MAKASSAR, FAJAR--Komisi Pemilihan Umum (KPU) Makassar kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sukses melakukan simulasi elektronik voting (e-voting) di ruang rapat DPRD Makassar, Selasa, 24 April.
Seratusan warga dari berbagai kalangan di Makassar mengikuti simulasi sekaligus workshop kesiapan KPU Makassar menggelar e-voting di pilwali Makassar. Hasil simulasi menunjukkan kalau e-voting ini sangat efektif pelaksanaannya, ringkas, dan cepat dalam proses perhitungan. Dari TPS bisa langsung direkap di KPU.
Kepala Program Sistem E-Voting BPPT, Andrari Grahitandaru mengatakan sistem yang sudah berlaku di luar negeri ini, juga sudah pernah diujicobakan di daerah lain. Dia menyebut, pengamanan sistem e-voting tidak memungkinkan adanya perubahan data, juga bisa diverifikasi pada tingkat TPS.
"Sedangkan pascapemungutan suara, pengamanan data hasil pemilihan tidak memungkinkan perubahan setelah pemilihan selesai. Akses terhadap data juga ada pengamanan sehingga yang tidak berhak mengakses data bisa dihindari. Begitu juga dengan pengiriman secara offline dan online," jelas Andrari.
Ketua KPU Makassar, Misnah Hatta menyatakan bahwa KPU Makassar siap menerapkan e-voting pada pilwalkot Makassar 2013 mendatang. Namun sistem ini hanya akan dilakukan pada TPS tertentu misalnya 1 atau 2 TPS. Bagi KPU Makassar, e-voting tidak masalah sepanjang memiliki perangkat yang lengkap.
Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas menambahkan penerapan e-voting nantinya memang perlu kajian utamanya ketika sistem tersebut error. "Yang pasti, sistem seperti ini perlu kita coba. Kalau tidak dicoba maka kita tentu tidak akan terbiasa. Penggunaan telepon saja misalnya kita perlu mencoba memakainya sehingga semakin terbiasa," kata Jayadi menjawab keraguan berbagai kalangan.
Sekiranya di pilwalkot Makassar nanti e-voting diujicoba, Jayadi berharap juga ada persiapan untuk melakukan perhitungan manual ketika hasil e-voting tersebut diragukan. "Jadi kalau ada keraguan dihitung manual. Di situ bisa dilihat apa ada perbedaan atau tidak," katanya.
Anggota DPRD Makassar dari Fraksi PAN, Zainal Betta yang hadir dalam simulasi ini sangat meragukan sistem e-voting yang diperlihatkan KPU. Dia malah tidak setuju kalau e-voting ini diujicobakan pada pilwali Makassar. "Kalau mau ujicoba, kenapa tidak dilakukan di pemilukada DKI. Jangan ujicoba dilakukan di Makassar. Kita ini berada pada ranah politik sehingga hal-hal seperti ini sulit diterima," kata Zainal.
Apalagi, dengan sistem e-voting ini, tidak ada ruang bagi kandidat yang mengikuti pemilukada untuk melakukan koreksi terhadap hasil perhitungan. Berbeda ketika secara manual bisa dikoreksi pada semua tingkatan mulai TPS, PPS, PPK hingga KPU. Sementara kalau dengan e-voting, prosesnya sangat singkat dimana dari TPS langsung ke KPU.
Kendati dari kalangan politisi banyak yang meragukan sistem ini, namun tidak sedikit yang mendorong KPU Makassar menerapkan sistem ini pada pilwalkot Makassar. Kalau perlu, sistem ini diujicoba pada pilgub 2013 mendatang khususnya di wilayah Makassar. (hamsah umar)
Seratusan warga dari berbagai kalangan di Makassar mengikuti simulasi sekaligus workshop kesiapan KPU Makassar menggelar e-voting di pilwali Makassar. Hasil simulasi menunjukkan kalau e-voting ini sangat efektif pelaksanaannya, ringkas, dan cepat dalam proses perhitungan. Dari TPS bisa langsung direkap di KPU.
Kepala Program Sistem E-Voting BPPT, Andrari Grahitandaru mengatakan sistem yang sudah berlaku di luar negeri ini, juga sudah pernah diujicobakan di daerah lain. Dia menyebut, pengamanan sistem e-voting tidak memungkinkan adanya perubahan data, juga bisa diverifikasi pada tingkat TPS.
"Sedangkan pascapemungutan suara, pengamanan data hasil pemilihan tidak memungkinkan perubahan setelah pemilihan selesai. Akses terhadap data juga ada pengamanan sehingga yang tidak berhak mengakses data bisa dihindari. Begitu juga dengan pengiriman secara offline dan online," jelas Andrari.
Ketua KPU Makassar, Misnah Hatta menyatakan bahwa KPU Makassar siap menerapkan e-voting pada pilwalkot Makassar 2013 mendatang. Namun sistem ini hanya akan dilakukan pada TPS tertentu misalnya 1 atau 2 TPS. Bagi KPU Makassar, e-voting tidak masalah sepanjang memiliki perangkat yang lengkap.
Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas menambahkan penerapan e-voting nantinya memang perlu kajian utamanya ketika sistem tersebut error. "Yang pasti, sistem seperti ini perlu kita coba. Kalau tidak dicoba maka kita tentu tidak akan terbiasa. Penggunaan telepon saja misalnya kita perlu mencoba memakainya sehingga semakin terbiasa," kata Jayadi menjawab keraguan berbagai kalangan.
Sekiranya di pilwalkot Makassar nanti e-voting diujicoba, Jayadi berharap juga ada persiapan untuk melakukan perhitungan manual ketika hasil e-voting tersebut diragukan. "Jadi kalau ada keraguan dihitung manual. Di situ bisa dilihat apa ada perbedaan atau tidak," katanya.
Anggota DPRD Makassar dari Fraksi PAN, Zainal Betta yang hadir dalam simulasi ini sangat meragukan sistem e-voting yang diperlihatkan KPU. Dia malah tidak setuju kalau e-voting ini diujicobakan pada pilwali Makassar. "Kalau mau ujicoba, kenapa tidak dilakukan di pemilukada DKI. Jangan ujicoba dilakukan di Makassar. Kita ini berada pada ranah politik sehingga hal-hal seperti ini sulit diterima," kata Zainal.
Apalagi, dengan sistem e-voting ini, tidak ada ruang bagi kandidat yang mengikuti pemilukada untuk melakukan koreksi terhadap hasil perhitungan. Berbeda ketika secara manual bisa dikoreksi pada semua tingkatan mulai TPS, PPS, PPK hingga KPU. Sementara kalau dengan e-voting, prosesnya sangat singkat dimana dari TPS langsung ke KPU.
Kendati dari kalangan politisi banyak yang meragukan sistem ini, namun tidak sedikit yang mendorong KPU Makassar menerapkan sistem ini pada pilwalkot Makassar. Kalau perlu, sistem ini diujicoba pada pilgub 2013 mendatang khususnya di wilayah Makassar. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar