MAKASSAR, FAJAR--Keputusan DPD Golkar Sulsel mengabaikan ketokohan dan kharisma Jusuf Kalla (JK), dengan tidak memunculkan namanya sebagai calon presiden Golkar bakal berimplikasi negatif bagi kubu Syahrul Yasin Limpo di pilgub Sulsel 2013 mendatang.
Sosok JK sebagai tokoh Sulsel menjadi alasan kuat suara Golkar di pilgub Sulsel bakal berpengaruh. Apalagi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) baik tingkat DPW Sulsel maupun DPP sudah memunculkan JK sebagai capres di partai berlambang Kakbah ini. Ketika Ical dan JK diduelkan di Golkar baik melalui konvensi maupun survei, Ical--begitu Aburizal Bakrie akrab disapa bakal dikalahkan JK.
Pengamat Politik UIN Makassar, Dr Firdaus Muhammad menyatakan sikap Golkar Sulsel yang hanya memunculkan nama Ical sebagai capres Golkar tanpa memperhitungkan JK bisa berdampak buruk di kubu Golkar termasuk di pilgub. "Suara Golkar bisa menurun. Bagaimanapun bagi masyarakat Sulsel, JK adalah sosok legenda yang masih diinginkan jadi presiden," kata Firdaus.
Mestinya, Golkar Sulsel realistis terhadap sosok JK yang juga masih bagian dari Golkar, terlebih lagi kader senior Golkar, Akbar Tandjung sudah lebih awal memberi sinyal kepada JK. Masyarakat Sulsel bisa mengukur kinerja JK tidak tidak sekadar pernyataan tapi tindakan nyata.
"Golkar Sulsel mestinya memunculkan nama JK sebagai capres dari Golkar, dan menjadikan penilaian Syafii Maarif bahwa JK The Real President," tandas Firdaus.
Penilaian yang sama disampaikan pengamat politik Unhas, Dr Hasrullah. Dalam demokrasi ketokohan dan kharisma menjadi modal utama memenangkan pertarungan, sementara organisasi seperti partai berada pada urutan kedua. "Ketokohan dan kharisma itu yang dimiliki JK, sementara Ical tergambar di masyarakat sebagai sosok yang banyak kasus," kata Hasrullah.
Jika dibanding-bandingnya, JK bisa menjadi faktor penentu bagi Golkar pada pilpres 2014 mendatang. Bahkan kalau JK maju melalui partai lain seperti PPP dan partai lain, ini menjadi ketakutan Golkar yang sesungguhnya. Makanya ada manuver yang dilakukan kubu Ical yang terkesan kekirian.
Di skala Sulsel, JK tidak sekadar jadi lambang bagi masyarakat Sulsel tapi memiliki ikatan emosional. Sehingga ketika Golkar Sulsel berani abaikan JK, antipati warga Sulsel terhadap partai ini bisa saja muncul apalagi mereka yang selama ini inginkan JK menjadi presiden.
Wakil Ketua DPD Golkar Sulsel, HM Roem menyatakan bahwa wacana mengenai capres Golkar masih akan dibahas rapimnas Golkar mendatang. Makanya dia menepis kalau Golkar Sulsel mengabaikan sosok JK. "Tidak seperti itu, ini kan masih akan berproses di rapimnas," tandas Roem.
Ketua DPD Golkar Maros, Husain Rasul terpisah berpendapat pleno dukungan Golkar Sulsel terhadap Ical bukan berarti sudah sepenuhnya mencapreskan Ical. "Saya kira tetap terbuka kepada tokoh lain. Apalagi persoalan capres itu dibahas di rapimnas," tandas Husain.
Hasil rapimnas ini akan ditindaklanjuti Golkar daerah dalam bentuk rapimda, tapi sebatas mempertegas dukungan. "Tapi suara kita tetap ada. Yang pasti apapun yang jadi keputusan, Golkar di daerah akan selalu solid," tandas Husain. (hamsah umar)
Sosok JK sebagai tokoh Sulsel menjadi alasan kuat suara Golkar di pilgub Sulsel bakal berpengaruh. Apalagi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) baik tingkat DPW Sulsel maupun DPP sudah memunculkan JK sebagai capres di partai berlambang Kakbah ini. Ketika Ical dan JK diduelkan di Golkar baik melalui konvensi maupun survei, Ical--begitu Aburizal Bakrie akrab disapa bakal dikalahkan JK.
Pengamat Politik UIN Makassar, Dr Firdaus Muhammad menyatakan sikap Golkar Sulsel yang hanya memunculkan nama Ical sebagai capres Golkar tanpa memperhitungkan JK bisa berdampak buruk di kubu Golkar termasuk di pilgub. "Suara Golkar bisa menurun. Bagaimanapun bagi masyarakat Sulsel, JK adalah sosok legenda yang masih diinginkan jadi presiden," kata Firdaus.
Mestinya, Golkar Sulsel realistis terhadap sosok JK yang juga masih bagian dari Golkar, terlebih lagi kader senior Golkar, Akbar Tandjung sudah lebih awal memberi sinyal kepada JK. Masyarakat Sulsel bisa mengukur kinerja JK tidak tidak sekadar pernyataan tapi tindakan nyata.
"Golkar Sulsel mestinya memunculkan nama JK sebagai capres dari Golkar, dan menjadikan penilaian Syafii Maarif bahwa JK The Real President," tandas Firdaus.
Penilaian yang sama disampaikan pengamat politik Unhas, Dr Hasrullah. Dalam demokrasi ketokohan dan kharisma menjadi modal utama memenangkan pertarungan, sementara organisasi seperti partai berada pada urutan kedua. "Ketokohan dan kharisma itu yang dimiliki JK, sementara Ical tergambar di masyarakat sebagai sosok yang banyak kasus," kata Hasrullah.
Jika dibanding-bandingnya, JK bisa menjadi faktor penentu bagi Golkar pada pilpres 2014 mendatang. Bahkan kalau JK maju melalui partai lain seperti PPP dan partai lain, ini menjadi ketakutan Golkar yang sesungguhnya. Makanya ada manuver yang dilakukan kubu Ical yang terkesan kekirian.
Di skala Sulsel, JK tidak sekadar jadi lambang bagi masyarakat Sulsel tapi memiliki ikatan emosional. Sehingga ketika Golkar Sulsel berani abaikan JK, antipati warga Sulsel terhadap partai ini bisa saja muncul apalagi mereka yang selama ini inginkan JK menjadi presiden.
Wakil Ketua DPD Golkar Sulsel, HM Roem menyatakan bahwa wacana mengenai capres Golkar masih akan dibahas rapimnas Golkar mendatang. Makanya dia menepis kalau Golkar Sulsel mengabaikan sosok JK. "Tidak seperti itu, ini kan masih akan berproses di rapimnas," tandas Roem.
Ketua DPD Golkar Maros, Husain Rasul terpisah berpendapat pleno dukungan Golkar Sulsel terhadap Ical bukan berarti sudah sepenuhnya mencapreskan Ical. "Saya kira tetap terbuka kepada tokoh lain. Apalagi persoalan capres itu dibahas di rapimnas," tandas Husain.
Hasil rapimnas ini akan ditindaklanjuti Golkar daerah dalam bentuk rapimda, tapi sebatas mempertegas dukungan. "Tapi suara kita tetap ada. Yang pasti apapun yang jadi keputusan, Golkar di daerah akan selalu solid," tandas Husain. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar