MAKASSAR, FAJAR--Politisi PKS Sulsel, Ariady Arsal melakukan kunjungan ke Hongkong sekadar belajar tentang sistem pemilihan di negeri itu. Saat kader PKS sedang melaksanakan mukernas, dia memilih belajar pilkada di luar negeri.
Dalam rilisnya yang disampaikan kepada FAJAR, Selasa, 26 Maret Ariady menyebut sistem pemilihan di daerah itu sangat terbuka, aman, transparan serta kandidat yang kalah mampu mengakui kekalahannya. Seperti dalam pemilihan Chief Executife Administration (CEA) Hongkong. CEA adalah perwakilan pemerintah pusat di Beijing yang bertanggung jawab langsung ke Presiden. Posisi CEA sangat strategis karena berfungsi sebagai kepala negara. Pilkada yang disaksikan Ariady ini diikuti Leung Chun Ying, Henry Tang Ying dan Albert Ho chun.
"Hal yang menarik pemilihan yang dilaksanakan kemarin pagi (Senin) pukul 10.oo waktu setempat, hasilnya dapat diketahui pukul 14.00. Dan perencanaan pelantikannya sudah ditetapkan 1 Juli yang terpilih," kata Ariady.
Inilah menurut dia bedanya dengan sistem pemilukada maupun pilpres di Indonesia yang prosesnya sangat panjang, atau jika perlu sampai ke Mahkamah Konstitusi. Setidaknya ada empat catatan yang diperoleh Ariady terkait pemilu di negara itu yakni proses cepat dengan hasil langsung diketahui, berlangsung damai, partisipasi tinggi, dan pemilih rasional tidak pragmatis.
"Saya berharap Sulsel dengan penduduk yang hampir sama dengan Hongkong 7 juta jiwa, dapat mengikuti kondisi yang kondusif demikian pula proses yang sederhana, langsung, adil, transparan. Bila di pilgub belum bisa dilaksanakan minimal di pilwalkot Makassar," jelas cawali Makassar ini.
Di Hongkong selain memantau atau belajar pemilu, Ariady mengaku bertemu beberapa aktivis mahasiswa asal Sulsel. "Infonya mereka bertemu dengan SBY yang juga ada di Hongkong. Salah satu yang saya lihat adalah Ketua BEM PTS di Makassar yang tidak jauh dari kantor DPRD Provinsi Sulsel di Urip," kata Ariady. (hamsah umar)
Dalam rilisnya yang disampaikan kepada FAJAR, Selasa, 26 Maret Ariady menyebut sistem pemilihan di daerah itu sangat terbuka, aman, transparan serta kandidat yang kalah mampu mengakui kekalahannya. Seperti dalam pemilihan Chief Executife Administration (CEA) Hongkong. CEA adalah perwakilan pemerintah pusat di Beijing yang bertanggung jawab langsung ke Presiden. Posisi CEA sangat strategis karena berfungsi sebagai kepala negara. Pilkada yang disaksikan Ariady ini diikuti Leung Chun Ying, Henry Tang Ying dan Albert Ho chun.
"Hal yang menarik pemilihan yang dilaksanakan kemarin pagi (Senin) pukul 10.oo waktu setempat, hasilnya dapat diketahui pukul 14.00. Dan perencanaan pelantikannya sudah ditetapkan 1 Juli yang terpilih," kata Ariady.
Inilah menurut dia bedanya dengan sistem pemilukada maupun pilpres di Indonesia yang prosesnya sangat panjang, atau jika perlu sampai ke Mahkamah Konstitusi. Setidaknya ada empat catatan yang diperoleh Ariady terkait pemilu di negara itu yakni proses cepat dengan hasil langsung diketahui, berlangsung damai, partisipasi tinggi, dan pemilih rasional tidak pragmatis.
"Saya berharap Sulsel dengan penduduk yang hampir sama dengan Hongkong 7 juta jiwa, dapat mengikuti kondisi yang kondusif demikian pula proses yang sederhana, langsung, adil, transparan. Bila di pilgub belum bisa dilaksanakan minimal di pilwalkot Makassar," jelas cawali Makassar ini.
Di Hongkong selain memantau atau belajar pemilu, Ariady mengaku bertemu beberapa aktivis mahasiswa asal Sulsel. "Infonya mereka bertemu dengan SBY yang juga ada di Hongkong. Salah satu yang saya lihat adalah Ketua BEM PTS di Makassar yang tidak jauh dari kantor DPRD Provinsi Sulsel di Urip," kata Ariady. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar