Powered By Blogger

Senin, 29 Oktober 2012

BSN: Elektabilitas Sayang Rawan


MAKASSAR, FAJAR--Posisi pasangan cagub petahana, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) di pilgub Sulsel, 22 Januari 2013 semakin terancam.
Power dua penantangnya, Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) dan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinring (Garuda-Na), untuk meraih simpati masyarakat semakin menggeser elektabilitas Sayang pada posisi titik rawan.  
Kalau mengacu hasil survei yang dilakukan Biro Survei Nusantara (BSN) awal Oktober lalu, elektabilitas Sayang turun drastis. BSN menyebut elektabilitas Sayang saat ini tinggal diangka 44 persen lebih. Angka ini tentu saja turun drastis jika mengacu hasil survei terakhir Sayang yang pernah dilansir beberapa bulan lalu diangka 51 persen.
Sementara, elektabilitas rival terberat Sayang IA tetap meningkat kendati tidak besar. Saat ini, elektabilitas IA berada pada angka 33 persen dari sebelumnya hanya 32 persen.
Adapun pasangan Garuda-Na, hasil survei BSN menyimpulkan calon yang satu ini memiliki elektabilitas yang cukup menanjak. Direktur BSN, Haris Baginda menyebutkan, elektabilitas cagub yang banyak diragukan bisa bertarung di Sulsel ini sudah menembus angka 22 persen. Haris menyebut, survei ini melibatkan 333 responden dengan menggunakan metode survei random multistage sampling, dengan margin error 4 persen.
Lebih jauh, Haris menyebut elektabilitas cagub petahana ada kecenderungan terus menurun. Salah satu alasannya, karena masyarakat Sulsel saat ini ada kecenderungan mau mencoba pemimpin baru dan lebih menjanjikan, tapi tidak sekadar banyak janji. (hamsah umar)                        

Minggu, 28 Oktober 2012

AM Fatwa: IA Terbaik Saat Ini


MAKASSAR, FAJAR--Siapa sosok pemimpin terbaik di pilgub Sulsel bagi mata tokoh nasional DPP PAN, jawabannya tertuju pada pasangan Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA).
Salah satu deklarator partai berlambang matahari terbit, AM Fatwa memberikan penilaian khusus pada pasangan semangat baru sebagai sosok pemimpin terbaik Sulsel saat ini. Penilaian ini disampaikan AM Fatwa usai melaksanakan salat Jumat berjamaan di masjid terapung Amirul Mukminin, kemarin.
"Saya bersama Amin Rais hanya percaya Ilham-Aziz pemimpin terbaik saat ini. Olehnya itu mari kita semua masyarakat Sulsel memilih pemimpin baru dengan semangat baru", ucap Fatwa kepada jemaah di masjid ini.
Senator RI ini bahkan menyerukan kepada masyarakat Sulsel untuk memilih pasangan  Ilham-Aziz pada 22 Januari mendatang.  Meski PAN Sulsel telanjur memberikan dukungannya terhadap Syahrul-Agus, Fatwa justru mengingkan massa PAN merapat ke IA karena menurutnya, Pilgub mendatang adalah memilih figur pemimpin bukan partainya.
"Saya yakin dengan kreativitas, kapabilitas, dan kompetensi serta bukti-bukti keberhasilan yang telah diperlihatkan Ilham-Aziz mampu membawa Sulsel kepada kehidupan yang jauh lebih baik dari saat ini," katanya.
Usai melaksanakan shalat Jumat, Fatwa tak henti-hentinya mengagumi kreatifitas Ilham dengan pembangunan mesjid terapung, Pantai Losari, dan penataan lapangan Karebosi.  Menurutnya, hal ini merupakan sesuatu yang fenomenal karena merupakan hal pertama di Indonesia.
Bahkan, kreatifitas Ilham selaku wali kota Makassar menjadi salah satu inspirasi yang dijadikannya bahan khutbah Iduladha 1433, yang kebetulan berlangsung di lapangan Karebosi. (hamsah umar)

Mantan Pejuang Aziz Pimpin Perdana


MAKASSAR, FAJAR--Dukungan terhadap cagub Sulsel, Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) terus mengalir. Mantan pejuang Aziz Qahhar Mudzakkar-Mubyl Handaling pada pilgub 2007 juga bergabung di barisan pendukung Garuda-Na.
Mantan pejuang Aziz di pilgub 2007 yang bergabung ke Garuda-Na seperti Haris Baginda dan Radjulansani, serta beberapa mantan tim pejuang Aziz-Mubyl lainnya. Tim Pejuang Garuda-Na (Perdana) ini sudah resmi dikukuhkan sebagai salah satu tim keluarga dan kerabat Garuda-Na. Pengukuhan tim Perdana ini dilakukan disekretariat Tim Keluarga dan Kerabat Garuda-Na, Jalan Pengayoman Makassar.
Pengukuhan Tim Perdana ini dilakukan langsung oleh Koordinator Tim Keluarga dan Kerabatan Garuda-Na, Rahman Halid disaksikan tim lain seperti Muhammad Ali, Asrullah Awing, Amrullah Pase dan puluhan tim lainnya.
Tim Perdana yang diawaki 13 orang tingkat provinsi ini akan melebarkan sayap di kabupaten/kota, kecamatan, desa, hingga TPS. "Kita akan rangkul pejuang Aziz. Mereka yang sampai saat ini belum masuk dalam tim pejuang akan kita ajak bergabung di tim Perdana. Hasil komunikasi saya dengan beberapa mantan pejuang Aziz, kebanyakan mengaku belum terlibat dalam tim calon tertentu," kata Haris Baginda.
Haris menilai, pasangan Garuda-Na adalah sosok pemimpin yang memiliki kemampuan yang baik, apalagi program yang ditawarkan pasangan ini juga cukup menjanjikan. "Sulsel saya kira memang butuh haluan baru, gerakan baru, dan gerakan perbaikan. Karena yang dibutuhkan ini bukan sekadar hal baru, tapi pemimpin yang mau melakukan perbaikan, karena nanti ada perubahan kalau ada perbaikan," lanjut Haris.
Koordinator Tim Keluarga dan Kerabat Garuda-Na, Rahman Halid menyatakan bergabungnya Tim Perdana ini semakin menguatkan pasangan Garuda-Na di pilgub. "Apa yang diharapkan masyarakat Sulsel saat ini sama dengan harapan Garuda-Na," kata Rahman.
Mantan politisi Hanura Sulsel ini mengaku sudah banyak tim lain yang sudah lebih dulu bergabung di Garuda-Na, seperti Gardu Prabowo, Genira, Gerakan Masyarakat Perubahan Takalar, dan tim lainnya. "Tim sudah sampai di tingkat kabupaten dan sementara dibentuk untuk tingkat kecamatan, desa, hingga TPS," lanjut Rahman. (hamsah umar)    

Jumat, 26 Oktober 2012

Sayang Dipojokkan, PDK Tidak Nyaman


MAKASSAR, FAJAR--Isu negatif yang memojokkan pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) di pilgub Sulsel, membuat kader PDK Sulsel tidak nyaman.
PDK diketahui sebagai salah satu partai pengusung cagub petahana Sulsel ini, sehingga wajar ketika pasangan ini dipojokkan dengan berbagai isu negatif, kader PDK merasa tidak nyaman. "Terus terang kader PDK Sulsel tidak nyaman tentang isu yang memojokkan Sayang. Seperti misalnya dianggap berjanji kosong, melakukan pembodohan pendidikan dan kesehatan gratis," kata Wakil Ketua Bappilu DPP PDK Sulsel, Emil Surya, Rabu, 24 Oktober.
Terhadap program pendidikan dan kesehatan gratis di Sulsel, Emil menyatakan realitas di lapangan kedua program ini dinikmati masyarakat Sulsel. "Sekali pun ada yang lebih awal mencetuskan itu, tapi gaungnya tidak seperti ketika ini diprogramkan Sayang," lanjut Emil.
Emil berharap, isu-isu negatif yang dihembuskan lawan politik Sayang baiknya dihentikan, karena hal tersebut bukan menjadi contoh berdemokrasi yang baik. Dia menjamin, di pilgub Sulsel ini PDK sebagai pengusung Sayang tidak akan memojokkan kandidat lain.
Terpisah jubir Sayang, Alamsyah Demma juga menanggapi asumsi lawan politik Sayang yang menyebut program pendidikan dan kesehatan gratis yang dicanangkan Sayang merupakan program nasional. Penilaian itu menurutnya sangat keliru.
"Karena program pendidikan dan kesehatan gratis di Sulsel ini lebih dulu diterapkan. Inilah yang kemudian ditarik ke pusat sehingga lahir pendidikan wajib sembilan tahun," kata Alamsyah.
Mengenai banyaknya selebaran yang terus beredar dan memojokkan Sayang, Alamsyah menyebutkan bahwa tim dan relawan Sayang saat ini akan melawan dengan meningkatkan posko utamanya di malam hari. Relawan Sayang ini berharap pengedar selebaran yang sering memojokkan Sayang ini bisa tertangkap tangan dan diserahkan kepada pihak berwajib.
"Kami melakukan posko untuk mengungkap penyebar isu negatif itu karena kami tidak memiliki tipe seperti itu. Kalau itu kami mau lakukan, saya kira banyak orang yang mau memberikan data kepada kita, tapi kami katakan tidak perlu," lanjutnya. (hamsah umar)
 

Pengamat Bela Panwaslu Sulsel


*Hasrulah: Jangan Bodohi Rakyat

MAKASSAR, FAJAR--Elit atau tokoh Sulsel harus berpikir logis menyikapi setiap perkembangan pilgub Sulsel. Rasionalitas dalam mengungkapkan pendapat harus dikedepankan, agar tidak terjadi pembodohan di masyarakat.
Kritikan terhadap langkah yang telah dilakukan panwaslu Sulsel dalam menindaki pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak netral, adalah salah satu cermin pandangan yang tidak logis. Langkah yang telah dilakukan panwaslu selama ini sudah sangat tepat, untuk mencegah PNS Sulsel makin banyak yang tidak netral.
"Kita harus berpikir logis. Jelas sekali tiga kandidat sejak awal sudah katakan maju di pilgub dan jelas-jelas pasangan baliho. Mana ada orang pasang beliho tapi tidak mau maju, Tidak mungkin itu. Etika publik mari kita junjung tinggi," kata pengamat politik Unhas, Dr Hasrullah.
Hasrullah menyebut, keterlibatan PNS dalam berbagai kegiatan cagub baik sebelum ditetapkan oleh KPU sudah sangat jelas tidak netral, apalagi saat pendaftaran di KPU. "Jadi jangan juga kita dan rakyat dibodoh-bodohi. Harus kita rasional melihat itu. Apa yang dilakukan KPU sudah tepat sebagai upaya prefentif. Jangan nanti semua PNS di Sulsel terlibat politik baru kita katakan itu tidak netral. Justru karena ada satu dua orang yang diproses, sehingga dikatakan sebagai upaya preventif," kata Hasrullah.
Sebagaimana dilansir sebelumnya, dua pakar hukum Unhas, Dr Aminuddin Ilmar dan Dr Anwar Borahima mengkritik panwaslu Sulsel bahkan menyebut lembaga pengawas ini kebablasan, karena memproses PNS yang dianggap tidak netral.
Hasrullah menyebut, PNS di Sulsel sudah kebal kalau sekadar diberi imbauan, bahkan terkesan tidak peduli dengan ancaman sanksi enam bulan penjara jika tidak netral. Sehingga kalau sekadar retorika yang diandalkan untuk mencegah PNS berpolitik akan sangat mustahil.       Pengamat politik UIN Makassar, Dr Firdaus Muhammad menyatakan tidak perlu terlalu kaku melihat langkah panwaslu karena itu menjadi aspek kebutuhan. "Masyarakat menuntut kinerja panwaslu lebih proaktif untuk menjaga kualitas pilgub," kata Firdaus.
Namun, Firdaus melihat kritikan Aminuddin Ilmar dan Anwar Borahima itu sekadar perbedaan penafsiran. Sehingga tidak ada salahnya kritikan tersebut juga jadi perhatian sekaligus harus ada penguatan argumentasi sebagai dasar panwaslu dalam menjalankan tugasnya.
Apa yang telah dilakukan panwaslu selama ini tidak ada yang salah, agar PNS di Sulsel tidak terkotak-kotak karena mendukung kandidat tertentu. Pengamat juga berharap, tiga kandidat yang akan bertarung sedapat mungkin menempatkan PNS di posisi netral.   (hamsah umar)