MAKASSAR, FAJAR--Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bertauk penilaian opinion leader tentang tokoh yang layak jadi capres, memang mengagetkan elit parpol utamanya yang selama ini memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi sebagai calon presiden.
Namun, survei ini tidak memberi pengaruh terhadap kader partai di daerah ini seperti DPD PDIP Sulsel yang masih menjagokan Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri dan DPD Gerindra Sulsel yang mencalonkan Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam survei LSI, Megawati dan Prabowo tidak masuk lima besar. Mega berada di urut 7 sementara Prabowo urut 16.
"Survei itu kan memilih responden dari kalangan tertentu (tokoh), bukan dari seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Sehingga sangat wajar kalau hasilnya seperti itu," kata Sekretaris DPD PDIP Sulsel, Rudy Pieter Goni (RPG), Kamis, 29 November.
PDIP menilai wajar ketika hasil survei LSI yang dilansir itu kontras dengan opini masyarakat Indonesia yang berkembang selama ini, apalagi dalam demokrasi masyarakatlah yang akan menentukan siapa pemimpinnya. "Kita hargai hasilnya dan memahaminya. Tapi itu bukan sebuah persoalan bagi PDIP," lanjut RPG.
Survei LSI yang menempatkan Mega di posisi 7 tokoh yang dianggap layak jadi capres, tidak bisa dijadikan alat ukur apalagi menjadikan survei tersebut sebagai gambaran secara keseluruhan tentang pilihan masyarakat Indonesia.
PDIP Sulsel tetap optimis tokoh yang akan digadang PDIP jadi capres 2014 mendatang akan mendapat penerimaan luas masyarakat, karena popularitas dan elektabilitas Mega di beberapa survei memang cukup tinggi. Belum lagi, konsolidasi organisasi/struktural partai utamanya di Sulsel sudah tuntas.
Masyarakat Sulsel kata dia, sudah dapat melihat sendiri, mencermati dan merasakan kepemimpinan Mega selama ini dengan tokoh yang lain. Ibu ada di hati rakyat. "Karena tertawa dan menangis senantiasa bersama rakyat. Ibu Mega bebas KKN," papar RPG.
Wakil Ketua DPD Gerindra Sulsel, Yarifai Mappeaty bahkan menilai survei LSI ini by order tokoh tertentu. Survei ini juga menurutnya bukan menjadi refresentasi keinginan rakyat Indonesia secara keseluruhan. "Itu tidak bisa jadi refresentasi opini publik karena respondennya adalah tokoh tertentu," kata Yarifai.
Bahkan, Gerindra Sulsel melihat tokoh yang disurvei LSI ini memiliki kepentingan terhadap tokoh yang ditempatkan pada posisi paling layak menjadi capres. "Atau bisa jadi mereka yang memang tidak suka dengan Prabowo," ucapnya.
Mestinya, kalau ingin melihat seperti apa opini publik tentang capres yang diinginkan 2014 mendatang, lembaga survei menjadikan elemen masyarakat sebagai responden bukan elemen masyarakat tertentu semata. "Tokoh itu tidak merefresentasikan masyarakat Indonesia sehingga survei ini kami anggap tidak ada nilainya," tandas Yarifai.
Sekalipun yang jadi responden adalah tokoh, Gerindra memastikan orang yang disurvei tersebut adalah tokoh yang sama sekali tidak dekat dengan masyarakat Indonesia, sehingga yang lebih banyak kesan dari survei itu adalah gambaran yang bersifat subjektif. "Prabowo masih di atas, masa elit sendiri yang tentukan siapa yang pantas," urainya. (hamsah umar)