MAKASSAR, FAJAR--Peristiwa pembunuhan dua bocah dan seorang pensiunan polisi di depan M'Tos Makassar beberapa waktu lalu, masih menyisakan trauma bagi warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT), utamanya mereka yang sempat mengunsi ke SPN Batua.
Kendati Sabtu, 17 September ribuan pengunsi sudah meninggalkan SPN Batua, namun puluhan bahkan ratusan dari mereka masih merasa trauma dengan kasus tersebut, apalagi sempat ada penyerangan warga di Jalan Batu Raya V dan mengakibatkan dua orang korban. Beberapa pengungsi yang masih trauma itu memilih tidak kembali ke rumah mereka, tapi ke rumah pengurus Kerukunan Keluarga NTT di Makassar.
Beberapa warga asal NTT yang menolak kembali ke rumahnya itu, utamanya yang tinggal di kompleks perumahan BTP serta Batua Raya V Makassar. Mereka beralasan rumah mereka berada dalam kawasan rumah salah seorang korban, serta lokasi penyerangan warga yang kebetulan berasal dari NTT.
Warga yang trauma itu baru mau meninggalkan SPN Batua setelah diyakinkan pengurus Kerukunan Keluarga NTT Makassar seperti Latu Bruno dan John Soleh. "Mereka masih trauma dan takut pulang ke rumahnya karena alasan dekat dengan korban. Padahal, keluarga korban semua sudah menyakinkan bahwa ini adalah kriminal murni," kata Latu Bruno.
Makanya, beberapa pengungsi yang menolak kembali ke rumahnya sebelum merasa yakin aman itu, dipersilahkan menumpang di rumahnya apalagi dia adalah pengurus Kerukunan Keluarga NTT Makassar. "Tidak masalah kita melantai di rumah, yang penting lokasi ini ditinggalkan karena akan digunakan kepolisian," kata Latu.
John Soleh menambahkan, bahwa Kerukunan Keluarga Jeneponto juga sudah memberikan jaminan bahwa warga Jeneponto tidak akan melakukan tindakan irasional. "Kita sudah bertemu dengan mereka dan mereka juga memastikan tidak akan memusuhi kita, karena mereka juga punya hati dan sadar yang melakukan itu adalah oknum," kata Soleh.
Sejumlah tokoh asal NTT memang diundang oleh Kerukunan Keluarga Turatea Jeneponto, dalam acara Musyawarah Besar III dan Halal Bihalal DPP KKT Jeneponto di Hotel Singgasana Makassar kemarin. "Keinginan kita menghadirkan tokoh asal Flores di tengah-tengah kita ini, untuk mempertegas bahwa hubungan persaudaraan kita tidak ada masalah," tegas Ketua KKT Jeneponto, Tan Malaka.
Menurut Tan Malaka, warga Jeneponto yang ada di Makassar juga sangat mencintai kedamaian. Makanya kata dia, masyarakat harus saling mendukung, termasuk dalam menciptakan suasana damai untuk hidup bertetangga.
Pembina KKT Jeneponto yang juga Wakil Wali Kota Makassar, Supomo Guntur menegaskan bahwa sekitar 300 ribu warga Jeneponto di Makassar tidak pernah menginginkan permusuhan dengan siapa pun. "Tapi kadang-kadang memang ada yang peralat," katanya.
Bahkan menurut dia, banyak warga Jeneponto yang memiliki rumah kos yang penghuninya berasal dari NTT. Sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian masyarakat sendiri. "Saya yakinkan warga Jeneponto adalah masyarakat rasional, sehingga ketika kita berada di Makassar tidak ada lagi warga Flores, Pinrang, Toraja tapi yang ada adalah warga Makassar," tegasnya.
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo yang hadir dalam kesempatan itu juga mengajak masyarakat untuk menjaga kedamaiandan kerukunan antara sesama warga. "Mari kita saling mendukung untuk menciptakan kedamaian," kata Syahrul. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar