Powered By Blogger

Minggu, 23 Desember 2012

Sukuisme dan Geopolitik Lebih Seksi


*Prof Salim: Gedung Kesenian Perlu Dipikirkan

MAKASSAR, FAJAR--Faktor sukuisme dan geopolitik tampaknya lebih seksi dari entitas lain ketika dikaitkan dengan isu politik dan pemerintahan. Bahkan, etnisitas dan geopolitik ini masih menjadi lebih menarik di era perpolitikan saat ini.
Setidaknya ini yang menjadi salah satu pandangan yang mengemuka dalam Bincang Politik Akhir Tahun, bertema Konstalasi Politik Jelang Pilpres 2014 dan Pilgub Sulsel 2013 (Peran serta Posisi Militer dan Sipil), yang digelar di Studio Mini Redaksi Harian Fajar, Jumat, 21 Desember. Diskusi politik yang dipandu Redaktur Harian FAJAR, Yusuf Said ini menghadirkan dua narasumber masing-masing Prof Salim Said dan Prof Salim Said.
Sukuisme dan geopolitik ini menjadi lebih seksi karena ada kecenderungan masyarakat masih sangat primordial dimana masyarakat sangat memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil.
"Aspek primordial yang menarik dan sempat dilakukan percobaan Rhoma Irama saat kampanyekan Foke, yang coba kampanye negatif Ahok dengan menyinggung soal agama ternyata tidak efektif," kata Hamdan Juhannis.
Begitu juga dari sudut pandang partai politik Islam, dimana menurutnya partai-partai ini tidak ada bedanya dengan partai lainnya. Yang bedakan kata dia hanya bendera. Ini akan berbeda ketika dikaitkan dengan aspek sukuisme dan geopolitik yang masih begitu kuat dalam menentukan pemimpin. Dalam hal pemilihan presiden misalnya, masyarakat Jawa misalnya masih ada yang berpikiran pemimpinnya harus Jawa.
Terkait isu sukuisme ini, salah seorang peserta diskusi memperkuat bahwa pernah ada survei yang dilakukan dengan variabel pertanyaan terkait suku, agama, dan entitas lainnya. Hasilnya ada kecenderungan masyarakat memang masih mengedepankan sukuisme dan geopolitik.
Terhadap agenda pilgub Sulsel atau pun pilwalkot Makassar mendatang, Prof Salim Said menyarakankan agar gubernur mau memikirkan pembangunan kesenian di Sulsel. Sulsel sudah seharusnya memiliki gedung kesenian yang memadai, sebagai tempat pertunjukan untuk memberi ruang seniman memamerkan karya seninya.
"Makassar ini maju bukan main, tapi gedung kesenian kok tidak ada, padahal ibu kota provinsi ini adalah kota besar di Indonesia Timur. Bandingkan dengan negara Singapura yang memiliki gedung kesenian besar. Pentas Lagaligo dipertunjukkan di sana. Mana kita sebagai bangsa," kata Salim.
Salim Said berharap, tiga cagub Sulsel yang bertarung di pilgub Sulsel ini tidak perlu menunggu rakyat Sulsel yang bicara atau menggagas pentingnya menghadirkan gedung kesenian. Pembangunan gedung kesenian harus lahir dari ide pemerintahannya. (hamsah umar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar