Powered By Blogger

Rabu, 12 Oktober 2011

AMS Tuntut Kasus Awaludin Dituntaskan


*Terkait Maba Unhas yang Tewas

MAKASSAR, FAJAR--Dugaan kekerasan yang dialami mahasiswa baru Jurusan Kimia Fakultas MIPA Unhas, Awaluddin yang dilakukan seniornya hingga meninggal  terus menuai kecaman. Kali ini, Aliansi Mahasiswa Soppeng (AMS) menuntut polisi mengusut tuntas kematian maba itu.
Mahasiswa yang prihatin terhadap nasib yang dialami korban ini, melakukan aksi unjuk rasa di Polrestabes Makassar, Rabu, 12 Oktober. Sama dengan kecurigaan pihak keluarga, mahasiswa ini juga mencurigai kematian korban akibat mendapat kekerasan seniornya selama kegiatan Program Reformasi Pola Pikir dan Pola Sikap (Progresip) atau semacam ospek, yang digelar pengurus BEM Fakultas MIPA Unhas.
"Kami menuntut kepolisian sesegera mungkin mengusut tuntas kasus kematian maba ini," ujar Koordinator Lapangan AMS, Anto al-Fahrezy.
Selain menuntut pihak kepolisian bekerja maksimal dan mengungkap mahasiswa yang ditengarai melakukan kekerasan, mahasiswa yang prihatin dengan korban ini mengingatkan polisi untuk mengawal autopsi yang dilakukan pihak dokter RS Wahidin. Mahasiswa menginginkan hasil autopsi tersebut transparan dan bebas dari rekayasa. "Jangan sampai proses autopsi mayat korban ini terjadi rekayasa.  Makanya kami minta polisi mengawal benar-benar  prosesnya," kata Anto.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Erwin Triwanto yang menerima mahasiswa menegaskan bahwa proses penyelidikan kasus kematian maba Fakultas MIPA Unhas ini bergantung hasil autopsi. Autopsi pihak rumah sakit ini kata dia yang sementara ditunggu polisi hasilnya. "Kita masih menunggu hasil autopsi seperti apa", ujar Erwin.
Terhadap kasus tersebut, polisi kata dia sudah memintai keterangan sejumlah saksi, termasuk mahasiswa pelaksana kegiatan maupun nantinya akan memeriksa maba yang ikut program pengkaderan tersebut.
Terpisah, Kabag Ops Polrestabes Makassar, AKBP Hotman Sirait menambahkan bahwa proses pemeriksaan saksi juga masih menunggu keluarga korban yang saat ini masih dilanda duka. Pemeriksaan terhadap keluarga korban masih dibutuhkan, utamanya terkait kondisi korban saat ditemukan di kamar kosnya, begitu juga dengan teman kos korban di BTP.
"Kita masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini, sambil melakukan pemeriksaan saksi, sambil menunggu hasil autopsi keluar dari rumah sakit," kata Hotman.
Untuk mengungkap ada tidaknya kekerasan hingga mengakibatkan seorang peserta tewas, penyidik Polrestabes Makassar maupun Polsekta Tamalanrea, diminta memperbanyak memeriksa maba yang menjadi teman korban. 
Sekadar tahu, berdasar pengakuan salah seorang peserta Progresif Fakultas MIPA Unhas yang minta namanya dirahasiakan, menegaskan bahwa pelaksanaan pengkaderan yang bernama Progresip memang diwarnai penghukuman hingga kekerasan fisik terhadap maba. Selain kegiatan berbau fisik yang berpotensi melelahkan maba seperti jalan merayab sekitar 200 meter dan jalan jongkok dengan jarak yang sama, maba yang melanggar juga banyak dihukum dan dipukul. "Saya sendiri sempat dihukum dan dipukul oleh panitia," ujar sumber FAJAR tersebut. 
Kendati ada pengakuan maba yang juga sempat dipukul seniornya, namun pihak penyelenggara dalam hal ini BEM Fakultas MIPA Unhas membantah keras adanya kekerasan dalam kegiatan pengkaderan. Kendati dia mengakui, tiga maba yang semuanya perempuan sempat dilarikan ke RS Wahidin karena alasan sakit, namun diizinkan pula oleh dokter setelah mendapat perawatan.  (hamsah umar)                

Motor Polisi Dibakar Mahasiswa Unhas


MAKASSAR, FAJAR--Motor Patroli Kepala Unit Patroli Polsekta Tamalanrea, Ipda Andi Iswan hangus dibakar puluhan mahasiswa di depan Pintu I Unhas Selasa sore lalu. Polisi yang saat itu mengendarai sepeda motor tersebut dihentikan mahasiswa kemudian membakar motornya.
Motor jenis Suzuki Thunder 125 CC ini dibakar mahasiswa yang menamakan diri Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (Somasi). Saat berdemo itu, mahasiswa tersebut memblokade jalan. Mereka sengaja menjadikan polisi sebagai sasaran. Aksi mereka dipicu penangkapan dua mahasiswa Unhas yang ditangkap petugas Polrestabes Makassar dan Polsekta Rappocini saat melakukan unjuk rasa di Rektorat UNM.
Para mahasiswa ini diduga terprovokasi dengan isu yang menyesatkan mengenai dua mahasiswa Unhas dan seorang mahasiswa UMI. Pasalnya, polisi mengaku tidak melakukan penangkapan terhadap ketiga mahasiswa itu, tapi sekadar mengamankannya, apalagi mahasiswa UNM melakukan pengejaran terhadap mereka bersama satpam UNM.
Dalam aksinya sambil memblokade jalan itu, mereka menuntut tiga mahasiswa itu dibebaskan yakni Rivaldi dan Surahman (Unhas) serta Ahsan (UMI). Mereka juga menegaskan menolak berbagai bentuk kekerasan terhadap dunia kampus.
Kabag Ops Polrestabes Makassar, AKBP Hotman Sirait yang dikonfirmasi menegaskan bahwa mahasiswa yang melakukan pembakaran motor polisi ini saat ini dalam pengejaran. Beberapa mahasiswa kata dia sudah dimintai keterangan sebagai saksi. "Sudah ada yang mengarah ke  mahasiswa tertentu yang saat ini dalam penyelidikan," kata Hotman.
Hotman mengakui, pembakaran motor polisi itu dipicu provokasi oknum tertentu seputar penangkapan mahasiswa Unhas dan UMI di kampus UNM. Makanya, para pelaku pembakaran tersebut saat ini dalam pengejaran. Adapun mahasiswa Unhas dan UMI yang ditangkap di kampus UNM, Hotman mengatakan ketiganya sudah dilepas usai diambil identitasnya.
"Dia ini kan kita amankan. Karena kalau tidak diamankan, bisa saja menjadi korban oleh mahasiswa UNM yang tidak terima mereka  melakukan demo di kampusnya.  Termasuk sejumlah motor mereka kita selamatkan," jelas Hotman.
Kapolsekta Tamalanrea, Kompol Amiruddin terpisah menegaskan bahwa aksi pembakaran motor polisi ini merupakan tindakan kriminal. "Tentu tindakan itu adalah pelanggaran hukum dan berindikasi pidana." kata Amiruddin. (hamsah umar)

Satpam UMI Dikeroyok Mahasiswa


MAKASSAR, FAJAR--Seorang Satuan Pengamanan (Satpam) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Abd Azis menjadi korban pengeroyokan sejumlah mahasiswa Fakultas Pertanian UMI, Rabu, 12 Oktober sekira pukul 14.30.
Akibat aksi pengeroyokan yang dilakukan mahasiswa itu, korban mengalami luka pada telinga kiri atas. Dia pun melaporkan kasus pengeroyokan itu ke Polsekta Panakkukang. Aksi pengeroyokan yang didalangi mahasiswa UMI terhadap Satpam itu, berawal dari ketegangan antara pihak fakultas dengan para mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa.
Satpam yang melakukan pengamanan tersebut berusaha mendinginkan suasana, dan mencoba menghentikan aksi mahasiswa yang mulai bertindak anarkis. Tapi upaya korban tersebut dibalas mahasiswa dengan melakukan pengeroyokan terhadap korban. Saat korban dikeroyok oleh sidikitnya sepuluh mahasiswa, dia mengaku sempat meminta mahasiswa menghentikan pemukulan dengan mengangkat kedua tangannya,  namun mahasiswa tetap melakukan pemukulan.
"Mahasiswa saat itu mulai berlebihan dan kasar. Makanya saya mencoba  menhentikan tapi, mereka balik mengeroyok saya," ujar Azis saat melaporkan kasus itu ke SPK Polsekta Panakkukang.
Dari sejumlah mahasiswa yang melakukan pengeroyokan terhadap dirinya, Azis mengaku mengenal salah seorang di antaranya yakni Vivi Heri Lestiawan. Mahasiswa Pertanian inilah yang menjadi terlapor utama dalam kasus pengeroyokan tersebut. Usai melaporkan peristiwa yang dialaminya, korban kemudian melakukan visum ke rumah sakit.
Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Fakultas Pertanian UMI ini, dilakukan untuk meminta kebijaksanaan kampus agar mahasiswa yang menunggak pembayaran SPP-nya diberi keringanan. Mahasiswa yang minta kebijaksanaan SPP itu bernama Zulkarnain. 
Wakil Dekan III Fakultas Pertanian UMI, Baktiar Ibrahim yang dikonfirmasi terpisah menjelaskan bahwa, pihak fakultas sebenarnya sudah memberi kebijaksaan kepada mahasiswa tersebut. Terbukti hingga saat ini mereka tetap mengikuti proses perkualiahan meski pembayaran SPP mahasiswa tersebut hanya Rp400 ribu.  
"Masalah kedua sebenarnya terkait disharmonisasi hubungan antara mahasiswa ini dengan staf kampus. Inilah yang coba tadi kita mediasi, tapi begitu kita masuk ruangan, ada mahasiswa yang langsung mengamuk, hingga ada satpam yang dipukul oleh mahasiswa," jelas Baktiar. (hamsah umar)
     
   
           
  

Sindikat Curas Ditangkap


MAKASSAR, FAJAR--Iskandar (23), salah seorang sopir pete-pete jurusan Sentral-Daya, ditangkap petugas Polres Pelabuhan, Rabu, 12 Oktober. Sopir angkot yang berprofesi ganda sebagai pelaku pencurian dengan kekerasan (curas) ini, ditangkap setelah merampas emas penumpangnya.
Dalam menjalankan aksinya itu, tersangka bersama dua rekannya dengan sasaran ibu-ibu yang memakai perhiasan emas. Korbannya adalah Sitti Ramlah, salah seorang warga Jalan MP Hadji Kalla Panaikang. Saat itu, korban baru saja dari Makassar Mall dan menumpangi  mobil pelaku.
Saat berada di atas mobil  itu, dua teman pelaku merampas secara paksa cincing emas yang dipakai oleh korban. Awalnya, pelaku meminta korban menukar emasnya dengan emas palsu milik korban, tapi korban menolak. Karena menolak, pelaku mengeluarkan paksa cincing korban kemudian menggantinya dengan emas palsu yang disiapkan pelaku.
Begitu berhasil  mengambil barang berharga korban, pelaku kemudian menurunkan korban di Jalan Masjid Raya tepatnya di ujung Jalan Sembilan. Korban yang mengetahui telah dirampok itu, diam-diam mencatat nomor pelat mobil pelaku dan melaporkannya kepada polisi. Mendapat laporan tersebut, polisi melakukan pengamatan di Jalan KH Ramli tepatnya di depan Sejahtera.
Begitu mobil dengan DD 1854 AQ melintas, polisi langsung menangkapnya kemudian menggiringnya ke Polres Pelabuhan. Sayangnya saat itu, dua pelaku lainnya tidak ikut lagi di mobil. Sementara saat penggerebekan, dua pelaku berhasil melarikan diri.
"Sebenarnya dua pelaku ini sempat kita temukan saat didatangi rumahnya. Namun Iskandar yang kita bawa menunjukkan pelaku dan rumahnya, mengelabui kita kalau orang yang kita temui bukan rekannya. Nanti setelah melarikan diri, baru mengaku kalau yang kita temui adalah rekannya," kata Kasat Reskrim Polres Pelabuhan, AKP Sukri Abham. (hamsah umar)
       
               

Lakpesdam NU Desak Penyerang GPK-NU Diadili


MAKASSAR, FAJAR--Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel, mendesak polisi serta pihak Universitas Islam Makassar (UIM) untuk mengadili mahasiswa yang menyerang Gedung Pusat Kegiatan Nahdlatul Ulama (GPK-NU) dua hari lalu.
"Kami mendesak polisi maupun pihak kampus untuk melakukan penindakan hukum  terhadap pelaku penyerangan, dan minta Rektor UIM tidak melindungi mahasiswa yang menyerang dan merusak GPK-NU," ujar pengurus Lakpesdam NU Sulsel, Haries Rhandie, Rabu, 12 Oktober.
Sejauh ini, polisi masih melakukan penjagaan di kampus UIM Makassar akibat peristiwa penyerangan terhadap GPK-NU, yang memang berada di dalam kawasan kampus UIM. 
Haries menegaskan bahwa penyerangan yang diduga dilakukan mahasiswa Fakultas Teknik UIM, itu berakibat pada rusaknya bangunan, sehingga aksi tersebut menurutnya sebagai bentuk tindakan kriminal dan pelakunya harus diadili berdasar hukum yang berlaku. Apalagi gedung yang dirusak mahasiswa tersebut merupakan salah satu simbol kehormatan NU.
Meski pihak Yayasan dan Rektorat UIM sudah berjanji akan memperbaiki kerusakan yang timbul akibat ulah mahasiswa, namun pengurus Lakpesdam NU Sulsel tetap meminta agar mahasiswa tersebut diproses secara hukum. "Mahasiswa itu harus diberi sanksi tegas,  bukan sebaliknya memanjakan pelaku dengan hanya mengganti kerusakan bangunan yang rusak," kata Haries.
Pada Senin lalu, sejumlah mahasiswa UIM dengan menggunakan penutup wajah dan bersenjata tajam melakukan penyerangan dan merusak gedung. Akibat ulah mahasiswa itu sendiri, pihak kampus telah mengambil sikap dengan meliburkan mahasiswanya untuk sementara waktu. (hamsah umar)