MAKASSAR, FAJAR--Debat cagub Sulsel yang dilakukan KPU Sulsel sedikit mengecewakan sejumlah undangan. Debat ini dinggap tidak efektif dan berbobot, bahkan jauh dari harapan sebagian besar masyarakat Sulsel.
Sejumlah undangan usai menyimak debat tersebut memberi penilaian kalau debat ini jauh dari kesan debat, malah kesannya lebih pada pengulangan pemaparan visi misi dan program kandidat. Padahal idealnya kata dia, ada saling menanggapi satu sama lain sesama pasangan calon. Atau paling tidak ada upaya dari pengarah untuk memberi kesempatan kandidat menanggapi penjelasan kandidat lain.
"Kalau begini debatnya, saya kira kita hanya habiskan waktu mengikutinya, Ini sama sekali tidak menggigit. Kalau saya menilai, acara ini hanya pengulangan visi misi dan program," kata pengamat Komunikasi Unhas, Dr Iqbal Sultan kepada wartawan usai menghadiri debat yang digelar di gedung Triple C Makassar, Kamis, 10 Januari.
Dalam acara debat cagub ini, tiga pasangan cagub Sulsel masing-masing Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA), Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), dan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) tidak diberi kesempatan menanggapi program yang ditawarkan lawan politiknya. Ketiga cagub ini hanya digiring memaparkan apa yang menjadi program ketika terpilih menjadi gubernur mendatang.
Dalam debat yang berlangsung mulai pukul 15.00-17.00 Wita ini, setidaknya ada enam pertanyaan yang sama diberikan kepada masing-masing pasangan calon, dengan waktu menjawab 2,5 detik. Pertanyaan-pertanyaan ini seperti apa yang ditawarkan dan jadi prioritas ketika terpilih di pilgub, konsep pendidikan yang terintegrasi untuk menekan angka putus sekolah dan dalam rangka meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM),
dan bagaimana desain tata kelola pemerintahan yang benar dan bersih.
Pertanyaan lain seperti bagaimana konsep pemerataan pembangunan yang adil dan upaya mengurangi pengangguran, apa yang akan dilakukan jika di lingkaran terdekat terindikasi melanggar hukum dan korupsi, dan bagaimana menghilangkan jarak dengan masyarakat.
Enam pertanyaan inilah yang diajukan kepada masing-masing pasangan calon untuk memaparkan apa yang akan dilakukan, tanpa sama sekali dimintai tanggapan atas apa yang akan dilakukan pasangan lain misalnya saja terkait masalah menekan angka putus sekolah dan peningkatan IPM Sulsel.
"Yang ditunggu masyarakat Sulsel bahkan pendukung kandidat sebenarnya adalah bagaimana kandidat menanggapi apa yang ditawarkan calon lain, tapi ini yang tidak terlihat dalam debat ini," tambah Iqbal.
Ketua Umum Forum Pascasarjana Unhas, Anas Raja Andi juga memberi penilaian sama. Dia menganggap debat ini hanya kristalisasi visi misi dan program ketiga cagub yang telah dipaparkan di DPRD Sulsel beberapa waktu lalu. "Boleh dikatakan ini bukan debat. Kalau pun harus dikatakan debat, ini tidak efektif dan tidak sesuai keinginan masyarakat Sulsel," kata Anas.
Idealnya, sebuah debat harus memperlihatkan sedikit plus minus kepemimpinan ketiga cagub Sulsel ini. Kalau sekadar digiring memberikan pemaparan atas apa yang akan dilakukan ketika terpilih, maka minus dari pasangan calon ini tidak akan bisa digambarkan. Anas juga menilai debat ini mestinya ada ruang untuk saling kritik yang sifatnya membangung satu sama lain, yang tentunya pada tataran yang wajar dan bisa menjadi pembelajaran politik yang baik di masyarakat.
"Tapi kalau konsepnya seperti ini, maka semua masyarakat Sulsel akan kecewa dengan debat ini, karena kita tidak menemukan ada debat," lanjut Anas.
Ketua DPW PKS Sulsel, Akmal Pasluddin usai menghadiri debat ini juga berharap KPU mengevaluasi kembali proses debat, sehingga debat tahap kedua ke depan tidak mengecewakan masyarakat. "Saya kira ketika cagub ini adalah tokoh yang sudah paham betul mana batas kewajaran ketika harus berdebat. Jadi tidak perlu kita takut berlebihan," kata Akmal.
Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas yang dimintai tanggapannya mengatakan pada tataran pengamat memang selalu ada perbedaan persepsi. "Mungkin yang diinginkan oleh pengamat adalah bagaimana cagub ini saling tunjuk pada saat debat, tapi KPU kan tidak seperti itu konsepnya, karena bagi KPU kebersamaan ketiga cagub ini di atas segala-galanya sehingga debat tidak harus ada saling tunjuk," kata Jayadi.
Meski begitu, Jayadi siap mengevaluasi dan menerima masukan yang disampaikan sejumlah peserta yang hadir langsung dalam debat ini. Tapi kata dia, idealnya masukan seperti itu disampaikan sebelum acara berlangsung sehingga KPU memiliki konsep yang sama dengan yang diharapkan masyarakat Sulsel.
Sebelum debat berlangsung, Jayadi yang memberikan sambutan mengajak masyarakat Sulsel untuk menganalisa dan menyimak apa yang menjadi visi misi calon gubernur Sulsel ini, paling tidak harus ada pembelajaran politik di dalamnya. Dia juga berharap, pilgub Sulsel yang akan berlangsung, Selasa, 22 Januari mendatang ini berlangsung damai, aman, sehingga Sulsel bisa jadi barometer pilgub di Indonesia.
Untuk pertanyaan pertama kepada cagub, Indra Maulana mempertanyakan apa yang ditawarkan dan prioritas cagub untuk memajukan Sulsel. Pasangan Ilham-Aziz yang diberi kesempatan pertama menjawab pertanyaan ini menjelaskan bahwa, Sulsel memiliki potensi alam yang kaya raya. Karena itu, dia ingin menjadikan daerah ini rumah rakyat yang maju berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Juga menjadikan Sulsel lebih baik dan berkeadilan.
"Ini akan kita wujudkan dalam empat misi yakni mendorong masyarakat sejahtera dan terkemuka dengan membangun kualitas SDM, pemerintah bersih, ekonomi kerakyatan, masyarakat religius. Empat misi ini kami yakin bisa bawa Sulsel terpercaya," kata Ilham.
Sedang pasangan Syahrul-Agus menegaskan, apa yang telah dicapai lima tahun kepemimpinannya harus berakselerasi dan dilanjutkan periode berikutnya. Sehingga keberhasilan yang sudah dirasakan masyarakat Sulsel bisa lebih baik mendatang.
Misalnya saja menjadikan Sulsel masuk lima besar provinsi dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia, pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional harus terus dilanjutkan. "Kami juga ingin bangun Sulsel pilar utama nasional. Ini tidak kita harapkan tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Sulsel, tapi juga masyarakat Indonesia," kata Syahrul.
Adapun pasangan Rudi-Nawir menegaskan bahwa hal yang ditawarkan untuk masyarakat Sulsel ketika terpilih adalah menjadikan Sulsel Terdepan, Mandiri, dan Mapan (TAMPAN). Terdepan dalam hal pelayanan publik misalnya dalah hal pemenuhakn hak dasar masyarakat Sulsel. Seperti dalam program pendidikan gratis untuk seluruh masyarakat Sulsel mulai SD-SMA sederajat.
"Begitu juga untuk program kesehatan gratis. Kita akan hadirkan layanan kesehatan gratis yang paripurna, mulai dari tingkat pustu, puskesmas, rumah sakit hingga layanan kesehatan gratis untuk tindakan berat seperti operasi. Juga kita akan hadirkan satu dokter satu desa, satu perawat, dan satu bidang," jelas Rudi. (hamsah umar)