Powered By Blogger

Rabu, 10 Agustus 2011

Sirkuit Trans Studio Kembali Dibuka


MAKASSAR--Setelah memilih menutup untuk melakukan perbaikan arena sirkuit, pengelola Trans Studio serta pihak Satlantas Polrestabes Makassar kembali membuka Sirkuit Trans Studio untuk masyarakat umum mulai Kamis, 11 Agustus. 
Kasat Lantas Polrestabes Makassar, AKBP Muh Hidayat mengajak kembali masyarakat Makassar utamanya generasi muda yang selama ini sering melakukan balapan liar di sejumlah titik jalan di Makassar, untuk memanfaatkan Sirkuit Trans Studio untuk menyalurkan hobi balapan mereka. Pihak Trans Studio dan Satlantas Polrestabes membuka sirkuit untuk balapan masyarakat umum ini mulai pukul 15.00.
Untuk agenda balapan di Sirkuit Trans Studio ini, pihaknya mengubah jadwal balapan. Kalau tadinya jadwal balapan dilakukan tiga kali sepekan, saat ini tinggal dua kali dalam sepekan yakni Selasa dan Kamis. Sebelumnya jadwal balapan mulai Kamis, Sabtu, dan Minggu.
Kepada warga yang ingin menguji kemampuan balapnya di Sirkuit Trans Studio, Hidayat mempersilahkan dengan catatan tetap membawa perlengkapan untuk keamanan pembalap seperti jaket balap,  celana panjang, helm, sepatu yang menutupi mata kaki. "Peserta kami larang terlibat perkelahian, judi, dan pengaruh minuman keras," tambah Hidayat. (hamsah umar)          

Selasa, 09 Agustus 2011

Warga Toddopuli II Digerebek Berzina


MAKASSAR--Salah seorang ibu rumah tangga yang sudah beranak empat orang, Ira, warga Jalan Toddopuli II, Kecamatan Panakkukang digerebek oleh  polisi bersama warga di rumahnya, Senin, 8 Agustus sekira pukul 23.00. Wanita yang sedang ditinggal kerja suaminya ini ditemukan berbuat zina bersama pasangan selingkuhnya,  Husain.
Aksi Ira dan Husain ini dilakukan saat suami pelaku, Hamid keluar untuk mencari nafkah. Kebetulan, saat itu suami pelaku sedang piket malam di tempat kerjanya sehingga pelaku memanggil pasangan selingkuhnya ke rumahnya. Ulah mereka ini bahkan sudah lama dicurigai warga setempat, karena setiap suami pelaku  keluar malam, perempuan berusia 32 tahun ini selalu mendapat tamu laki-laki hingga larut malam.
Kekecewaan warga memuncak pada Senin malam. Saat melihat pasangan selingkuh Ira tersebut datang, warga yang sudah lama curiga dengan tingkah laku pelaku ini melapor ke Polsekta Panakkukang. Begitu melapor, sejumlah warga langsung berkumpul tidak jauh dari rumah pelaku.
Begitu polisi datang, puluhan warga yang ingin menggerebek pelaku ini bersama-sama polisi mendatangi pasangan zina ini. Hasilnya, kedua pelaku ditemukan dalam kamarnya dalam kondisi tanpa busana.
Penggerebekan itu sempat memicu kemarahan warga, apalagi mengetahui pasangan selingkuh tersebut ditemukan berdua dalam kamar bahkan dalam kondisi tanpa busana. Warga sempat bermaksud menghakimi pelaku, namun polisi cepat menyelamatkannya hingga tidak sampai dimassa oleh warga.
Suami pelaku, Hamid mengaku baru menyadari kalau istrinya selama ini menjaling cinta dengan laki-laki lain. Dia mengaku kecewa dengan sikap istrinya yang telah berbuat zina apalagi digerebek oleh tetangganya sendiri. 
Kasat Reskrim Polsekta Panakkukang, Iptu Dhimas Prasetyo membenarkan penggerebekan pasangan selingkuh yang dilakukan jajarannya bersama warga setempat. "Kita mendapat laporan dari warga yang curiga terjadi perselingkuhan, makanya kita melakukan penggerebekan. Di rumah itu, ternyata benar ditemukan berduaan dalam kamar," kata Dhimas. (hamsah umar)                   
     

Rumah Dosen 45 Dibobol Peluru


MAKASSAR--Rumah salah seorang dosen Universitas 45 Makassar, Almusawir di Jalan Andi Tadde I, Kecamatan Tallo Makassar menjadi sasaran peluru nyasar Selasa, 9 Agustus. Akibat peluru nyasar tersebut atap, plafon, dan televisi korban ditembus peluru sepanjang sekira 2 cm.
Tidak diketahui secara pasti penyebab rumah dosen tersebut menjadi sasaran peluru nyasar atau pelaku sengaja mengarahkan moncong senjata pelaku ke rumah tersebut. Di sekitar rumah korban, hanya ada beberapa rumah tinggi. Menurut Almusawir, peristiwa penembakan yang mengakibatkan rumahnya dibobol peluru itu diduga terjadi antara pukul 09.15 hingga 14.00.
Untungnya dalam peristiwa tersebut, rumah korban dalam kondisi kosong sehingga tidak ada penghuni yang terkena peluru. Menurut Almusawir, dia meninggalkan rumahnya pada pagi sekira pukul 09.00 dan baru kembali pada pukul 14.00. Makanya, dia mengaku tidak tahu  menahu bagaimana peluru tersebut bisa membobol rumahnya.
Saat mengenai televisi korban, peluru tersebut diduga terpental karena proyektil yang menembus atap dan plafon tersebut ditemukan di kursi di depan televisi. Televisi korban sendiri pecah pada bagian atasnya, termasuk menembus penutup televisi tersebut.
"Anak saya yang melihat pertama kali kalau televisi rusak (pecah). Setelah saya perhatikan dan  melihat ke atas plafon, ternyata ada lubang seperti bekas peluru. Setelah dicari, ternyata ada peluru ditemukan di kursi," kata Almusawir.
Setelah memastikan bahwa benda yang menembus rumahnya itu adalah peluru, pihaknya kemudian melaporkan peristiwa tersebut ke Polsekta Tallo. Berselang beberapa saat kemudian, sejumlah petugas Polsekta Tallo melakukan penyelidikan ke rumah korban. Peluru yang memiliki kemiripan dengan peluru yang sering dipakai kepolisian itu kemudian diamankan polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kapolsekta Tallo, Kompol Frans Tandean yang dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. Frans menegaskan bahwa kasus tersebut sementara dalam penyelidikan, termasuk menyelidiki jenis peluru yang digunakan pelaku tersebut. "Peluru belum kita ketahui pasti jenisnya, kita akan serahkan ke Labfor untuk diteliti," kata Frans.
Kendati dari segi warna ada kemiripan dengan jenis peluru yang biasa dipakai polisi, Frans menyebutkan bahwa peluru yang ditemukan di rumah korban tersebut sedikit lebih panjang dari peluru milik kepolisian. Makanya, dia belum bisa memastikan jenis peluru tersebut.  (hamsah umar)
               

Pengusaha Abaikan Instruksi Kapolda


MAKASSAR--Sejumlah pengusaha barang campuran di Makassar tampaknya tidak mempedulikan larangan pihak kepolisian, termasuk surat edaran Kapolda Sulsel, Irjen Pol Johny Wainal Usman yang melarang penjualan petasan atau mercon selama Ramadan. Buktinya, sejumlah pengusaha tetap menjual petasan dan mercon secara bebas.
Selasa, 9 Agustus kemarin, pihak kepolisian kembali menyita ratusan bahkan seribuan petasan berbagai ukuran dari salah satu toko di Jalan Landak, Toko Satu Sama. Dari toko ini, polisi bahkan menyita petasan ukuran besar dengan harga Rp110 ribu per unit. Ratusan petasan yang disita itu selanjutnya dibawa ke kantor polisi untuk diproses lebih lanjut.
Saat proses penyitaan berlangsung, puluhan warga yang bermaksud berbelanja di toko tersebut, tampak menyaksikan proses penyitaan petasan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Selain petasan, polisi juga mengaku menyita kembang api karena mainan tersebut dianggap tetap mengganggu kepentingan umum utamanya umat Islam yang sedang melakukan ibadah.
"Jumlah pastinya belum kita hitung, namun ada sedikitnya 26 jenis petasan dan kembang api yang  kita amankan. Barang ini tentu akan kita proses sesuai aturan yang ada, termasuk  memeriksa pemiliknya," kata Kapolsekta Mamajang, Kompol Darwis.
Selama ini, Darwis menyebutkan pihaknya sudah melakukan razia petasan di sejumlah tempat hingga tiga kali termasuk sebelum Ramadan. Namun razia yang dilakukan sebelumnya kata dia, hanya sekadar melakukan teguran kepada pengusaha yang ditemukan menjual petasan. "Kalau saat ini barangnya sudah kita amankan," kata Darwis.
Terkait barang sitaan tersebut, Darwis menegaskan bahwa pihaknya akan menyerahkan kepada pihak kejaksaan, kalau proses penylidikan kasus petasan ini dilakukan.
Yang pasti menurut Darwis, penjualan petasan di tengah masyarakat ini sudah sangat meresahkan masyarakat, karena mengganggu masyarakat  yang akan menjalankan ibadah, serta mengancam keselamatan orang lain. Bahkan, beberapa waktu lalu, salah seorang warga Tamalanrea terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena menjadi korban ledakan petasan. (hamsah umar)       
              

Minggu, 07 Agustus 2011

Gadis Palopo Dibius Lalu Dirampok


MAKASSAR--Aksi kejahatan di kota Makassar makin beragam. Salah seorang gadis asal Palopo, Evarianti (21) menjadi korban perampokan setelah terlebih dahulu dibius oleh pelaku. Peristiwa pembiusan yang dilanjutkan menguras barang berharga korban itu terjadi pada Sabtu, 6 Agustus sekira pukul 22.30.
Akibat ulah orang tidak bertanggung jawab itu, uang sebesar Rp400 ribu milik korban serta handphone Nokia berhasil dibawa kabur oleh dua orang pelaku tidak dikenal. Korban yang bermaksud mencari pekerjaan di Makassar ini di temukan setengah sadar oleh warga di Jalan Dirgantara, Kelurahan Karampuang, Panakkukang Makassar. 
Korban tersebut pertama kali ditemukan warga bernama Anto. Saat ditemukan, korban sedang duduk di pinggir jalan dalam kondisi oleng. Korban sempat dibawa ke rumahnya, namun karena khawatir terjadi sesuatu kepada korban, warga tersebut langsung melaporkan kepada pihak Polsekta Panakkukang. Selanjutnya, korban dibawa ke kantor polisi.
Di Polsekta Panakkukang, korban bercerita kalau kejadian yang dialaminya itu berawal saat korban yang baru saja tiba dari kampung halamannya itu, hendak ke rumah temannya, Ferlis di Kompleks Keuangan. Dalam perjalanan  menuju rumah temannya itu, korban bertemu dua pemuda menggunakan sepeda motor dan menawarkan jasa untuk mengantarnya ke tempat tujuan.
Korban awalnya percaya dengan niat baik pelaku tersebut,  hingga tidak menaruh curiga apapun. Tidak lama kemudian, pelaku menawarkan air kepada korban untuk diminum. Diduga, air tersebut telah dicampur obat bius, karena beberapa saat setelah korban meminumnya, dia merasa pusing dan sakit kepala hingga kehilangan kesadaran. Saat itu, pelaku menguras harta korban. "Saya cuma dikasi minum air, setelah itu pusing dan tidak sadar," kata Eva.
Menurut korban, uang sebesar Rp400 ribu yang diambil dua pelaku itu disiapkan untuk biaya hidup selama di Makassar sambil mencari kerja. Apalagi, temannya tersebut sudah mengaku siap untuk membantu mencarikan pekerjaan.
Setelah kondisi korban cukup membaik di kantor polisi, petugas SPK Polsekta Panakkukang kemudian mengantar korban pulang ke rumah yang dituju di Kompleks Keuangan. Namun dalam peristiwa itu, korban belum melapor resmi, apalagi kondisinya pada saat di kantor polisi masih kurang stabil. (hamsah umar)