Powered By Blogger

Kamis, 03 November 2011

Pangdam Ajak Pers Meliput di Perbatasan Filipina


MAKASSAR, FAJAR--Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VII/Wirabuana, Mayor Jenderal Muhammad Nizam, mengajak sekaligus memberikan tantangan kepada wartawan cetak dan elektronik di Makassar untuk melakukan peliputan di pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Filipina.
Ajakan ini disampaikan Nizam pada acara coffee morning bersama para jurnalis dan pengelola informasi publik di Markas Yonif Kavaleri 10/Serbu, Kamis, 3 November.
Kehadiran pers dalam rangka meliput kegiatan pengamanan prajurit TNI di pulau terluar Indonesia, paling tidak bisa berperan bagaimana prajurit TNI menjalankan tugas berat di pulau terluar Indonesia. Sehingga masyarakat bisa mengetahui seperti prajurit mengamankan dan menjaga keutuhan NKRI. 
Begitu juga, untuk mengetahui kondisi pulau-pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Filipina. Bahkan, kalau perlu pers diharapkan bisa mendorong peningkatan kesejahteraan prajurit utamanya yang bertugas di wilayah perbatasan. 
Di wilayah Korem 131/Santiago Manado, Nizam menyebutkan bahwa setidaknya ada enam pulau terluar yang menjadi wilayah operasi Pangdam VII/Wirabuana. Enam pulau tersebut semuanya berbatasan dengan negara tetangga Filipina. Pulau terluar itu yakni Miangas, Marore, Marampit, Matutuang, Kawaluso, dan Tinakareng.
Menurut Nizam, dalam waktu dekat prajurit yang ditugaskan di enam pulau tersebut, akan dilakukan rotasi atau pergantian prajurit. Memon pergantian pasukan inilah kata Nizam bisa digunakan wartawan untuk meliput tugas TNI di pulau terluar Indonesia. "Saya mengajak media untuk sama-sama ke pulau yang berbatasan dengan Filipina untuk melihat, bagaimana prajurit bertugas sekaligus melihat seperti apa pulau-pulau ini," kata Nizam.
Nizam menegaskan bahwa, dalam mewujudkan situasi aman dan kondusif, jajaran Kodam VII/Wirabuana saat ini memberlakukan pemantauan wilayah selama 24 jam yang dilakukan oleh Babinsa. "Kita terapkan dua piket sehingga pemantauan dilakukan 24 jam," katanya.
Kendati begitu, dia menyadari masih ada wilayah tertentu yang luput dari pemantauan aparat TNI di lapangan. Makanya, dia juga berharap peran serta masyarakat untuk memberikan informasi terkini juga tetap ada. "Sehingga lapor cepat dan deteksi dini  bisa dimaksimalkan, guna mengantisipasi berbagai kerawanan yang berpotensi mengganggu keamanan masyarakat," imbuh Nizam. 
Di Yonkav, puluhan wartawan mendapat kesempatan istimewa menaiki kendaraan perang lapis baja, serta latihan menembak menggunakan pistol dan senjata laras panjang jenis SS-1.   
Ketua PWI Sulsel, Zulkifli Gani Ottoh mengatakan bahwa kemitraan pers dan TNI sangat penting di era demokrasi sekarang ini. Bahkan, Zulkifli berharap TNI memberi ruang kepada wartawan untuk mengikuti pelatihan, utamanya bagaimana mempertahankan diri pada situasi tidak aman. 
Apalagi menurut Zulkifli, tanggung jawab pers sangat berat. "Memang perlu kemitraan karena tanggung jawab pers berat. Seperti dalam pencitraan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat. Makanya pers harus berada di garda terdepan," kata Zulkifli. (sah)        (hamsah umar)                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar