Powered By Blogger

Kamis, 15 September 2011

Pengendara Tewas Menabrak Tiang Listrik


MAKASSAR, FAJAR--Kecelakaan lalu lintas kembali memakan korban jiwa. Kamis, 15 September dini hari, Seorang pengendara yang diketahui bernama Jufri Palewalumur (35), tewas di Jalan Abdullah dg Sirua setelah menabrak tiang listrik.
Saat kejadian berlangsung, korban berboncengan dengan Nawir, namun korban yang satu ini tidak sampai meninggal. Dia hanya mengalami luka cukup serius. Diduga karena korban mengendarai sepeda motor dalam kecepatan tinggi sehingga korban tidak bisa mengendalikan motornya di sebuah tikungan sekitar kantor PDAM.
Saat kehilangan keseimbangan itu korban langsung menabrak tiang listrik. Jufri langsung tewas ditempat dengan luka serius yang dialaminya.
Kasat Lantas Polrestabes Makassar, AKBP Muh Hidayat menyebutkan bahwa peristiwa kecelakaan terjadi akibat kehilangan keseimbangan korban. "Dalam kecepatan tinggi, motor tidak terkendali dan menabrak tiang listrik," kata Hidayat.            
Kecelakaan lalu lintas juga terjadi di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 9 Makassar. Kali ini korbannya diketahui bernama Ige Pepayung. Dia juga dilaporkan tewas di tempat setelah mengalami luka cukup parah. Karyawan swasta yang tingga di BTN Wesabbe ini saat kejadian dibonceng oleh temannya, Jestica.
Jestica yang tercatat sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Makassar ini, membonceng korban menggunakan sepeda motor dengan nomor polisi DD 4922 JK. Saat ini Jessica masih dirawat di rumah sakit. Kedua korban ini menjadi korban tabrak lari sebuah mobil Civiv dengan DD 51 V.
Pengendara sepeda motor yang menabrak korban tersebut langsung melarikan diri dengan menancap gas kendaraannya, begitu melihat kedua korban sudah tergeletak di jalan. "Pengemudi Honda Civic ini diduga tidak bisa menjaga jarak sehingga menabrak korban dari belakang," kata Kanit Laka Polrestabes Makassar, AKP Alimuddin.
Hasil penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian, mobil Honda Civic dengan DD 51 V  ini diketahui pemiliknya bernama Rahman. "Diduga pemiliknya bernama Rahman, karena setelah kita cek dengan nomor polisinya cocok," kata Alimuddin.
Alimuddin menjelaskan bahwa, saat korban tersebut ditabrak, bember depan mobil pelaku jatuh bersama pelat mobilnya. Barang bukti inilah yang dijadikan polisi untuk menelusuri pemilik kendaraan tersebut. Hanya saja, pemilik mobil tersebut sejauh ini belum menyerahkan diri. "Kita masih cari sesuai data kendaraan," kata Alimuddin. (hamsah umar)    

Dua Bocah dan Pensiunan Polisi Tewas Dibantai


MAKASSAR, FAJAR--Dua bocah dan seorang pensiunan polisi tewas dengan kondisi mengenaskan dengan cara ditikam, di depan Makassar Town Square (M'Tos) Jalan Perintis Kemerdekaan Km 7 Makassar, Rabu, 14 September sekira pukul 13.00. 
Bocah yang menjadi korban tewas tersebut diketahui bernama Edi (12) Warga BTN Hamzi Blok R dan Saldi (10) warga BTN Hamzi Blok E. Bocah yang tewas sehari-hari berprofesi sebagai Pak Ogah dengan membantu pengunjung M'Tos menyeberang atau mengangkat barang belanjaan pengunjung itu, tewas dengan luka tikaman di bagian dada. Korban dibantai tepat di sekitar bundaran bilboard BNI. 
Kondisi yang sama dialami pensiunan polisi yang saat ini bertugas sebagai tenaga pengamanan di Pabrik Gula Arasoe, Syamsu Alam (60). Korban juga tewas dengan luka tikaman pada bagian dada. Meski ketiga korban tewas hanya memiliki masing-masing luka, namun letak yang ditikam pelaku adalah bagian dada sehingga mengakibatkan korban tewas, apalagi banyak mengeluarkan darah.
Selain mengakibatkan dua bocah dan seorang pensiunan polisi, aksi pembantaian yang dilakukan Fransius Petrus alias Gulo (30) itu juga mengakibatkan tiga warga lainnya mengalami luka. Korban luka adalah Mutfaldi (11), Isa (30), dan Jaya (20). Satu bocah  yang luka itu juga merupakan rekan seprofesi korban yang tewas, sementara Isa adalah penjual di depan M'Tos. Ada pun Jaya berprofesi sebagai sopir pete-pete trayek BTP-Sentral.
Pelaku penikaman yang berprofesi sebagai sopir angkutan trayek Sentral-Daya ini, menikam keenam korbannya menggunakan sebilah pisau yang merip dengan sangkur. Belum diketahui secara resmi apa yang menjadi penyebab sehingga pelaku dengan beringas menyerang anak-anak yang tidak berdaya itu. Pihak kepolisian juga belum berani mengambil kesimpulan, apalagi sejauh ini pelaku yang berhasil ditangkap belum bisa dimintai keterangan karena juga mengalami luka serius akibat dimassa warga  yang kecewa.
Sebelum melakukan aksi pembantaian, informasi yang dihimpun FAJAR menyebutkan, korban terlihat membonceng salah seorang perempuan menggunakan sepeda motor Honda Revo DD 6141 FT dari arah Daya. Entah karena apa begitu sampai di depan M'Tos pelaku langsung menyerang anak-anak yang sehari-hari mencari nafkah dengan membantu pengunjung menyeberang atau mengangkat belanjaan mereka.
Kendati belum ada kepastian mengenai pemicu pelaku tega melakukan aksinya, namun infomasi yang berkembang pelaku diduga dalam kondisi mabuk. Pasalnya, di tempat pelaku sering kumpul bersama sesamanya asal Flores ditemukan sedikitnya delapan botol minuman keras jenis Topi Miring. Pelaku selama ini memang setiap hari kumpul di depan M'Tos tepatnya di samping warung Bambu Kuning.
Dugaan lain, pelaku tersinggung dengan korban. Diduga korban dan temannya mengejek korban atau perempuan yang dia bonceng sehingga memicu ketersinggungan pelaku. "Ada kemungkinan korban berbuat usil dengan perempuan yang dibonceng," ujar Kapolsekta Tamalanrea, Kompol Amiruddin.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Erwin Triwanto yang turun langsung melakukan peninjauan kepada korban di RS Wahidin dan rumah duka, juga mengungkapkan hal yang sama. Pelaku diduga meneriaki pelaku sehingga menyulut emosi tersangka. Empat orang ditikam pelaku di depan M'Tos, sementara dua korban ditikam di lampu merah depan PLTU Tello.
Sejumlah saksi yang ditemui termasuk rekan-rekan korban yang juga berprofesi sebagai Pak Ogah, menyebutkan bahwa pelaku pertama kali menikam Saldi. Tidak puas menikam bocah itu, dia kemudian menikam Edi dan seorang ibu yang berjualan di depan M'Tos, Isa serta Mutfaldi. Beberapa rekan korban sempat juga akan ditikam, namun cepat melarikan diri.     
Usai melakukan penikaman sejumlah warga itu, pelaku kemudian melarikan diri ke arah PLTU, sementara sejumlah warga melakukan pengejaran. Begitu melewati jembatan Tello, pelaku naik ke sebuah pete-pete trayek BTP-Sentral yang dikemudikan Jaya. Begitu tiba di lampu merah, korban yang satu ini menghentikan mobilnya karena pas lampu merah.
Pelaku saat itu terus mendesak korban untuk menjalankan mobilnya. Tapi karena menolak dengan alasan lampu merah, pelaku kemudian menikam korban dari belakang dan arah depan dan salah seorang  penumpangnya yang duduk di sampingnya. "Penumpang di samping saya ditikam di dadanya. Orang tua itu saya tidak tahu dimana sekarang," ujar Jaya.
Usai menikam Jaya dan penumpangnya itu, pelaku turun kemudian pindah ke sebuah mobil pick up. Di situlah pelaku dilempari batu oleh warga yang melihatnya. Pelaku akhirnya tidak  bisa berdaya setelah dikeroyok dan dilempari batu oleh warga.  
Namun penumpang dimaksud diduga adalah pensiunan polisi yang juga tewas dalam peristiwa ini yakni Syamsu Alam. Pasalnya menurut Jaya, korban tersebut naik di Blok H-G kompleks BTP. Namun lainnya menyebut, Syamsu menjadi korban karena berusaha menyelamatkan bocah yang dibantai pelaku di depan M'Tos.
Informasi lain menyebutkan, Syamsu Alam juga menjadi korban dalam peristiwa ini karena saat kejadian berlangsung, korban yang meninggalkan rumahnya untuk membeli obat itu, berusaha menyelamatkan bocah yang dibantai oleh pelaku. Saat itu, korban menumpang pete-pete dan turun begitu melihat ada bocah ditikam pelaku.
Pelaku sendiri berhasil ditangkap polisi dan warga di depan PLTU Tello. Bahkan sebelum diamankan polisi, pelaku sempat dimassa warga hingga mengakibatkan korban bersimbah darah bahkan dalam kondisi kritis karena kepalanya pecah. Pelaku saat ini diraway di RS Bhayangkara Makassar dalam penjagaan ketat aparat kepolisian. Pelaku sebenarnya sempat dilarikan ke RS Wahidin, namun dilarikan ke Bhayangkara karena dikhawatirkan menjadi sasaran amuk keluarga korban.   
Selain menangkap pelaku, warga juga menangkap seorang teman pelaku yang kerap terlihat di depan M'Tos bernama Stefanus. Warga yang satu ini sempat melarikan diri ke Sungai Tello, namun berhasil ditangkap warga. Untungnya, warga tidak sampai menganiaya teman pelaku ini kendati sempat menelanjanginya. Polisi langsung mengamankan rekan pelaku tersebut.     
Sekitar satu jam setelah peristiwa berlangsung, ratusan warga di Jalan Perintis Kemerdekaan tepatnya di depan BTN Hamzi melakukan razia terhadap warga tertentu yang diduga komplotan pelaku. Dalam razia itu, setidaknya ada dua mobil pete-pet dan satu mobil boks dirusak warga karena sopirnya diduga adalah komplotan pelaku.
Selain merusak mobil, salah seorang warga yang tidak tahu menahu persoalan itu menjadi korban. Dia menjadi sasaran amuk warga hanya karena memiliki ciri-ciri yang sama dengan pelaku. Korban tersebut diketahui bernama Yulius (20). Dia sempat dilarikan ke RS Wahidin untuk mendapatkan perawatan.  
Kapolsekta Tamalate menegaskan bahwa pihaknya saat ini masih melakukan penyelidikan atas peristiwa itu. Dia berharap, masyarakat tetap tenang dan mempercayakan sepenuhnya penyelidikan kasus ini kepada aparat kepolisian.
Akibat peristiwa pembunuhan ini, kemacetan lalu lintas terjadi sepanjang Jalan perintis Kemerdekaan mulai sekitar Kampus Unhas hingga PLTU Tello. Kemacetan semakin para begitu warga melakukan razia. 
Ketua Asosiasi Sopir Pete-pete, Subair yang dimintai keterangannya mengaku tidak terlalu mengenai pelaku. Kendati kata dia, dia mengatahui kalau pelaku dimaksud sering terlihat di depan M'Tos.  (hamsah umar)    

Berniat Lunasi Kredit Televisi


TANGIS histeris pecah di ruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) hingga kamar Jenazah RS Wahidin, sore kemarin. Di RS ini, ada dua bocah dan satu pensiunan terbujur kaku, sementara di ruang sebelahnya dua warga merintih kesakitan akibat luka yang diderita.
Keluarga utamanya orang tua dan istri korban yang meninggal tidak henti-hentinya histeris melihat tubuh anggota keluarganya sudah terbujur kaku. Mereka seakan tidak percaya, anggota keluarganya yang cukup ceria itu secara mendadak pergi untuk selama-lamanya.
Rabain, nenek salah seorang korban Saldi bahkan terus meraung sambil memeluk mayak cucunya yang selama ini menghidupu dirinya serta suaminya. Rasa sedih yang dalam itu cukup wajar, apalagi bocah yang duduk di kelas II SD Kantisang Makassar ini sudah dirawatnya sejak umur delapan bulan. Tidak heran, dia menganggap bocah tersebut sebagai anaknya sendiri.
Bocah yang satu ini memang ditinggal ibunya sejak umur delapan bulan karena meninggal dunia. Sementara ayahnya, Sampe memilih merantau ke Malaysia beberapa saat setelah istrinya meninggal. Di Blok E BTN Hamzi, bocah yang satu ini tinggal di sebuah bangunan setengah gubuk bersama neneknya. 
Sejak satu tahun terakhir, Saldi menjadi tulang punggung keluarga apalagi setelah kakeknya Rabanti sakit-sakitan. "Sudah satu tahun lebih saya berak-berak darah, jadi dia tulang punggung kami," kata Rabanti.
Cucu yang dianggapnya anak sendiri itu, pada pagi harinya mengurungkan niatnya ke sekolah dengan alasan tidak ada uang. Saat itu, Rabanti baru saja datang menangkap ikan dan bertemu di jalan. "Dia bilang bagaimana ini tidak ada uang. Sementara saya mau lunasi utang televisi," ujar Rabanti mengutip perkataan cucunya.
Sadar tidak bisa mencari uang, Rabanti pun menuruti keinginan cucunya tersebut untuk tidak sekolah saat itu. Dia membiarkannya mencari uang untuk melunasi kredit televisi yang harus dibayar Rp20 ribu sehari. "Dia memang yang selama ini cari uang untuk bayar uang televisi. Tinggal sepuluh hari sebenarnya sudah lunas," tambah Rabanti.
Sebelum berangkat mencari uang di depan M'Tos, bocah malang itu sempat diingatkan untuk makan terlebih dahulu. "Tapi dia bilang janganma makan Ma, karena pulangja jam 5," kata nenek Saldi, Rabain.
Kedua bocah yang tewas di tangan Fransius Petrus alis Gulo ini akan dimakamkan di kampung halaman orang tuanya. Edi akan dimakamkan di Jeneponto, sementar Saldi akan dimakamkan di Bantaeng. Orang tua Edi berencana langsung membawa anaknya malam ini ke Jeneponto, sementara keluarga Saldi baru akan memberangkatkan mayat cucunya ke Bantaeng pagi ini.   
Duka mendalam juga dirasakan orang tua Edi, Amir dan Nia. Di kamar mayat, kedua orang tua itu juga histeris. "Apa salahnya anakku kodong," kata Amir.
Hal sama dirasakan istri, Syamsu Alam, Nursia. Warga yang berdomisili di kompleks BTP ini seakan tidak percaya suaminya meninggal dalam kondisi mengenaskan. Bahkan, dia beberapa kali meminta dokter untuk memeriksanya kendati pihak dokter sudah menyakinkannya kalau korban tersebut sudah meninggal. "Belumpi mati dokter, dia masih panas. Bantuki kodong dokter periksa ki. Dia masih hidup," kata Nursia saat berada di IRD RS Wahidin.
Bahkan, saat suaminya yang saat ini bekerja sebagai petugas keamanan di Pabrik Gula Arasoe berada di kamar mayat, Nursia lagi-lagi merasa tidak percaya suaminya telah tiada. Dia bahkan sesekali membuka mata mayat suaminya kemudian  menggoyang-goyang kepala dan tangannya. "Bangun ki papi, bertahanki," katanya penuh duka. 
Menurut Nursia, suaminya yang harus berobat jalan tersebut bermaksud membeli obat, untuk mengobati penyakit yang dideritanya selama ini. Sayang, niat untuk sembuh dari penyakit itu berubah menjadi duka. (hamsah umar)       

Enam Penikmat Sabu-sabu Ditangkap


MAKASSAR, FAJAR--Unit Narkoba Polres Pelabuhan menangkap enam penikmat sabu-sabu di dua lokasi berbeda, Rabu, 14 September, sekira pukul 00.30. Mereka ditangkap di Hotel Samalona kamar 208 Jalan Samalona, serta di Jalan Gunung Batu Putih Makassar.
Empat tersangka ditangkap di hotel sedang melakukan pesta sabu-sabu masing-masing Wahyu (23), Maricce Tunisia (23), Hikmawati (28), dan Fauziah (20). Sementara dua warga yang ditangkap di Gung Batu Putih diketahui bernama Ismail (29) dan Kasmawati (35). Dari tangan keenam tersanga itu, polisi menemukan sedikitnya lima paket sabu-sabu milik tersangka.
Selain itu, polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa alat yang digunakan tersangka untuk melakukan pesta sabu-sabu. Keenam tersangka saat ini masih dimintai keterangan secara intensif dan ditahan di sel Polres Pelabuhan.
Kasat Narkoba Polres Pelabuhan, AKP Jufri Natsir yang dikonfirmasi menjelaskan bahwa penangkapan terhadap tersangka di hotel Samalona, dilakukan atas informasi dan kecurigaan warga mengenai keberadaan empat muda-mudi tersebut. Polisi kemudian melakukan penggerebekan dan menemukan keempat tersangka.
Salah seorang tersangka yang ditangkap di hotel ini yakni Wahyu diduga anak seorang anggota polisi. Pasalnya, alamat warga yang satu ini diketahui beralamat di kompleks Aspol SPN Batua. Sementara  tiga rekan lainnya beralamat di Kakatua, Maccini Sombala, dan Abdullah dg Sirua Makassar. Wanita yang menjadi teman Wahyu pesta sabu-sabu ini belakangan diketahui berprofesi sebagai karyawan salon.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap keempat warga ini menyebutkan kalau barang terlarang tersebut diperoleh dari seorang bernama Olan. Dia saat ini dalam pencarian pihak kepolisian.
Sementara terhadap Ismail dan Kasmawati, polisi terlebih dahulu melakukan pengintaian mulai dari rumahnya di Jalan Kerung-kerung Lr 74 E No.25 Makassar. Tersangka yang sejak awal dicurigai akan melakukan transaksi sabu-sabu ini, akhirnya dijegat polisi saat berada di Jalan Gunung Batu putih. Dari tangan dua tersangka ini, polisi menemukan tiga paket sabu-sabu.
"Tersangka kita buntuti saat keluar naik motor untuk melakukan transaksi. Tersangka mengaku memperoleh barang itu dari seorang bernama Nuraeni," kata Jufri. (hamsah umar)    
                   

Selasa, 13 September 2011

Remaja Pelanggar Lalu Lintas Terbanyak


Penggunaan kendaraan bermotor baik roda dua dan roda empat yang tidak sesuai dengan aturan lalu lintas, sepertinya masih fenomena tersendiri di kota Makassar. Kesadaran pengguna kendaraan untuk mematuhi aturan lalu lintas masih minim, sehingga pelanggaran lalu lintas masih sering dijumpai di tengah masyarakat.
Kendati pihak kepolisian sudah berusaha keras untuk mengantisipasi persoalan itu melalui berbagai langkah pencegahan hingga penindakan, namun kasus pelanggaran lalu lintas masih terbilang tinggi. Langkah tegas polisi melakukan penindakan seperti tilang dengan menyita surat kendaraan serta kendaraan itu sendiri, belum juga membuat sebagian masyarakat jera.
Selain pelanggaran dari segi administrasi, pelanggaran dalam bentuk tindakan seperti melanggar rambu-rambu lalu lintas juga masih kerap terjadi. Padahal, penggaran dalam bentuk tindakan ini bisa membahayakan pengguna kendaraan bermotor dan masyarakat pada umumnya.
Belum lagi, ketidakhati-hatian pengendara dalam mengendarai kendaraan bermotor juga bisa berujung pada pelanggaran lalu lintas, hingga membuat celaka. Ironisnya, para pelaku pelanggar lalu lintas baik ditinjau dari administrasi seperti kelengkapan surat kendaraan atau SIM, hingga dalam bentuk pelanggaran rambu lalu lintas didominasi kalangan remaja.
Tingginya angka pelanggaran lalu lintas ini bisa dilihat dari banyaknya pelanggaran yang terjadi. Bahkan,  dalam satu bulan pelanggaran lalu lintas bisa mencapai ribuan kasus. Contoh kecilnya selama Ramadan 2011, jumlah  pelanggaran yang tercatat di Satlantas Polrestabes Makassar mencapai 2.039 kasus pelanggaran.
Ditinjau dari segi kuantitas, jumlah tersebut cukup menggembirakan karena mengalami penurunan dibanding Ramadan 2010 yang mencapai 4.044 kasus pelanggaran, atau turun sekitar 49,57 persen. 
Adapun kasus laka lantas selama Ramadan 2011 tercatat 111 kasus atau meningkat sekitar 152,27 persen dari Ramadan 2010 yang hanya 44 laka lantas. "Jadi dari segi kuantitas meningkat, tapi dari segi kualitas menurun. Karena jumlah pengendara yang meninggal pada Ramadan 2011 hanya 12 orang, sementara pada Ramadan 2010 mencapai 23 orang," ujar Kasat Lantas Polrestabes Makassar, AKBP Muh Hidayat.
Namun yang mengalami luka berat dan ringan mengalami peningkatan pada Ramadan 2011, dimana ada 45 orang mengalami luka berat pada Ramadan 2011 sedang Ramadan 2010 hanya 23 orang. Luka ringan Ramadan 2011 tercatat 80 orang sementara  Ramadan 2010 hanya 9 orang. Jumlah kerugian materil selama Ramadan 2011 mencapai Rp139 juta sedang Ramadan 2010 mencapai Rp17 juta.
Sementara kasus laka lantas selama operasi ketupat pada 2011 juga mengalami peningkatan. Tahun 2011 tercatat 32 kasus yang terjadi pada H-7 dan 26 kasus yang terjadi pada H+7. Sedang pada 2010 sebanyak 10 kasus pada H-7 dan 22 kasus pada H+7. 
"Peningkatan jumlah meninggal ini karena evoria pengendara jelang lebaran meningkat, sementara sirkuit Trans Studio sudah ditutup, sehingga banyak lagi yang berkendara seenaknya," kata Hidayat.  
Hidayat menegaskan bahwa, pihaknya akan terus menekan jumlah pelanggaran lalu lintas di daerah ini. Salah satunya adalah dengan melakukan tindakan tegas terhadap pengendara yang kerap melanggar aturan lalu lintas. (hamsah umar)