MAKASSAR, FAJAR--Duet Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) di pilgub Sulsel, menyiapkan cara sendiri mengatasi kendala pemasaran yang dihadapi petani dan nelayan dalam memasarkan produksinya.
Pasangan urut 3 ini berjanji akan memperluas jaringan pasar ketika diberi kepercayaan memimpin Sulsel, sehingga kendala pemasaran yang sering dialami petani dalam memasarkan produksinya bisa teratasi. Ini juga sejalan dengan program menciptakan 1.000 pengusaha muda di Sulsel.
Janji Garuda-Na membuka jaringan pasar dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat ini disampaikan saat silaturahmi dengan ratusan masyarakat di Ma'rang, Pangkep, Jumat, 7 Desember.
Silaturahmi ini digelar di rumah salah satu tim kerabat Garuda-Na, Olleng. Di tempat ini, Rudi mengungkap program prioritas adalah melakukan perubahan kehidupan masyarakat petani dan nelayan, dengan peningkatan produktivitas petanian maupun perikanan tambak, kemudahan mendapatkan bibit pertanian ataupun perikanan, yang dibarengi kemudahan mendapatkan pupuk, serta perluasan jaringan pemasaran.
Tuhid salah seorang masyarakat menyampaikan bahwa salah satu kendala yang dihadapi masyarakat dalam memasarkan produksinya adalah kendala pemasaran seperti jeruk Bali. Garuda-Na melihat produk perkebunan ini juga bisa dikemas.
Juru bicara dan protocol Garuda- Na, Nasrullah Mustamin mengatakan program pengembangan pertanian dan industri perikanan, harus diiringi dengan penciptaan interpreneur baru. “Kami menciptakan agroindustri dan juga agrobisnis yang didukung jaringan pasar dan pengolahan. Secara tidak langsung, hal itu akan menciptakan lapangan kerja,” jelas Nasrullah.
Strateginya, dengan menyiapkan modal kerja khususnya sarjana muda sehingga mereka menciptakan industri. "Termasuk membuka jaringan dengan perbankan dengan bunga rendah atau tanpa bunga dimana personal garansinya adalah pemerintah provinsi," sebut Nasrullah.
Sementara, jubir Garuda-Na, Marwan Hussein menyebut pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) terlambat melibatkan orang-orang hebat di Sulsel dalam merumuskan program pembangunan di Sulsel. "Tapi melibatkan 70 profesor tentu itu kami anggap sebagai kabar baik. Cuma kami pertanyakan kenapa bukan dari lima tahun lalu, atau saat periode pertamanya profesor ini dilibatkan," kata Marwan.
Akibatnya, pelibatan puluhan profesor ini semakin memperkuat bahwa ada ketertinggalan program Sayang di periode sekarang ini. "Melibatkan banyak profesor dalam merumuskan program bukan hal mudah, karena menyatukan pendapat satu profesor itu susah. Jadi kalau baru sekarang dirumuskan sangat terlambat," kata Marwan. (hamsah umar)