Powered By Blogger

Minggu, 13 Januari 2013

Komitmen Cagub Dinilai Lemah


MAKASSAR, FAJAR--Asumsi bahkan ikrar pilgub damai cagub Sulsel hanya sandiwara politik sepertinya ada benarnya. Pengamat di Sulsel menilai komitmen cagub sangat lemah dan tidak disiplin.
Penilaian ini disampaikan pengamat politik UIN Makassar, Dr Firdaus Muhammad. Dia menilai, deklarasi pilgub damai yang disepakat di kantor KPU Sulsel beberapa waktu lalu tidak mampu direalisasikan. "Ini menunjukkan bahwa komitmen calon lemah atau mereka tidak disiplin. Sehingga sangat wajar kalau masyarakat Sulsel mempertanyakan komitmen mereka," kata Firdaus, Jumat, 11 Januari.
Penilaian ini terkait bentrok pendukung Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) dan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) usai debat terbuka Kamis lalu. Kedua calon ini dianggap tidak mampu mengendalikan massa pendukungnya sehingga bentrok tidak terhindarkan.
Meski banyak aspek yang menyebabkan kejadian itu, Firdaus tetap melihat bahwa lemahnya komitmen kedua cagub ini menjadi penyebab utama kekisruhan itu. Mestinya, pendukung tersebut juga diberi bekal untuk menjaga komitmen damai.
Firdaus melihat, apa yang dimainkan kedua cagub ini justru akan menguntungkan pasangan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) di pilgub Sulsel, 22 Januari. "Kalau dulu saya katakan majunya Garuda-Na di pilgub Sulsel menguntungkan petahana, maka saat ini saya ingin katakan bahwa peran yang dimainkan dua calon ini (IA-Sayang) justru untungkan Garuda-NA," kata Firdaus.
Kelemahannya kata dia, tim Garuda-Na tim mampu memainkan momen tersebut untuk melakukan pencitraan di masyarakat. Idealnya kata dia, tim Garuda-Na lebih kreatif memainkan pencitraan disaat kedua calon ini memainkan cara lain. "Misalnya Garuda-Na kelihatannya tidak pernah beriklan baik di media cetak dan media elektronik. Padahal iklan itu sangat mempengaruhi masyarakat," kata Firdaus.
Pengamat politik Unhas, Dr Hasrullah terpisah menyatakan keinginan cagub Sulsel menjadikan Sulsel sama dengan pilgub DKI sebatas wacana. Belum apa-apa kata dia, yang ditonjolkan adalah massa yang anarkis, bukan kekuatan program dan figur.
"Bagaimana rakyat percayai kalau tidak konsisten dengan komitmen yang dibangun. Bagaimana mau memimpin masyarakat Sulsel pendukungnya saja tidak bisa dikendalikan. Mestinya, saling rangkul di debat kandidat turun ke pendukung, bukan mereka berangkulan pendukungnya adu fisik. Ini yang membuat kita malu di Sulsel," kata Hasrullah.
Dia pun meminta kandidat tidak perlu meneriakkan pilgub damai kalau implementasi di lapangan tidak ada sama sekali. Bahkan bernada keras, Hasrullah menegaskan calon pemimpin yang tidak mampu mengendalikan massanya tidak pantas dan tidak perlu dipilih olah rakyat Sulsel.
"Saya malah melihat ada skenario akan buat caos ketika mereka kalah. Kita lihat misalnya iklan yang dimuat di media tidak mendidik bahkan bisa melahirkan antipati. Saya kira ini berbahaya kalau budaya seperti ini dimainkan," tandas Hasrullah. (hamsah umar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar