Powered By Blogger

Rabu, 07 Desember 2011

Polisi Tahan Penyedia Judi Online


MAKASSAR, FAJAR--Pemilik warnet 999 di kompleks Bulusaraung Square Blok B4 Makassar, Joni dan dua karyawannya, Agung dan Aries Kristanto ditahan penyidik Polrestabes Makassar setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus judi online. 
Dalam kasus judi ini, polisi sebenarnya menetapkan lima orang tersangka. Dua orang lainnya adalah pemain judi online bernama Ariansi T dan Ahmad Johari. Hanya saja, kedua pemain judi ini sekadar wajib lapor. Kelima penyedia jasa judi online dan pemain judi ini ditangkap polisi Minggu lalu. 
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha membenarkan penangkapan kasus judi online tersebut. Mereka ditangkap saat polisi melakukan operasi dan penggerebekan terhadap warnet yang diketahui menyediakan jasa judi online ini.
Modus operandi warnet yang menyediakan judi online kepada pelanggannya itu, berupa permainan sky menggunakan sebuah kartu. Setiap pemain membeli kartu sebesar Rp50 ribu dengan nilai Rp5.000. 
"Kartu inilah yang digunakan pemain untuk menebak gambar yang ada dalam komputer yang tersambung internet. Sistemnya, kalau tebakan salah maka poin bisa hilang seluruhnya. Sebaliknya kalau menang bisa mendapat voucher ratusan ribu hingga jutaan," kata Himawan.
Dalam kasus ini, Himawan menegaskan bahwa kelima tersangka dijerat dengan Pasal 303 KUHP tentang Perjudian dengan ancaman hukuman di atas lima tahun bagi penyedia jasa judi, sementara pemain judi diancam penjara maksimal 4 tahun. (hamsah umar)  

Senin, 05 Desember 2011

Ke Filipina tak Perlu Paspor, Cukup Surat Jalan


*Catatan dari di Perbatasan Indonesia-Filipina (1)

PERBATASAN sebuah negara memiliki ciri khas dan cerita tersendiri, baik  menyangkut ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga hubungan antarnegara.

HAMSAH MIANGAS-MARORE
WILAYAH Sulawesi utamanya Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) merupakan salah satu provinsi, yang memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan Filipina, khususnya Filipina bagian selatan. 
Bicara soal wilayah perbatasan, tentu banyak menyita bahkan menarik perhatian masyarakat sekalipun sekadar mengetahui kondisi masyarakat atau keamanan di wilayah perbatasan ini. Sadar atau tidak, kondisi kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan selalu mengundang keprihatian bahkan perdebatan.
Apalagi, kalau wilayah perbatasan ini menjadi wilayah yang kurang diperhatikan pemerintah. Dan itulah salah satu fakta ril yang terjadi di wilayah perbatasan. Sebut saja misalnya perbatasan Indonesia-Filipina.
Di wilayah perbatasan Indonesia-Filipina, dimana letak geografis Indonesia masuk wilayah Sulawesi Utara terdapat banyak pulau yang berbatasan dengan Filipina. Boleh jadi, tidak banyak yang tahu kalau wilayah  perbatasan Indonesia-Filipina ini terdiri dari tiga kabupaten yakni Kabupaten Sangihe, Talaud, dan Sitaro. 
Kabupaten terluar di Sulut ini masih terdiri dari sejumlah pulau kecil yang yang berpenghuni maupun tanpa penghuni. Namun dari tiga kabupaten kepulauan terluar ini, hanya wilayah Talaud dan Sangihe yang memiliki pulau berdekatan dengan Filipina Selatan seperti Tibanbang-Davao dan Batu Gandeng-Mindanao.
Dua wilayah ini berbatasan dengan Miangas-Talaud dan Marore-Sangihe. Daerah terdekat dengan  Filipina adalah Marore. Dari kepulauan ini, warga cukup menghabiskan waktu sekitar dua jam menggunakan kapal long pamboat menurut nelayan perbatasan, atau kapal jenis Pusu (istilah nelayan Filipina). Kalau di Makassar, kapal jenis ini setara dengan kapal Katinting yang berkapasitas penumpang hingga 15 orang. 
Sementara dari Miangas ke Filipina dibutuhkan waktu sekitar tujuh jam. Namun dibanding dari Pelabuhan Bitung, jarak tempuh tersebut jauh berbeda, karena membutuhkan waktu dua sampai tiga hari. Bahkan kalau menggunakan kapal perintias, harus menempuh perjalanan empat hari apalagi kapal singgah disetiap pulau.    
Dari Marore dan Miangas, Filipina bagian selatan ini memang sudah terlihat jelas. Bahkan pada malam hari, di wilayah kekuasaan Moro ini, lampu penerangan terlihat jelas. 
Di wilayah perbatasan ini, setidaknya ada enam pulau yang menjadi wilayah pengawasan Kodam VII/Wirabuana yakni Marore, Kawaluso, Matutuang, Tinakareng, Miangas, dan Marampit. Di pulau ini, sedikitnya 103 tiga prajurit TNI ditugaskan melakukan pengamanan perbatasan.
Hubungan kekeluargaan masyarakat pulau terluar utamanya Marore dan Miangas dengan warga Fhilipina ini terbilang dekat. Ada beberapa warga Indonesia yang memiliki  saudara di Filipina. Baik bekerja sebagai nelayan, pekerja swasta, hingga aparat pemerintahan. 
Bagi masyarakat Indonesia atau sebaliknya yang ingin ke Filipina, begitu juga warga Filipina yang ingin ke Indonesia di pulau perbatasan ini, warga tidak perlu mengurus paspor, cukup minta surat jalan di kantor Imigrasi kemudian melapor ke kantor perwakilan Border Crossing Agreement (BCA) Filipina. 
"Biaya pengurusan surat jalan hanya Rp10 ribu per orang dan Rp15 ribu untuk keluarga. Untuk tukar menukar uang Rupiah dengan Peso bisa di kantor BCA," kata Kepala Pos Imigrasi Miangas, Kenangan Lupa.
Pabandy Renops Kodam VII/Wirabuana, Letkol Vipy menjelaskan bahwa keberadaan BCA sebagai perwakilan Filipina di Indonesia (Marore-Miangas), dimaksudkan untuk mengakomodir warga Indonesia yang memiliki hubungan keluarga di Filipina. "Warga Indonesia di Filipina bagian selatan banyak baik nelayan, petani, dan lainnya. Makanya ada kerja sama ini," kata Vipy.
Di Filipina, Indonesia juga memiliki perwakilan BCA. Warga Filipina yang akan melakukan visit family di Indonesia juga harus melapor di kantor BCA perwakilan Indonesia. "BCA ini dalam setahun melakukan rapat tiga  kali. Dimulai sidang  steering committee, sidang wakil ketua, dan sidang ketua. Di Indonesia, ketua BCA adalah Pangdam sendiri," kata Vipy. 
Petugas BCA Filipina, Master Sarjen Bolasoc yang ditemui di Marore mengaku sudah dua tahun terakhir melayani warga Indonesia yang hendak ke Filipina. Dia mengaku cukup senang dengan kerja sama yang terjaling baik dengan warga Indonesia selama ini. "Masyarakat di sini cukup baik kerja samanya. Saya sudah dua tahun di sini (Marore)," kata Bolasoc.   (**)        

Tewas Saat Menanti Kelahiran Anak


PETAKA ambruknya tembok pembatas perumahan elit The Mutiara menyisakan duka dalam bagi keluarga korban. Selain kehilangan rumah, sebagian anggota keluarga mereka juga meninggal mengenaskan.
Cerita duka yang dialami para korban ini diwarnai banyak cerita. Salah satunya adalah Hadiah (29). Warga Sukadamai yang merantau dari kampung halamannya, Pattalassang-Takalar ini juga meninggalkan cerita duka tersendiri. Maklum, korban yang turut tewas ini sedang menanti kelahiran anak pertamanya.
Hadiah memang diketahui sedang hamil besar. Usia kandungannya sudah memasuki bulan ke tujuh. Bahkan untuk kondisi darurat, bayi yang turut meninggal itu bisa saja diselamatkan kalau ada tindakan cepat atau tindakan lain yang ditempuh petugas medis. 
Menurut cerita tetangga dan keluarga dekat Hadiah, korban yang meninggal ditempat karena tertimpa tembok ini sempat dilarikan ke RS Faisal. Setelah dipastikan meninggal, korban dibawa pulang ke rumah keluarganya di Jalan Sukaria 11 Makassar.
Saat itu, janin berusia 7 bulan milik korban ini masih sempat bergoyang di dalam perut ibu malang ini. Keluarga sempat memanggil bidang untuk menyelamatkan bayi itu, namun upaya tersebut sia-sia. Bayi tersebut sudah tidak bereaksi lagi dengan kondisi perut Hadiah sudah mengeras.
Hadiah adalah putri tunggal pasangan Daeng Sadong dan Daeng Asi. Selama ini, dia menjadi tenaga sukarela di SMP/SMA Saribuana sebagai staf perpustakaan. Makanya, sebelum mayatnya dikebumikan di Takalar, banyak anak sekolah yang melayat ke rumah keluarganya.
Saat terjadi bencana, Hadiah bersama kedua orang tuanya, Sadong dan Asi. Namun kedua orang tuanya ini selamat karena saat tembok ambruk, keduanya ada di luar rumah memungut sampah. "Saat saat itu ada diluar," kata Sadong.
Dia menceritakan saat kejadian berlangsung, dirinya tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan nyawa anaknya. Apalagi reruntuhan tembok sangat besar. Ambruknya tembok ini  mengakibatkan kaki dan paha Hadiah patah. "Namun bukan itu yang mengakibatkan dia meninggal. Sebuah balok menindis lehernya ditambah lagi tembok. Bahkan balok itu bengkok," kata Sadong.
Menurut keterangan sejumlah keluarganya, Hadiah baru saja ditinggal suaminya usai lebaran Iduladha lalu. Suami tercintanya itu merantau ke Malaysia setelah kondisi ekonomi keluarganya tidak menentu. Dengan harapan hidup lebih baik, dia memilih merantau ke Malaysia. Rupanya perpisahan pasangan suami istri ini beberapa waktu lalu adalah untuk selama-lamanya.
Sebelum dimakamkan di Pattalassang-Takalar, Ketua Demokrat Makassar, Adi Rasyid Ali menyempatkan diri melayak keluarga korban, termasuk beberapa korban lainnya. Kepada keluarga korban, Adi menyalurkan bantuan tunai kepada keluarga korban.
"Untuk kebutuhan sembako sejak kemarin kita sudah salurkan kepada korban. Makanya, hari ini saya menyalurkan bantuan dalam bentuk uang tunai," kata Adi. (hamsah umar)            

Polisi Duga Faktor Kelalaian


*Manajer Proyek Diinterogasi

MAKASSAR, FAJAR--Tim khusus Satreskrim Polrestabes Makassar dan Polsekta Panakkukang bergerak cepat melakukan penyelidikan, atas ambruknya tembok The Mutiara yang mengakibatkan delapan warga tewas. Dugaan sementara menyebutkan adanya faktor kelalaian dalam peristiwa ini.
Pagi kemarin, polisi melakukan olah TKP di lokasi ambruknya tembok setinggi 7 meter ini. Hasil pengukuran diperoleh kalau panjang tembok yang runtuh ini mencapai 59 meter. 
Selain olah TKP, penyidik Polsekta Panakkukang juga melakukan interogasi sejumlah saksi utamanya dari pihak PT Sari Prima Cemerlang, selaku perusahaan yang membangun tembok di perumahan elit ini. Setidaknya ada empat saksi yang diperiksa penyidik dari pihak perusahaan.
Kapolsekta Panakkukang, Kompol Muh Nur Akbar menyebutkan, saksi yang diperiksa itu yakni Manajer Proyek, Arif, pengawas bangunan, Heri, serta mandor dan operator alat berat. Selain dari pihak perusahaan, polisi juga telah memintai keterangan sejumlah saksi utamanya keluarga korban dalam kecelakaan ini.
"Masing-masing pihak sudah memberikan keterangan dan data, termasuk  dari pihak perusahaan yang sudah memberikan data kepada kita. Data-data ini yang akan kita analisa nantinya," kata Akbar.
Soal dugaan adanya kelalaian, Akbar menegaskan pihaknya masih mendalami lebih jauh pemeriksaan saksi-saksi. "Dugaan kelalaian ini masih kita dalami, karena kami masih mengumpulkan data dan keterangan saksi," jelas Akbar.   
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha menambahkan, dalam menyelidiki ambruknya tembok perumahan hingga mengakibatkan warga tewas dan luka-luka ini, Polrestabes Makassar telah membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. "Tim sudah bekerja untuk mencari kasus ini," kata Himawan.
Untuk memastikan tingkat kelayakan tembok yang cukup tinggi itu, polisi kata dia akan melibatkan saksi ahli yang memiliki kompetensi dalam menentukan kualitas struktur bangunan, baik dari Dinas Prasarana Wilayah, maupun tim ahli bangunan dari Universitas Hasanuddin Makassar.
Makanya, dalam penyelidikan ini polisi minta klarifikasi dan data teknis mengenai pengerjaan tembok yang telah menelan korban jiwa cukup banyak ini. "Data mengenai pekerjaan yang mereka lakukan ni akan kita analisa," jelas Himawan.
Untuk memastikan tingkat kelayakan tembok utamanya dalam menahan beban timbunan, penyidik Polrestabes Makassar bahkan memastikan akan melibatkan tim ahli Unhas. Penelitian ahli mengenai tingkat kelayakan struktur bangunan ini diperlukan penyidik, untuk memastikan ada tidaknya unsur kelalaian dalam pelaksaan proyek ini sehingga menjadi petaka bagi warga yang tinggal di sekitarnya.
Polisi sendiri telah meminta pelaksana proyek untuk menghentikan kegiatan di sekitar lokasi kejadian. Bahkan, beberapa meter tembok yang masih berdiri kokoh direncanakan dirubuhkan guna menghindari adanya korban susulan.
Delapan korban tewas tersebut telah dimakamkan oleh pihak keluarga di lokasi berbeda. Tiga orang yang merupakan ayah dan anak dimakamkan di Sudiang, sementara korban lainnya di makamkan di kampung halaman di Jeneponto dan Takalar. Sementara korban luka yang dilaporkan masih menjalani perawatan di rumah sakit yakni Wati, Sabaria, Fasya, Salma, dan Naha.
Dari sejumlah warga yang rumahnya ditimpa tembok ini, belasan orang ditampung di posko bencana yakni di kantor Lurah Sinrijala. Di kantor lurah ini, tim Disaster Victim Identification (DVI) Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Sulsel juga masih terlihat berposko di lokasi bencana. Tim ini masih memantau kondisi kesehatan korban luka termasuk kesehatan keluarga korban yang ditampung di kantor lurah.
Selain posko dari pemerintah dan kepolisian, Badan Sar Nasional juga melakukan hal yang sama. Di posko bencana, warga juga berinisiatif mengumpulkan sumbangan dari warga di sekitar lokasi kejadian termasuk dari warga yang ingin  melihat langsung lokasi kejadian. Di posko bantuan ini, setidaknya ada ratusan ribu hingga jutaan dana yang terkumpul dari warga.
Sejumlah warga yang rumahnya menempel di tembok rumah elit tersebut semuanya telah mengunsi ke rumah keluarga terdekatnya. Sisanya sekitar 23 orang bertahan di kantor lurah. (hamsah umar)

Polisi Terkendala Saksi


MAKASSAR, FAJAR--Upaya penyidik Polrestabes Makassar mengungkap misteri kematian mantan Kacab Merpati Makassar, Imam Bagus Nugroho masih menuai kendala. Pemeriksaan sanksi utamanya istri korban, Andi Indriah Syafitri.
Pasalnya, sejauh ini istri korban tersebut dikabarkan masih berada di Bogor. Padahal, polisi membutuhkan banyak informasi dan keterangan dari istri korban tersebut terkait kematian korban. Informasi yang diperoleh, istri korban ini bakal tinggal di Bogor hingga tujuh hari setelah korban dikebumikan.
"Kita berharap istrinya tidak sampai harus menunggu tujuh harinya. Harapan kita dia bisa kembali dulu untuk memberikan keterangan kepada penyidik. Karena banyak yang ingin kita korek dari istri korban ini," kata Wakasatreskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar.
Sejauh ini, polisi memang sudah memeriksa sejumlah saksi. Seperti petugas keamanan kompleks, tukang ojek, hingga tukang becak yang sering  lalu lalang di kompleks perumahan tempat korban ditemukan tewas. Kendari begitu, sejauh ini keterangan saksi belum ada yang bisa mengarah pada pengungkapan kematian korban tersebut.
Sementara itu, hasil autopsi terhadap mayat korban hingga saat ini masih ditunggu polisi dari dokter forensik Unhas yang melakukan autopsi. Yang pasti, polisi akan segera membeberkan hasil autopsi tersebut jika sudah ada hasil resmi dari kepolisian. "Autopsinya kita masih tunggu dari dokter forensik," kata Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha.
Kendati sejauh ini belum ada hasil autopsi dari dokter forensik, namun bocoran yang diperoleh menyebutkan bahwa dugaan korban tewas karena bunuh diri lemah. Sejauh ini, memang berkembang isu bahwa korban tewas bukan  karena bunuh diri melaikan akibat dibunuh pihak tidak bertanggung jawab. Kecurigaan ini juga sempat disampaikan oleh keluarga korban.   
Selain hasil autopsi, polisi juga masih menunggu hasil rumus sidik jari yang ditemukan polisi saat melakukan olah TKP. Menurutnya, ada beberapa sidik jari yang diperoleh polisi dan saat ini masih dalam penelitian untuk menentukan rumus sidik jarinya seperti apa.
"Ada beberapa sidik jari yang kita peroleh. Namun bukan berarti sidik jari ini adalah pelaku yang melakukan pembunuhan. Makanya, kami masih menunggu hasilnya," tambah Himawan.
Dia menyebutkan bahwa sejauh ini polisi telah memeriksa lima orang saksi dalam kasus tersebut. Namun polisi belum mau menyimpulkan hasil pemeriksaan kelima saksi ini. (hamsah umar)