MAKASSAR, FAJAR--Program pembangunan yang dicetus wali kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin mendapat pengakuan wali kota ternama dunia utamanya di Asia.
Itu terlihat dari antusiasme wali kota di luar Indonesia yang ingin menjadikan Makassar sebagai tujuan studi banding, soal pembangunan berbasis lingkungan dan perubahan iklim. Dalam meeting hari kedua bertajuk Climate Change and Pro Urban Governance Capacity Development Workshop: Promotion Sustainable Human Development in Asian Cities, yang dihelat di Hotel InterContinental, Bangkok, 937 Ploenchit Road, Bangkok, Thailand, 29-31 Oktober, wali kota yang terlibat dalam pertemuan ini mengusul Makassar tempat studi banding.
"Pertemuan wali kota dunia di Bangkok, bukan saja menambah pengalaman bagi kami namun suatu kesyukuran yang mendalam karena Makassar diusulkan menjadi lokasi studi banding para wali kota dunia yang menjadi peserta meeting," kata Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin.
Cagub Sulsel ini menyebut, salah satu alasan wali kota dari luar negeri ini ingin menjadikan Makassar tujuan studi banding, karena mereka ingin mengetahui konsep revitalisasi lapangan Karebosi. Dari pemaparan yang dilakukan, wali kota dunia ini menilai proses pembangunan dengan konsep kemitraan dengan pihak swasta berbasis lingkungan dan perubahan iklim adalah sebuah inovasi terbaik dan terobosan baru.
Kemitraan pemerintah dan swasta menyangkut perubahan iklim dan pemanasan global yang berpihak ke masyarakat cukup sulit terwujud karena karena dinilai proyek rugi. Namun di Makassar bisa terwujud. "Sehingga itulah yang membuat mereka penasaran dengan revitalisasi Karebosi," lanjut Ilham.
Wali kota ini tidak menyanga Pemkot Makassar mampu meyakinkan investor Karebsosi, bahwa kemitraan ini bisa saling menguntungkan. Ilham adalah satu dari sepuluh Kota di dunia yang mendapatkan undangan united nation development programe (UNDP), sebuah lembaga di bawah naungan PBB karena dianggap paling inovatif dalam pembangunan kota yang mempertimbangkan perubahan iklim, dan keberpihakan terhadap masyarakat miskin.
Mereka yang diundang yakni Wali Kota Dhaka dan Chittagong dari negara Bangladesh, Sihanoukville dari Kamboja, Makassar mewakili Indonesia,Kathmandu dan Kota Biratnagar dari Nepal, Sorsogon wakil dari Philipina, Kota Negombo dan Balangoda dari Srilangka, serta Bangkok Thailand.
Pada sesi Implications of local governance and decentralisation for thee efective delivery of finance for climate change at the local level, atau implikasi sistem pemerintahan derah dan desentralisasi dalam pendanaan untuk mengantispasi dampak perubahan iklim, peserta makin antusias karena sudah membahas masalah pendanaan.
Selain revitalisasi, wali kota itu juga salut dengan konsep Makassar yang mengelola sampah dengan meminimalisir pencemaran, dengan membakar metan sehingga dinilai konsen dengan program perubahan iklim. (hamsah umar)