Powered By Blogger

Kamis, 25 Agustus 2011

Kapolri Janji Proses Pelaku Penembakan


MAKASSAR, FAJAR--Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Timur Pradopo menegaskan akan menindak anggota polisi yang terbukti melakukan pelanggaran, dalam kasus penembakan yang mengakibatkan dua warga Morowali tewas.
Penegasan Timur itu disampaikan usai melakukan pengarahan bersama Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono terhadap perwira TNI dan Polri di Gedung Manunggal M Yusuf, Rabu, 24 Agustus.
Timur menegaskan bahwa, siapa pun pihak yang melakukan pelanggaran hukum dalam peristiwa itu akan diproses hukum sebagaimana mestinya. Yang pasti menurut dia, kasus penembakan di Pulau Tiaka, Dusun Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah itu adalah sebuah bentuk pelanggaran hukum.
"Masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum akan kita proses sesuai aturan yang ada, begitu juga ketika polisi yang melakukan pelanggaran hukum, juga akan diproses. Jadi semuanya akan kita proses secara hukum," tegas Timur.
Yang pasti menurut dia, pihaknya saat ini sedang melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap kasus penembakan yang mengakibatkan warga sipil tewas. Dari pihak kepolisian kata dia, tentunya telah menurunkan tim dari Propam untuk mengusut tuntas dugaan adanya pelanggaran yang dilakukan polisi dalam peristiwa berdarah ini. Melalui kerja tim Propam atau devisi disiplin polri inilah, polisi yang melakukan pelanggaran akan diproses.
Sebagaimana diketahui, aksi brutal di Pulau Tiaka, Morowali itu mengakibatkan dua warga sipil tewas diberondong peluri petugas. Korban tewas tersebut diketahui bernama Marten Datu Adam dan Yurifin. 
Kasus tersebut dipicu protes program Coorporate Social Responsibility  (CSR) JOB Pertamina Medco E&P Tomori, yang dinilai diskriminasi utamanya terhadap warga Dusun Kolo Bawah. Sebelum terjadi aksi brutal yang mengakibatkan warga sipil, sempat terjadi penyanderaan termasuk terhadap anggota kepolisian yang dilakukan oleh warga yang melancarkan aksi protes.
Kendati kapolri belum menyebut siapa-siapa anggota polisi yang telah dimintai keterangan terkait kasus ini, Timur menegaskan bahwa proses penyelidikan tetap berjalan sebagaimana mestinya. 
Laporan yang diterima kapolri dari Polda Sulteng menyebutkan bahwa anggota polisi yang disandera oleh warga berlangsung sekitar enam jam. Selama dalam proses penyanderaan itu, warga melakukan perampasan terhadap senjata yang dibawa oleh anggota polisi yang disandera tersebut. Saat penyanderaan itulah, pihak kepolisian setempat meminta bantuan untuk mengatasi gejolak yang terjadi itu.
"Untuk mendatangkan bantuan itu, ada proses yang dilalui. Di situ ada perlawanan dari masyarakat dengan menggunakan senjata tajam, sehingga terjadi penembakan yang mengakibatkan warga setempat ada yang meninggal," jelas Timur.
Timur menyebutkan bahwa langkah penegakan hukum dalam kasus ini sudah berjalan, termasuk memproses pihak-pihak yang diduga terlibat di Gorontalo, baik masyaralat yang diduga kuat melakukan pelanggaran hukum, maupun terhadap anggota yang ditengarai melanggar dalam peristiwa berdarah itu.  
Soal dugaan adanya pelanggaran hukum dalam kasus ini, Timur menegaskan bahwa proses terhadap dugaan pelanggaran itu juga akan dilakukan. Apalagi menurut dia, Komisi Nasional (Komnas) HAM juga telah turun melakukan penyelidikan atas insiden yang merenggut jiwa warga sipil ini. "Kalau ada pelanggaran HAM juga diproses, karena Komnas HAM juga sudah bergerak terhadap kasus ini," ujar Timur.
Yang pasti menurut dia, pihak kepolisian belum bisa memastikan siapa saja aparat  kepolisian yang melakukan pelanggaran, karena menurutnya polisi masih melakukan penyelidikan dan penyidikan. Dalam kasus penembakan yang mengakibatkan dua warga tewas dan sejumlah orang lainnya terluka itu, pihak kepolisian sudah menetapkan sejumlah tersangka yang diduga kuat  melakukan pelanggaran hukum. (hamsah umar)    

Rabu, 24 Agustus 2011

Tingkatkan Sinergi TNI-Polri


MAKASSAR--Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kapolri, Jenderal Timur Pradopo melakukan pengarahan terhadap perwira TNI dan Polri di Gedung Manunggul Muh Yusuf, Rabu, 24 Agustus. Keduanya menegaskan bahwa sinergi antara TNI dan kepolisian harus lebih ditingkatkan, guna mengoptimalkan kekuatan dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa.
Menurut Agus, jika kedua kekuatan negara yakni TNI dan Polri disinergikan dengan baik, dipastikan akan mewujudkan kekuatan yang lebih baik utamanya dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Makanya, dia berharap kapolri dan jajarannya melakukan upaya lebih baik lagi dalam meningkatkan sinergi antara kepolisian dan TNI.
"Kalau dua kekuatan ini (TNI-Polri) disinergikan dengan baik, ini akan menghasilkan kekuatan yang sangat baik, sehingga hal-hal yang sifatnya mengganggu ketertiban, b isa kita atasi bersama," kata Agus Suhartono.
Dia menambahkan, TNI dan Polri harus mengubah paradigma yang ada selama ini. Misalnya saja ketika terjadi persoalan yang berhadapan langsung dengan masyarakat. TNI selama ini kata dia, sekadar melakukan pembantuan terhadap polri dalam  melaksanakan tugas pengamanan. Sementara dari pihak kepolisian, kadang masih enggan meminta bantuan kepada TNI ketiga berhadapan dengan masalah di tengah masyarakat.
"Ini yang perlu kita pahami bersama, bahwa meminta bantuan kepada TNI bukan berarti Polri tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada. Tapi ini dimaksudkan untuk memperkuat atau mengoptimalkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang ada di tengah masyarakat," kata Agus.
Makanya, dia menegaskan, sinergi antara kepolisian dan TNI, masih perlu ditata dengan baik agar terjaling koordinasi yang lebih baik, guna bersama-sama menciptakan keamanan di tengah masyarakat. Sementara mengenai intelijen, Agus menegaskan bahwa tugas atau kerja intelijen  bukan untuk politik, namun semata-mata untuk mendukung kelancaran tugas-tugas TNI.
Sementara Kapolri, Jenderal Timur Pradopo juga menegaskan bahwa masalah sinergitas antara semua pihak baik TNI dan Polri merupakan salah satu poin penting dalam rangka menyukseskan pembangunan di segala bidang. "Untuk menjaga keamanan secara bersama, Polri dan TNI memang harus bersinergi, tanpa adanya sinergi yang baik, maka kita akan sulit untuk mewujudkan harapan ada," kata Timur.
Bahkan kapolri menegaskan bahwa sinergitas antara semua pihak menjadi salah satu masalah penting yang harus diperhatikan, guna mewujudkan pembangunan yang maju, adil, dan makmur pada berbagai sektor kehidupan. (hamsah umar)                      
     
     

Bocah 10 Tahun Delapan Jam Diculik


MAKASSAR, FAJAR--Sri Ayu Humaera Febriani dan Jihan Jalilah warga BTN Agraria, Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini, Makassar sempat membuat panik kedua orang tuanya. Kedua bocah yang baru berusia 10 tahun ini, diculik sekitar delapan jam oleh oknum tidak dikenal. Bocah tersebut sempat dibawa keliling ke daerah Antang pelaku menggunakan sepeda motor.
Tidak hanya dibawa keliling hingga ke wilayah Antang, barang berharga milik kedua korban juga diambil oleh pelaku seperti telepon seluler serta barang berharga lainnya. Untungnya, pelaku tidak sampai dianiaya  karena setelah barang miliknya diambil, pelaku menurunkannya dari sepeda motor.
Kasus dugaan penculikan itu berawal ketika korban bersama rekan-rekannya bermain di sekitar rumahnya. Tiba-tiba pelaku datang menanyakan alamat seseorang bernama Sarifuddin. Kedua korban maupun teman mainnya kompak menjawab tidak tahu. Meski menjawab tidak tahu alamat  yang dicari pengendara motor Jupiter ini, pelaku malah meminta kedua korban membantunya mencari alamat dimaksud.
Agar korban bisa menuruti pelaku, pelaku  memberi korban uang sebesar Rp5 ribu sebagai imbalan. Saat kedua korban tersebut dibawa pelaku menggunakan sepeda motor, salah seorang teman korban, Harmiati sempat membuntuti pelaku menggunakan sepeda milik korban.  "Kami sempat panik karena anak kami tidak pulang sampai magrib," ujar orang tua Jihan, Jamaluddin.
Menurut Jamaluddin, meski anaknya baru berusia 10 tahun, namun ketika bermain dan terlambat pulang, anaknya tersebut selalu memberi kabar melalui telepon. "Sementara saat kami telepon, dia sama sekali menjawabnya," katanya.
Setelah sekitar delapan jam tidak mendapat kabar keberadaan kedua bocah itu, orang tua kedua bocah tersebut sepakat melaporkan kasus itu ke kantor Polsekta Rappocini. Kedua bocah itu kemudian ditemukan di Jalan Tidung 10 sedang berjalan kaki. (hamsah umar)

Rumah Dosen STIE Nobel Dibobol


MAKASSAR, FAJAR--Salah seorang dosen STIE Nobel Makassar, M Fachrul Sjarlis menjadi korban pembobolan. Rumah miliknya di Jalan Bougeville Makassar dimasuki maling. Akibat aksi maling itu, satu unit laptop serta tas berisi dokumen penting dibawa kabur ole pelaku.
Pembobolan terhadap rumah salah seorang dosen STIE Nobel ini diperkirakan berlangsung usai korban sahur atau sekira pukul 04.00 dini hari,  Rabu, 24 Agustus. Pelaku diduga leluasa beraksi karena saat itu korban sedang tertidur lelap. Menurut korban, pelaku diduga masuk ke rumahnya melalui pintu yang tidak terkunci.
Barang berharga berupa laptop yang dicuri pelaku itu disimpan korban di  ruang tengah, begitu juga dengan tas berisi dokumen penting seperti bukau tabungan serta dokumen P3M STIE Nobel. Korban baru menyadari rumahnya telah dibobol sekira pukul 06.00. Korban baru menyadari rumahnya telah dimasuki maling begitu melihat pintu rumahnya sudah tebuka tidak seperti biasanya.
Kanit Reskrim Polsekta Panakkukang, Iptu Dhimas Prasetyo membenarkan adanya laporan kasus pembobolan terhadap salah satu rumah dosen di daerah ini. Saat ini, polisi  melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku pembobolan tersebut. "Sementara yang telah kita mintai keterangan adalah korban sendiri. Kasus ini akan kita selidiki untuk mencari tahu pelakunya," kata Dhimas.
Ada dugaan, pelaku pembobolan tersebut terlebih dahulu  melakukan pengamatan terhadap kondisi rumah korban. Pelaku sendiri tidak sampai mengutak-atik rumah korban, begitu berhasil mengambil laptop dan tas berisi dokumen korban. (hamsah umar)      
 

Qolby-Natsir Bayar Rp100 Ribu


MAKASSAR, FAJAR--Dua peserta ujian masuk Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) Makassar, yang menggunakan jasa joki saat ujian ujian kompetensi Minggu lalu, ternyata hanya butuh mengeluarkan uang sebesar Rp100 ribu untuk membayar aktor intelektual joki tersebut.
Wakapolsekta Biringkanaya, AKP Amran Allobaji yang ditemui di Gedung Manunggal Muh Yusuf, Rabu, 24 Agustus menjelaskan bahwa berdasarkan pengakuan sementara dari Muh Noer Alim Qolby dan Natsir, keduanya hanya mengakui membayar oknum yang memberinya alat untuk melakukan komunikasi dalam rangka mendapatkan kunci jawaban itu sebesar Rp100 ribu.
"Hasil penyelidikan sementara yang kita lakukan dan pemeriksaan terhadap kedua peserta ujian ini, dia mengaku hanya membayar Rp100 ribu. Namun kasus ini masih kita selidiki kebenarannya," ujar Amran.
Soal dimana kedua peserta ujian masuk STAN Makassar bertemu dengan oknum yang memberinya perangkat elektronik dan berjanji memberinya kunci jawaban, Amran menegaskan bahwa berdasar keterangan kedua orang ini, mereka hanya bertemu di salah satu internet di Makassar. Sejauh ini, kedua peserta ujian tersebut juga masih terkesan tertutup dalam memberikan keterangan kepada penyidik kepolisian, termasuk mengenai siapa oknum intelektual di balik sindikat joki STAN tersebut.
Yang jelas, berdasar informasi yang diperoleh FAJAR, jumlah peserta ujian masuk STAN yang menggunakan jasa joki ini mencapai puluhan orang. Pasalnya, keterangan kedua peserta ujian yang ditangkap pengawas menyebutkan dia berada pada urutan ke-60 dalam daftar orang yang mengamil perangkat pendukung yang digunakan untuk menerima kunci jawaban.
Namun, perangkat yang diterima oleh kedua peserta ujian ini diduga tidak berfungsi dengan baik sehingga kesulitan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon seluler, yang dibantu perangkat wireless. Sehingga pada saat ujian, kedua orang ini selalu memegang kerah bajunya. "Jadi perangkat itu tidak  bisa berfungsi dengan baik," katanya.
Sementara mengenai perangkat pendukung yang dimasukkan ke dalam lubang telinga Qolby dan Natsir, Amran menyebutkan bahwa alat tersebut sudah berhasil dikeluarkan dokter THT yang dipercayakan keluarga kedua peserta seleksi ini. (hamsah umar)