MAKASSAR, FAJAR--Isyarat kuat Ketua DPD Golkar Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL) tidak akan mengganti pasangannya di pilgub, tidak hanya memupuskan harapan cawagub yang coba merapat, juga membuat sedih partai pendukung utamanya di tingkat akar rumput.
PAN misalnya yang sejak awal menyodorkan Ashabul Kahfi untuk mendampingi SYL, cukup terluka dengan sikap SYL yang begitu mudah memutuskan pendampingnya. Padahal selama ini Golkar sudah berjanji membicarakan posisi cawagub itu dengan partai pengusung. Namun belum sempat melibatkan partai SYL sudah memberi isyarat.
Sikap dini SYL mengisyaratkan pendampingnya sendiri ini tentu saja membuat sedih akar rumput PAN, utamanya mereka yang selama ini sangat mengharapkan kader PAN dijadikan pendamping. "Bisa jadi apa yang disampaikan Golkar selama ini untuk melibatkan partai pengusung menentukan cawagub, hanya strategi agar partai ini tetap bekerja untuk Syahrul," tandas Ketua MPP PAN Bone, Muhammad Naim, Jumat, 20 April.
PAN yang merupakan partai besar di Sulsel sepertinya kurang diperhitungkan konstituennya. Padahal ketika SYL memilih pendamping dari partai pengusung, potensi untuk memperkuat suara SYL di pilgub mendatang lebih besar. Ada analisis yang menyebut suara pasangan SYL-Agus sama saja dengan suara Syahrul.
"Kalau mengambil kader PAN sudah pasti akan lebih baik dan itu akan menambah kekuatan. Metode survei yang juga menjadi patokan menentukan cawagub juga sejauh ini tidak pernah dipaparkan kepada partai pendukung. Mestinya kan dia lebih transparan dengan partai yang akan mendukungnya," tambah Naim.
Statement SYL yang tidak mau berganti pasangan dianggap akar rumput PAN sebagai isyarat bahwa Golkar tidak membutuhkan partai lain, karena tanpa adanya dukungan partai lain, Golkar bisa jalan dan mengusung kader terbaiknya. "Dalam arti lain, kalau PAN mau bergabung ya silahkan, tidak mau juga tidak ada masalah. Itu yang tercermin di Golkar saat ini," kata Naim.
Bagi Naim, isyarat SYL tidak melibatkan PAN dalam penentuan cawagub bukan hal mengagetkan. Pasalnya sejak PAN menyodorkan Ashabul ke SYL sebagai cawagub, ruang komunikasi dengan tawaran ini tidak pernah terbuka apalagi melibatkan semua kader PAN di Sulsel. Jadi sejak awal akar rumput PAN telah menyadari kurang diperhitungkan. "Saya malah kasihan dengan teman-teman di PAN yang terlalu memaksakan diri mendukung Syahrul," tandas Naim.
Kalau di akar rumput ada kesedihan, di tingkat DPW PAN Sulsel tidak demikian. Elit DPW PAN Sulsel tidak menyoal ketika SYL sudah mengisyaratkan tidak berganti pasangan. "Tidak menjadi masalah bagi PAN. Karena pertimbangannya kita mendukung bukan semata-mata pertimbangan kontrak politik atau yang bersifat transaksional semata, yang terpenting adalah manfaat yang akan dirasakan masyarakat Sulsel," tandas Wakil Ketua DPW PAN Sulsel, Usman Lonta.
Usman melihat Golkar maupun SYL punya parameter tersendiri dalam menentukan cawgubnya, misalnya saja peluang memenangkan pertarungan. Malah bisa jadi akan menjadi tertawaan masyarakat kalau pengusungan calon didasarkan kepentingan partai.
"Filosofi mengusung bukan semata-mata melihat manfaat ke partai. Tapi masyarakat secara umum," katanya. (hamsah umar)
PAN misalnya yang sejak awal menyodorkan Ashabul Kahfi untuk mendampingi SYL, cukup terluka dengan sikap SYL yang begitu mudah memutuskan pendampingnya. Padahal selama ini Golkar sudah berjanji membicarakan posisi cawagub itu dengan partai pengusung. Namun belum sempat melibatkan partai SYL sudah memberi isyarat.
Sikap dini SYL mengisyaratkan pendampingnya sendiri ini tentu saja membuat sedih akar rumput PAN, utamanya mereka yang selama ini sangat mengharapkan kader PAN dijadikan pendamping. "Bisa jadi apa yang disampaikan Golkar selama ini untuk melibatkan partai pengusung menentukan cawagub, hanya strategi agar partai ini tetap bekerja untuk Syahrul," tandas Ketua MPP PAN Bone, Muhammad Naim, Jumat, 20 April.
PAN yang merupakan partai besar di Sulsel sepertinya kurang diperhitungkan konstituennya. Padahal ketika SYL memilih pendamping dari partai pengusung, potensi untuk memperkuat suara SYL di pilgub mendatang lebih besar. Ada analisis yang menyebut suara pasangan SYL-Agus sama saja dengan suara Syahrul.
"Kalau mengambil kader PAN sudah pasti akan lebih baik dan itu akan menambah kekuatan. Metode survei yang juga menjadi patokan menentukan cawagub juga sejauh ini tidak pernah dipaparkan kepada partai pendukung. Mestinya kan dia lebih transparan dengan partai yang akan mendukungnya," tambah Naim.
Statement SYL yang tidak mau berganti pasangan dianggap akar rumput PAN sebagai isyarat bahwa Golkar tidak membutuhkan partai lain, karena tanpa adanya dukungan partai lain, Golkar bisa jalan dan mengusung kader terbaiknya. "Dalam arti lain, kalau PAN mau bergabung ya silahkan, tidak mau juga tidak ada masalah. Itu yang tercermin di Golkar saat ini," kata Naim.
Bagi Naim, isyarat SYL tidak melibatkan PAN dalam penentuan cawagub bukan hal mengagetkan. Pasalnya sejak PAN menyodorkan Ashabul ke SYL sebagai cawagub, ruang komunikasi dengan tawaran ini tidak pernah terbuka apalagi melibatkan semua kader PAN di Sulsel. Jadi sejak awal akar rumput PAN telah menyadari kurang diperhitungkan. "Saya malah kasihan dengan teman-teman di PAN yang terlalu memaksakan diri mendukung Syahrul," tandas Naim.
Kalau di akar rumput ada kesedihan, di tingkat DPW PAN Sulsel tidak demikian. Elit DPW PAN Sulsel tidak menyoal ketika SYL sudah mengisyaratkan tidak berganti pasangan. "Tidak menjadi masalah bagi PAN. Karena pertimbangannya kita mendukung bukan semata-mata pertimbangan kontrak politik atau yang bersifat transaksional semata, yang terpenting adalah manfaat yang akan dirasakan masyarakat Sulsel," tandas Wakil Ketua DPW PAN Sulsel, Usman Lonta.
Usman melihat Golkar maupun SYL punya parameter tersendiri dalam menentukan cawgubnya, misalnya saja peluang memenangkan pertarungan. Malah bisa jadi akan menjadi tertawaan masyarakat kalau pengusungan calon didasarkan kepentingan partai.
"Filosofi mengusung bukan semata-mata melihat manfaat ke partai. Tapi masyarakat secara umum," katanya. (hamsah umar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar