Powered By Blogger

Senin, 14 Januari 2013

IA Optimis 70 Persen di Bosowa


MAKASSAR, FAJAR--Penatan petahana Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) cukup optimis bisa menang di Bone, Soppeng, Wajo (Bosowa) hinggga 70 persen.
Optimisme pasangan ini setelah melihat penerimaan masyarakat di tiga kabupaten ini saat pasangan ini menggelar kampanye. Fungsionaris DPP Demokrat, Jafar Hafsah menyebut kemenangan IA di Bosowa hingga 70 persen bukan hal mustahil apalagi Bone merupakan salah satu basis pasangan ini.
"Jika dilihat tingkat penerimaan masyarakat Bone, Soppeng, dan Wajo terhadap pasangan IA, kami optimis meraih suara minimal 70 persen," kata legislator senayan asal Soppeng ini, Minggu, 13 Januari.
Optimismenya dilatari karena kedua figur, baik Ilham dan Aziz cukup menjual. Keduanya memiliki segmen pemilih berbeda, ditambah basis dan kantong suara partai pengusung.
"Selaku anggota DPR RI, semua relawan dan konstituen dari dapil saya akan memberikan sumbangsih suara. Hubungan saya dengan konstituen di 9 kabupaten/kota cukup baik dan semua bekerja untuk IA," imbuhnya.
Saat kampanye di Soppeng, IA menyempatkan sarapan pagi bersama wakil bupati Soppeng, Aries Muhammadiyah.
Sementara, Menteri Hukum dan HAM, Amir Syamsuddin menegaskan Sulsel ke depan harus lebih baik dan lebih bersih dari predikat negatif. Harapan ini disampaikan saat kampanye di stadion Lapatau Bone.
Predikat negatif dimaksud seperti wilayah subur peredaran narkoba, terkorup di Sulawesi. Kampanye pasangan ini dihibur grup band D Masiv dan band lokal Art2 Tonic turut menghibur. Kampanye juga dihadiri Sekjen DPP PKS Anis Matta, politisi Hanura Akbar Faisal. Dalam orasinya, Anis Matta meminta warga Bone memilih pemimpin yang murah senyum dan manis senyumnya. Itu penting karena senyum melambangkan pemimpin yang ramah, teduh, dan damai.
Sedang Jafar Hafsah menilai duet IA adalah sosok calon pemimpin Sulsel yang kompak dan saling melengkapi. Figurnya sehat, muda, dan energik. "Gubernur itu harus menjadi pelayan masyarakat dan  menjadi pengayom. Bukan komandan yang memerintah dan rakyat harus hormat," kata politisi yang dikenal vokal ini. (hamsah umar)


Prabowo Serukan Perubahan di Sulsel


MAKASSAR, FAJAR--Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra, Prabowo Subianto mengajak masyarakat Sulsel untuk melakukan perubahan, dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.
Dia pun mengajak masyarakat Sulsel untuk sama-sama mendukung pasangan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) pada pilgub Sulsel, Selasa, 22 Januari mendatang. Kemenangan pasangan ini di Sulsel akan menjadi momen penting bagi gerakan perubahan, tidak hanya di Sulsel tapi juga di Indonesia secara keseluruhan.
Potensi kekayaan alam yang banyak dikorupsi menjadi salah satu alasan perlunya gerakan perubahan oleh masyarakat Sulsel. "Rakyat saat ini hendaki pemerintah yang bersih, di hati saudara pasti inginkan pemerintah yang tidak korupsi. Kita sudah capek dengan perilaku korupsi karena telah merampas hak-hak rakyat. Untuk itu, kita butuh pemimpin yang baik dan saya yakin Garuda-Na memiliki jiwa seperti itu," kata Prabowo.
Karena alasan itu pula dia all out mengampanyekan pasangan ini hingga enam kabupaten/kota di Sulsel. "Kalau menang saya hadir di pelantikannyua, memang saya butuh kemenangannya agar tambah kuat. Saya harap kerja keras saudara untuk Garuda-Na untuk memimpin perubahan, karena kita memang butuh perubahan di Sulsel," kata Prabowo.
Prabowo memuji kesadaran politik warga Sulsel utamanya pendukung Garuda-Na, karena kesadaran politik inilah yang penting dimiliki untuk menentukan pemimpin terbaik untuk Sulsel ke depan. Hasrat dan keinginan perbaiki kehidupan rakyat harus menjadi perjuangan semua pihak agar ada kesamaan gerak untuk berbuat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. "Kalau salah coblos, bukan saudara yang terpengaruh tapi anak cucuk saudara ke depan. Karena itu, kalau ada calon beri uang, ambil saja uangnya tapi tetap pilih nomor 3," imbuh Prabowo.
Ketua DPP Gerindra, Suhardi menegaskan bahwa pasangan urut 3 ini sangat tepat memimpin Sulsel ke depan. Alasannya, satu-satunya bupati yang juara dalam membangun desa adalah Rudiyanto. "Maju tidaknya sebuah daerah sangat ditentukan kalau kita perhatikan pembangunan desa, dan yang ahli adalah Rudiyanto. Sedang untuk pertanian, juga ada Pak Nawir juga juga ahli sehingga pasangan ini sangat tepat bagi masyarakat Sulsel," kata Suhardi.
Dalam orasi politiknya, cagub Rudiyanto menegaskan bahwa program yang ditawarkan untuk masyarakat Sulsel bukan janji semata. "Pembangunan pedesaan, kecamatan, perkotaan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi cita-cita kami," tandas Rudi.
Dia bahkan bertekad pada 2015 mendatang, Sulsel akan menjadi 3 besar nasional sebagai provinsi terbaik di Indonesia, dalam hal pencapaian pelayanan hak dasar masyarakat, kemandirian pangan serta kemapanan ekonomi.
Adapun pasangannya, Nawir menegaskan masyarakat yang pintar mimilih di Sulsel mendatang akan menjatuhkan pilihannya pada pasangan ini. "Perubahan hanya bisa terjadi kalau ada dorongan dari masyarakat untuk mengubah dirinya, orang lain. Dan yang ada di benak masyarakat Sulsel adalah perubahan gubernur yang lebih baik," kata Nawir. (hamsah umar)

Debat Batal, Publik Sulsel Dirugikan


MAKASSAR, FAJAR--Harapan publik Sulsel menyaksikan debat terbuka cagub Sulsel yang berkualitas sirna. Alasan kondisi keamanan tidak kondusif, KPU memutuskan membatalkan debat yang sedianya digelar, Jumat, 18 Januari mendatang.
Keputusan mendadak KPU ini diambil dalam rapat KPU Sulsel yang melibatkan Polda Sulsel serta tiga pasangan cagub, Minggu, 13 Januari. Potensi bentrok yang lebih besar antara massa pendukung cagub yang rawan, menjadi alasan utama debat ini dibatalkan.
Pembatalan debat ini secara tidak langsung merugikan masyarakat Sulsel. Betapa tidak, mereka masih merindukan debat terbuka tiga pasangan terbaik Sulsel ini, setelah pada debat sebelumnya mereka tidak puas dengan debat yang dianggap tidak berkualitas bahkan identik dengan cerdas cermat. Publik Sulsel sebenarnya merindukan debat yang diagendakan 18 Januari itu, ada perubahan dibanding debat sebelumnya dalam artian ada sesi untuk menilai program calon lain.
Rapat pembatalan debat ini dihadiri dari tim Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA), Pahir Halim, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), diwakili Alamsyah Demma, dan pasangan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na), Arman. Rapat juga memutuskan pada 18 Januari itu, masing-masing calon dipersilahkan memanfaatkan hari terakhir masa kampanye ini untuk menggelar kampanye di zona terakhir masing-masing. Dalam hal ini IA di Zona I, Sayang Zona II, dan Garuda-Na, Zona III.
Humas KPU Sulsel, Asrar Marlang menyatakan, keputusan pembatalan debat ini setelah ada rekomendasi dari pihak kepolisian bahwa potensi konflik besar ketika debat digelar di Makassar. Makanya, pihak Polda Sulsel sempat menyarankan sekiranya debat ini harus dilaksanakan, sebaiknya digelar di luar Sulsel.
"Tapi komisioner sepakat bahwa kalau debat ini harus digelar diluar, ada baiknya dibatalkan saja sehingga keputusannya ditiadakan. Pembatalan ini disetujui oleh semua perwakilan tim yang diutus ketiga pasangan calon ini, termasuk keputusan soal masa kampanye 18 Januari itu," kata Asrar.
Sebelumnya, Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas menegaskan tidak akan membawa debat cagub Sulsel ini digelar diluar Sulsel, atau lebih baik ditiadakan. Asrar menyebut, berdasar laporan intelijen kepolisian, ada kondisi yang bisa berakibat fatal ketika debat ini tetap dilakukan.
Ketua Devisi Teknis Pemilu KPU Sulsel, Ziaur Rahman Mustari menyatakan dengan pembatalan debat sesi kedua itu, masa kampanye terbuka ketiga pasangan calon tersebut ditambat satu hari. "Dalam artian, tanggal 18 itu digunakan untuk kampanye terbuka di masing-masing zona terakhir calon," kata Ziaur Rahman.  
Jubir Ilham-Aziz, Selle KS Dalle menyatakan pembatalan debat ini pada prinsipnya merugikan masyarakat karena mereka kehilangan kesempatan untuk menilai program calon atau menilai kemampuan calon dari proses debat itu. "Kesempatan untuk menilai calon ini juga adalah hak dari calon pemilih," kata Selle.
Kendati, Apa yang telah diputuskan KPU tersebut tidak ingin diganggu gugat IA karena kebijakan itu merupakan domain KPU Sulsel. "Kita serahkan sepenuhnya persoalan itu ke KPU, tapi kami juga pada dasarnya siap mengikuti debat," tambah Selle.
Jubir Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinring (Garuda-Na), Nasrullah Mustamin sedikit menyesalkan pembatalan debat terbuka cagub ini. Pasalnya, masa kampanye termasuk debat ini sudah melalui proses panjang. "Mestinya, kalau di Makassar ini ada laporan kondisi keamanan tidak memungkinkan, kenapa tidak diusul digelar di kabupaten/kota. Misalnya di Selayar, Tana Toraja atau daerah yang dianggap keamanannya terjamin," kata Nasrullah.
KPU juga kata Nasrullah mestinya terlebih dahulu meminta komitmen dua cagub yang selama ini mengerahkan massa (IA-Sayang), apakah sanggup mengendalikan massa mereka atau bagaimana. Dia masih yakin kedua kompetitornya ini mampu mengendalikan massa mereka kalau itu ada niat baik.
"Malah jadi pertanyaan menurut kami kalau ada kandidat yang tidak mampu mengendalikan massanya. Tidak mungkin seorang calon pemimpin tidak mampu mengendalikan pergerakan massa," kata Nasrullah. (hamsah umar)

Minggu, 13 Januari 2013

IA-Garuda-NA Dukung Surat Suara Dibuka


MAKASSAR, FAJAR--Usul Panwaslu Sulsel agar petugas KPPS pilgub Sulsel membuka surat suara sebelum diberikan kepada pemilih di TPS, didukung calon gubernur yang bertarung di pilgub Sulsel, Selasa, 22 Januari.
Juru Bicara Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA), Selle KS Dalle mengatakan keinginan panwaslu tersebut tepat dalam rangka mencegah potensi kecurangan, utamanya menghindari surat suara sudah tercoblos atau cacat.
"Itu saya kira sangat bagus dan penting dilakukan untuk memastikan surat suara yang diberikan ke pemilih tidak cacat. Saya kira itu adalah langkah untuk mewujudkan pemilikada bersih di pilgub Sulsel," kata Selle KS Dalle, Jumat, 11 Januari.
Jubir IA lainnya, Syamsu Rizal menyebut usul ini harus didukung untuk menciptakan pilgub Sulsel yang elegan. "Kalau ada yang mau menciptakan pilgub yang elegan, saya kira IA selalu sepakat dan mendukungnya," kata Rizal.
Adapun jubir Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na), Marwan R Hussein menegaskan bahwa ketua KPPS bersama anggota memang berkewajiban membuka surat suara di TPS sebelum diberikan kepada pemilih. Dia menyebut, Keputusan KPU Sulsel No.10/Pilgub/Kpts/KPU-Prov-05/2012, tentang tata cara pelaksanaan pemungutan suara pasal 27 ayat (1) poin a dan e, mewajibkan Ketua KPPS menandatangani dan memberikan surat suara kepada pemilih dalam keadaan terbuka. Sehingga bukan hanya dalam keadaan terbuka, tapi harus ditandatangani di depan pemilih.
"Praktek yang sering terjadi, surat suara ditandatangani borongan atau saat dikeluarkan dari kotak suara langsung ditandatangani semuanya. Garuda-Na mau surat suara ditandatangani saat pemilih menukarkan undangannya dengan surat suara," kata Marwan.
Marwan menyebut, kalau surat suara ditandatangani KPPS secara borongan termasuk cadangannya, maka potensi surat suara itu dimanfaatkan pihak tertentu untuk kepentingan penggelembungan suara sangat besar.
"Sehingga hanya suara suara yang terpakai yang ditandatangani oleh KPPS, ini juga untuk menghindari kecurangan terjadi di tingkat TPS. Saya juga imbau masyarakat Sulsel agar hal ini diperhatikan," kata Marwan.
Jubir Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), Maqbul Halim mengatakan protap pemilihan di TPS diserahkan kepada penyelenggara. "Panwaslu itu tidak tahu cara-cara memilih di TPS," kata Maqbul.
Maqbul menjelaskan, protap pemilihan di TPS diawali dengan membuka surat suara kemudian ditandatangani Ketua KPPS. Setelah itu dilipat kembali lalu diserahkan kepada pemilih. "Apa juga kewenangan panwaslu mengubah juknis tatacara memilih di TPS," kata Maqbul. (hamsah umar)

Komitmen Cagub Dinilai Lemah


MAKASSAR, FAJAR--Asumsi bahkan ikrar pilgub damai cagub Sulsel hanya sandiwara politik sepertinya ada benarnya. Pengamat di Sulsel menilai komitmen cagub sangat lemah dan tidak disiplin.
Penilaian ini disampaikan pengamat politik UIN Makassar, Dr Firdaus Muhammad. Dia menilai, deklarasi pilgub damai yang disepakat di kantor KPU Sulsel beberapa waktu lalu tidak mampu direalisasikan. "Ini menunjukkan bahwa komitmen calon lemah atau mereka tidak disiplin. Sehingga sangat wajar kalau masyarakat Sulsel mempertanyakan komitmen mereka," kata Firdaus, Jumat, 11 Januari.
Penilaian ini terkait bentrok pendukung Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) dan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) usai debat terbuka Kamis lalu. Kedua calon ini dianggap tidak mampu mengendalikan massa pendukungnya sehingga bentrok tidak terhindarkan.
Meski banyak aspek yang menyebabkan kejadian itu, Firdaus tetap melihat bahwa lemahnya komitmen kedua cagub ini menjadi penyebab utama kekisruhan itu. Mestinya, pendukung tersebut juga diberi bekal untuk menjaga komitmen damai.
Firdaus melihat, apa yang dimainkan kedua cagub ini justru akan menguntungkan pasangan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na) di pilgub Sulsel, 22 Januari. "Kalau dulu saya katakan majunya Garuda-Na di pilgub Sulsel menguntungkan petahana, maka saat ini saya ingin katakan bahwa peran yang dimainkan dua calon ini (IA-Sayang) justru untungkan Garuda-NA," kata Firdaus.
Kelemahannya kata dia, tim Garuda-Na tim mampu memainkan momen tersebut untuk melakukan pencitraan di masyarakat. Idealnya kata dia, tim Garuda-Na lebih kreatif memainkan pencitraan disaat kedua calon ini memainkan cara lain. "Misalnya Garuda-Na kelihatannya tidak pernah beriklan baik di media cetak dan media elektronik. Padahal iklan itu sangat mempengaruhi masyarakat," kata Firdaus.
Pengamat politik Unhas, Dr Hasrullah terpisah menyatakan keinginan cagub Sulsel menjadikan Sulsel sama dengan pilgub DKI sebatas wacana. Belum apa-apa kata dia, yang ditonjolkan adalah massa yang anarkis, bukan kekuatan program dan figur.
"Bagaimana rakyat percayai kalau tidak konsisten dengan komitmen yang dibangun. Bagaimana mau memimpin masyarakat Sulsel pendukungnya saja tidak bisa dikendalikan. Mestinya, saling rangkul di debat kandidat turun ke pendukung, bukan mereka berangkulan pendukungnya adu fisik. Ini yang membuat kita malu di Sulsel," kata Hasrullah.
Dia pun meminta kandidat tidak perlu meneriakkan pilgub damai kalau implementasi di lapangan tidak ada sama sekali. Bahkan bernada keras, Hasrullah menegaskan calon pemimpin yang tidak mampu mengendalikan massanya tidak pantas dan tidak perlu dipilih olah rakyat Sulsel.
"Saya malah melihat ada skenario akan buat caos ketika mereka kalah. Kita lihat misalnya iklan yang dimuat di media tidak mendidik bahkan bisa melahirkan antipati. Saya kira ini berbahaya kalau budaya seperti ini dimainkan," tandas Hasrullah. (hamsah umar)