Powered By Blogger

Senin, 12 November 2012

Syahrul Target Pembunuhan


*Di Jalan Santai With Komandan

MAKASSAR, FAJAR--Jalan santai With Komandan yang digelar DPD Golkar Makassar diwarnai insiden. Ada upaya menjadikan cagub petahana Sulsel, Syahrul Yasin Limpo sebagai target pembunuhan.
Indikasi ini menyusul tertangkapnya seorang pemuda yang diduga coba melempari Syahrul menggunakan bom rakitan, saat Ketua DPD Golkar Sulsel ini sedang orasi di depan seratusan ribu pendukungnya usai jalan santai, Minggu, 11 November.
Penangkapan pemuda yang belakangan diketahui Lukman Rahim, lahir di kota Palopo, 9 Januari 1989 dan beralamat di Jalan Tambas III Perdos AB 15 Makassar dan berprofesi sebagai buruh harian lepas (sesuai KTP), bermula saat pelaku melempar benda yang diduga bom rakitan ke arah panggung. Jaraknya sekitar 10 meter.
Untungnya, benda yang diduga bom itu hanya mengeluarkan asap dan tidak sampai meledak. Kerumunan massa yang melihat ulah pelaku ini kemudian menangkapnya dan memukulinya. Setelah digeledah, ditemukan masih ada satu bom rakitan berdaya ledak tinggi, serta satu buah pistol organik jenis revolver lengkap enam butir peluru aktif.
Pistol organik yang sudah dikaburkan nomor serinya itu saat ini telah diamankan aparat Polrestabes Makassar begitu juga pelaku. "Kalau melihat kronologi kejadian dan barang bukti yang ditemukan dari tangan pelaku, sepertinya ini sudah direncanakan dengan menjadikan Pak Gubernur sebagai target," kata koordinator keamanan jalan santai, Juniar Arge saat menggelar keterangan pers di Media Centre Komandan, Jalan Haji Bau Makassar.
Dari tangan pemuda ini juga ditemukan dua buah telepon seluler model lama serta baterai cash. "Apa yang dilakukan sejenis kegiatan teroris kemungkinan Syahrul direncanakan akan ditembak. Ini adalah perbuatan yang ingin kacaukan demokrasi, jadi polisi harus usut tuntas," kata Juniar.
Tim Hukum Sayang, Amirullah Tahir menambahkan ulah pelaku ini bisa dikategorikan aksi teroris karena bukan hanya Syahrul yang bisa cedera tapi ribuan orang. "Baik pelaku maupun orang yang menyuruhnya sama-sama biadab. Kalau saja barang itu meladak akan banyak orang korban," sebut Amirullah.
Kendati, Amirullah menegaskan tim Sayang tidak akan terprovokasi dengan aksi teror, kendati dia merasa memang ada pihak di Sulsel yang sengaja ingin membenturkan Sayang dengan pihak tertentu. Informasi yang diperoleh, pelaku tersebut diberi uang sebesar Rp500 ribu untuk menjalankan aksinya.
Amirullah dan tim Sayang meminta pihak kepolisian untuk segera mengusut tuntas siapa pelaku dan dalang dari aksi terorisme tersebut. "Kami mohon kepada pihak kepolisian supaya bisa melakuan pengusutan secara cepat. Dan ini juga memberikan bukti bahwa sudah saatnya para kandidat mawasdiri beserta tim-timnya," kata Amirullah.

Cium Tangan Ibu
Sekitar beberapa menit setelah kejadian pelemparan bom, Syahrul langsung menuju rumah kediaman ibunya di Jl Haji Bau memeluk dan mencium tangan ibunya. "Gila itu bom. Tapi sudahlah, saya langsung tadi pulang dan cium tangan ibu saya," kata Syahrul saat ngobrol bersama wartawan.
Dia mengatakan, dirinya bersyukur bisa lolos dan selamat dari maut tersebut. "Kalau itu meledak, selesai. Bukan saya, tapi kasihan ribuan orang di sekitar saya. Bagaimana ya hatinya orang yang mau melakukan aksi seperti itu," tambah Syahrul.
Syahrul mengatakan, dirinya tak ada masalah. Dia secara totral telah mewakafkan dirinya untuk berjuang demi kepentingan rakyat. Tapi yang jadi persoalan, lanjutnya, apakah para pengebom ini tidak sadar kalau yang ada di sekitar dirinya ratrusan ribu orang.
"Kalau itu terjadi, itu sama saja pembunuh massal," tambah mantan Bupati Gowa dua periode ini.
Syahrul menyayangkan hal itu terjadi. "Karena keinginan saya adalah ingin menjadikan pilgub Sulsel sebagai percontohan pilkada se-Indonesia. Masak Jakarta aman-aman Sulsel tidak aman. Tidaklah, saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi di Sulsel. Kalau ada yang risih dengan massa Sayang yang banyak, saya akan kerahkan massa 10 kali lipat dari yang tadi," lanjut Syahrul. (hamsah umar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar