MAKASSAR, FAJAR--Pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Wilayah Sulawesi DPP Golkar, Nurdin Halid yang menyebut belum saatnya orang muda memimpin Bone terus menuai perlawanan, utamanya dari kader Golkar Bone sendiri.
Bahkan, sikap Nurdin itu dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap kader muda utamanya kader muda Partai Golkar di Bone. Penilaian ini ditegaskan Sekretaris DPD Golkar Bone, Firman Batari saat dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu, 29 Februari.
"Apa yang dikatakan itu, saya kira sudah merupakan pelecehan bagi kaum muda. Sehingga menurut saya, pernyataan itu sama sekali tidak bernilai dan tidak perlu dipertimbangkan partai," tegas Firman.
Sebaliknya, dia menyatakan bahwa kader muda atau calon pemimpin muda memiliki peluang lebih baik melahirkan perubahan besar, karena kalangan muda lebih identik dengan energik dan mendidik. Bahkan, beberapa pemimpin muda memperlihatkan keberhasilan yang cukup menyakinkan. Dia bahkan mencontohkan, Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin saat menjadi wali kota di periode pertama juga terbilang masih muda.
Begitu juga, kajial ilmu pengetahuan juga memberikan gambaran bahwa usia muda antara 35-45 tahun lebih energik dan memimpin dibanding mereka yang sudah berusia di atas 45 tahun.
Tidak hanya itu, Firman menyesalkan keberpihakan Nurdin Halid terhadap Ketua Kosgoro Bone, Andi Baso Fahsar Padjalangi dan Ambo Dalle. Sebagai tokoh Golkar di DPP, tidak seharusnya Nurdin memperlihatkan keberpihakan pada kader tertentu apalagi terkait pemilukada.
"Nurdin di posisi korwil dan tokoh Golkar di DPP harusnya memahami posisinya menjaga netralitas di Golkar, tidak boleh tampilkan pemihakan untuk menjaga citra partai sebagai partai besar. Mestinya dia menjadi panutan terhadap kader partai di daerah untuk menjaga netralitas," tambah Firman.
Wakil Ketua DPD Golkar Bone, A Akbar menambahkan Nurdin selaku pengurus DPP Golkar mestinya berdiri di tengah dan tidak berpihak ke kader tertentu. "Sangat tidak wajar kalau DPP yang berpihak. Mestinya dia memposisikan diri untuk menyatukan kader di daerah bukan sebaliknya," jelas Akbar.
Menurut Akbar, kalau keberpihakan Nurdin pada kader tertentu di pemilukuda di pelihara, Akbar yakin akan berimbas negatif pada partai Golkar. "Golkar sendiri yang akan rugi, bukan kader tertentu," pungkasnya. (hamsah umar)
Bahkan, sikap Nurdin itu dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap kader muda utamanya kader muda Partai Golkar di Bone. Penilaian ini ditegaskan Sekretaris DPD Golkar Bone, Firman Batari saat dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu, 29 Februari.
"Apa yang dikatakan itu, saya kira sudah merupakan pelecehan bagi kaum muda. Sehingga menurut saya, pernyataan itu sama sekali tidak bernilai dan tidak perlu dipertimbangkan partai," tegas Firman.
Sebaliknya, dia menyatakan bahwa kader muda atau calon pemimpin muda memiliki peluang lebih baik melahirkan perubahan besar, karena kalangan muda lebih identik dengan energik dan mendidik. Bahkan, beberapa pemimpin muda memperlihatkan keberhasilan yang cukup menyakinkan. Dia bahkan mencontohkan, Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin saat menjadi wali kota di periode pertama juga terbilang masih muda.
Begitu juga, kajial ilmu pengetahuan juga memberikan gambaran bahwa usia muda antara 35-45 tahun lebih energik dan memimpin dibanding mereka yang sudah berusia di atas 45 tahun.
Tidak hanya itu, Firman menyesalkan keberpihakan Nurdin Halid terhadap Ketua Kosgoro Bone, Andi Baso Fahsar Padjalangi dan Ambo Dalle. Sebagai tokoh Golkar di DPP, tidak seharusnya Nurdin memperlihatkan keberpihakan pada kader tertentu apalagi terkait pemilukada.
"Nurdin di posisi korwil dan tokoh Golkar di DPP harusnya memahami posisinya menjaga netralitas di Golkar, tidak boleh tampilkan pemihakan untuk menjaga citra partai sebagai partai besar. Mestinya dia menjadi panutan terhadap kader partai di daerah untuk menjaga netralitas," tambah Firman.
Wakil Ketua DPD Golkar Bone, A Akbar menambahkan Nurdin selaku pengurus DPP Golkar mestinya berdiri di tengah dan tidak berpihak ke kader tertentu. "Sangat tidak wajar kalau DPP yang berpihak. Mestinya dia memposisikan diri untuk menyatukan kader di daerah bukan sebaliknya," jelas Akbar.
Menurut Akbar, kalau keberpihakan Nurdin pada kader tertentu di pemilukuda di pelihara, Akbar yakin akan berimbas negatif pada partai Golkar. "Golkar sendiri yang akan rugi, bukan kader tertentu," pungkasnya. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar