Powered By Blogger

Senin, 05 Desember 2011

Ke Filipina tak Perlu Paspor, Cukup Surat Jalan


*Catatan dari di Perbatasan Indonesia-Filipina (1)

PERBATASAN sebuah negara memiliki ciri khas dan cerita tersendiri, baik  menyangkut ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga hubungan antarnegara.

HAMSAH MIANGAS-MARORE
WILAYAH Sulawesi utamanya Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) merupakan salah satu provinsi, yang memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan Filipina, khususnya Filipina bagian selatan. 
Bicara soal wilayah perbatasan, tentu banyak menyita bahkan menarik perhatian masyarakat sekalipun sekadar mengetahui kondisi masyarakat atau keamanan di wilayah perbatasan ini. Sadar atau tidak, kondisi kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan selalu mengundang keprihatian bahkan perdebatan.
Apalagi, kalau wilayah perbatasan ini menjadi wilayah yang kurang diperhatikan pemerintah. Dan itulah salah satu fakta ril yang terjadi di wilayah perbatasan. Sebut saja misalnya perbatasan Indonesia-Filipina.
Di wilayah perbatasan Indonesia-Filipina, dimana letak geografis Indonesia masuk wilayah Sulawesi Utara terdapat banyak pulau yang berbatasan dengan Filipina. Boleh jadi, tidak banyak yang tahu kalau wilayah  perbatasan Indonesia-Filipina ini terdiri dari tiga kabupaten yakni Kabupaten Sangihe, Talaud, dan Sitaro. 
Kabupaten terluar di Sulut ini masih terdiri dari sejumlah pulau kecil yang yang berpenghuni maupun tanpa penghuni. Namun dari tiga kabupaten kepulauan terluar ini, hanya wilayah Talaud dan Sangihe yang memiliki pulau berdekatan dengan Filipina Selatan seperti Tibanbang-Davao dan Batu Gandeng-Mindanao.
Dua wilayah ini berbatasan dengan Miangas-Talaud dan Marore-Sangihe. Daerah terdekat dengan  Filipina adalah Marore. Dari kepulauan ini, warga cukup menghabiskan waktu sekitar dua jam menggunakan kapal long pamboat menurut nelayan perbatasan, atau kapal jenis Pusu (istilah nelayan Filipina). Kalau di Makassar, kapal jenis ini setara dengan kapal Katinting yang berkapasitas penumpang hingga 15 orang. 
Sementara dari Miangas ke Filipina dibutuhkan waktu sekitar tujuh jam. Namun dibanding dari Pelabuhan Bitung, jarak tempuh tersebut jauh berbeda, karena membutuhkan waktu dua sampai tiga hari. Bahkan kalau menggunakan kapal perintias, harus menempuh perjalanan empat hari apalagi kapal singgah disetiap pulau.    
Dari Marore dan Miangas, Filipina bagian selatan ini memang sudah terlihat jelas. Bahkan pada malam hari, di wilayah kekuasaan Moro ini, lampu penerangan terlihat jelas. 
Di wilayah perbatasan ini, setidaknya ada enam pulau yang menjadi wilayah pengawasan Kodam VII/Wirabuana yakni Marore, Kawaluso, Matutuang, Tinakareng, Miangas, dan Marampit. Di pulau ini, sedikitnya 103 tiga prajurit TNI ditugaskan melakukan pengamanan perbatasan.
Hubungan kekeluargaan masyarakat pulau terluar utamanya Marore dan Miangas dengan warga Fhilipina ini terbilang dekat. Ada beberapa warga Indonesia yang memiliki  saudara di Filipina. Baik bekerja sebagai nelayan, pekerja swasta, hingga aparat pemerintahan. 
Bagi masyarakat Indonesia atau sebaliknya yang ingin ke Filipina, begitu juga warga Filipina yang ingin ke Indonesia di pulau perbatasan ini, warga tidak perlu mengurus paspor, cukup minta surat jalan di kantor Imigrasi kemudian melapor ke kantor perwakilan Border Crossing Agreement (BCA) Filipina. 
"Biaya pengurusan surat jalan hanya Rp10 ribu per orang dan Rp15 ribu untuk keluarga. Untuk tukar menukar uang Rupiah dengan Peso bisa di kantor BCA," kata Kepala Pos Imigrasi Miangas, Kenangan Lupa.
Pabandy Renops Kodam VII/Wirabuana, Letkol Vipy menjelaskan bahwa keberadaan BCA sebagai perwakilan Filipina di Indonesia (Marore-Miangas), dimaksudkan untuk mengakomodir warga Indonesia yang memiliki hubungan keluarga di Filipina. "Warga Indonesia di Filipina bagian selatan banyak baik nelayan, petani, dan lainnya. Makanya ada kerja sama ini," kata Vipy.
Di Filipina, Indonesia juga memiliki perwakilan BCA. Warga Filipina yang akan melakukan visit family di Indonesia juga harus melapor di kantor BCA perwakilan Indonesia. "BCA ini dalam setahun melakukan rapat tiga  kali. Dimulai sidang  steering committee, sidang wakil ketua, dan sidang ketua. Di Indonesia, ketua BCA adalah Pangdam sendiri," kata Vipy. 
Petugas BCA Filipina, Master Sarjen Bolasoc yang ditemui di Marore mengaku sudah dua tahun terakhir melayani warga Indonesia yang hendak ke Filipina. Dia mengaku cukup senang dengan kerja sama yang terjaling baik dengan warga Indonesia selama ini. "Masyarakat di sini cukup baik kerja samanya. Saya sudah dua tahun di sini (Marore)," kata Bolasoc.   (**)        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar