MAKASSAR, FAJAR--Dukungan publik Sulsel terhadap Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) tidak sebatas dukungan politik, juga dalam hal materi berupa fundraising berupa sumbangan dana kampanye.
Community Ilham-Aziz (CIA) salah satunya yang melakukan Gerakan Rp5.000. Gerakan ini bentuk dukungan dan penggalangan partisipasi publik terhadap IA. Jadi, tidak hanya berjuang memenangkan, tetapi juga memberikan sumbangan dana meski nilainya kecil.
"Pendukung IA itu banyak dari rakyat kecil dan tetap mau berkontribusi, mau berpartisipasi untuk membantu kandidatnya," ujar Amal Bakti, penggagas fundraising Rakyat untuk IA, Selasa, 4 September.
Fundraising akan digelar di setiap kabupaten dan rumah rakyat termasuk di Jakarta. "Di Jakarta juga banyak pendukung IA yang mau berpartisipasi. Acara ini akan memfasilitasi mereka," tambah mahasiswa asal Sulsel yang tengah menimba ilmu di Jakarta ini.
Gerakan ini merupakan bagian dari pembelajaran politik dalam rangka mendorong partisipasi rakyat dalam pilgub. Selain itu, juga untuk membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat kecil untuk berpartisipasi khususnya pendukung IA. "Kami tidak melihat dari sisi jumlah, tetapi orang kecil pun yang ingin berpartisipasi kita beri ruang," tambahnya.
Ketua CIA, Sukmono Kumba menambahkan, idealnya politik itu bottom up, dari bawah. Karena itu, idealnya adalah mendorong partisipasi publik terhadap kandidatnya. Bukan hanya dukungan suara, tetapi juga dukungan yang lain karena sudah terbangun kesadaran akan hadirnya pemimpin yang berkualitas.
CIA ingin politik yang partisipatif, bukan politik yang transaksional, dimana kandidat terpilih hanya karena membeli suara rakyat.
Mantan Ketua PB HMI ini berharap gerakan ini bisa dibantu dan diikuti masyarakat Sulsel lainnya. Karena dengan membantu berarti membantu perjuangan untuk kesejahteraan masyarakat. "Kandidat itu punya kewajiban untuk membina rakyat secara politik dengan proses-proses yang baik dan benar dan itu dibangun dari bawah. Bukan dengan cara-cara intimidatif dan destruktif karena itu merupakan cara-cara orde baru," imbuhnya.
Pilgub kali ini, kata Sukmono, sudah yang kedua kalinya digelar secara langsung oleh rakyat, karenanya harus lebih baik dari yang sebelumnya. Hal itu penting agar proses demokrasi ada kemajuan. Jadi ada proses pembelajaran dari setiap ajang pemilihan.
"Jika pola-polanya tetap sama dengan pilgub sebelumnya, berarti tidak ada kemajuan. Demokrasi kita berarti tidak maju. Dan itu berarti kegagalan parpol dan kegagalan gubernur sebagai pembina politik," tegasnya. (hamsah umar)