Powered By Blogger

Senin, 05 Desember 2011

Polisi Duga Faktor Kelalaian


*Manajer Proyek Diinterogasi

MAKASSAR, FAJAR--Tim khusus Satreskrim Polrestabes Makassar dan Polsekta Panakkukang bergerak cepat melakukan penyelidikan, atas ambruknya tembok The Mutiara yang mengakibatkan delapan warga tewas. Dugaan sementara menyebutkan adanya faktor kelalaian dalam peristiwa ini.
Pagi kemarin, polisi melakukan olah TKP di lokasi ambruknya tembok setinggi 7 meter ini. Hasil pengukuran diperoleh kalau panjang tembok yang runtuh ini mencapai 59 meter. 
Selain olah TKP, penyidik Polsekta Panakkukang juga melakukan interogasi sejumlah saksi utamanya dari pihak PT Sari Prima Cemerlang, selaku perusahaan yang membangun tembok di perumahan elit ini. Setidaknya ada empat saksi yang diperiksa penyidik dari pihak perusahaan.
Kapolsekta Panakkukang, Kompol Muh Nur Akbar menyebutkan, saksi yang diperiksa itu yakni Manajer Proyek, Arif, pengawas bangunan, Heri, serta mandor dan operator alat berat. Selain dari pihak perusahaan, polisi juga telah memintai keterangan sejumlah saksi utamanya keluarga korban dalam kecelakaan ini.
"Masing-masing pihak sudah memberikan keterangan dan data, termasuk  dari pihak perusahaan yang sudah memberikan data kepada kita. Data-data ini yang akan kita analisa nantinya," kata Akbar.
Soal dugaan adanya kelalaian, Akbar menegaskan pihaknya masih mendalami lebih jauh pemeriksaan saksi-saksi. "Dugaan kelalaian ini masih kita dalami, karena kami masih mengumpulkan data dan keterangan saksi," jelas Akbar.   
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha menambahkan, dalam menyelidiki ambruknya tembok perumahan hingga mengakibatkan warga tewas dan luka-luka ini, Polrestabes Makassar telah membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. "Tim sudah bekerja untuk mencari kasus ini," kata Himawan.
Untuk memastikan tingkat kelayakan tembok yang cukup tinggi itu, polisi kata dia akan melibatkan saksi ahli yang memiliki kompetensi dalam menentukan kualitas struktur bangunan, baik dari Dinas Prasarana Wilayah, maupun tim ahli bangunan dari Universitas Hasanuddin Makassar.
Makanya, dalam penyelidikan ini polisi minta klarifikasi dan data teknis mengenai pengerjaan tembok yang telah menelan korban jiwa cukup banyak ini. "Data mengenai pekerjaan yang mereka lakukan ni akan kita analisa," jelas Himawan.
Untuk memastikan tingkat kelayakan tembok utamanya dalam menahan beban timbunan, penyidik Polrestabes Makassar bahkan memastikan akan melibatkan tim ahli Unhas. Penelitian ahli mengenai tingkat kelayakan struktur bangunan ini diperlukan penyidik, untuk memastikan ada tidaknya unsur kelalaian dalam pelaksaan proyek ini sehingga menjadi petaka bagi warga yang tinggal di sekitarnya.
Polisi sendiri telah meminta pelaksana proyek untuk menghentikan kegiatan di sekitar lokasi kejadian. Bahkan, beberapa meter tembok yang masih berdiri kokoh direncanakan dirubuhkan guna menghindari adanya korban susulan.
Delapan korban tewas tersebut telah dimakamkan oleh pihak keluarga di lokasi berbeda. Tiga orang yang merupakan ayah dan anak dimakamkan di Sudiang, sementara korban lainnya di makamkan di kampung halaman di Jeneponto dan Takalar. Sementara korban luka yang dilaporkan masih menjalani perawatan di rumah sakit yakni Wati, Sabaria, Fasya, Salma, dan Naha.
Dari sejumlah warga yang rumahnya ditimpa tembok ini, belasan orang ditampung di posko bencana yakni di kantor Lurah Sinrijala. Di kantor lurah ini, tim Disaster Victim Identification (DVI) Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Sulsel juga masih terlihat berposko di lokasi bencana. Tim ini masih memantau kondisi kesehatan korban luka termasuk kesehatan keluarga korban yang ditampung di kantor lurah.
Selain posko dari pemerintah dan kepolisian, Badan Sar Nasional juga melakukan hal yang sama. Di posko bencana, warga juga berinisiatif mengumpulkan sumbangan dari warga di sekitar lokasi kejadian termasuk dari warga yang ingin  melihat langsung lokasi kejadian. Di posko bantuan ini, setidaknya ada ratusan ribu hingga jutaan dana yang terkumpul dari warga.
Sejumlah warga yang rumahnya menempel di tembok rumah elit tersebut semuanya telah mengunsi ke rumah keluarga terdekatnya. Sisanya sekitar 23 orang bertahan di kantor lurah. (hamsah umar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar