penyerangan warga yang dianggap kurang memahami persoalan yang sesungguhnya. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar