Powered By Blogger

Sabtu, 26 November 2011

Korban Eksekusi Bertahan di Masjid


MAKASSAR, FAJAR--Eksekusi 18 rumah warga di Jalan Balaikota Lr 5E, RT II/RW II Kelurahan Baru Makassar, 15 November lalu masih menyisakan masalah bagi sebagian korban eksekusi. Hingga saat ini, sejumlah warga masih bertahan di masjid di lokasi eksekusi.
Warga yang bertahan di masjid ini karena merasa bingung akan tinggal dimana. Maklum, warga tersebut selama ini hanya mengandalkan rumah yang dibangun di atas tanah negara ini. Mau mencari rumah kontrakan, korban eksekusi ini juga berat karena kurang dana. Sementara biaya kontrak rumah di daerah ini juga cukup tinggi.
Di Masjid tersebut, setidaknya masih ada sekitar 4 kepala keluarga yang memilih bertahan, dari 27 kepala  keluarga yang dieksekusi di daerah ini. Korban eksekusi ini terpaksa tidur seadanya. Di tengah masjid, mereka memasang televisi untuk nonton bersama. Sejak dieksekusi, masjid di  kompleks ini memang terkesan tidak berfungsi lagi.
Marwan, salah seorang warga yang ditemui di masjid mengatakan bahwa dirinya dan warga lain terpaksa bertahan di masjid karena bingung akan kemana. "Kita baru mencari rumah kontrakan juga," kata Marwan.
Eksekusi belasan rumah di lokasi ini sejauh ini memang masih menyisakan pertanyaan dari para warga. Meski mereka diberi ganti rugi antara Rp5 juta hingga Rp9 juta, namun mereka tetap menyayangkan adanya dugaan praktik mafia hukum sehingga 150 jiwa di lokasi ini harus kehilangan tempat tinggal.
"Ini sebenarnya tanah negara. Cuma Ponima cs buatkan sertifikat secara keseluruhan. Saat itu asalannya sekadar pegangan jangan sampai digusur pemerintah. Rupanya dia yang memanfaatkannya," kata Marwan.
Selain dia, Sarifuddin juga menjadi korban eksekusi yang tetap bertahan di masjid. "Saya berusaha menjual rumah kayu dulu. Kalau sudah ada yang belum baru saya tinggalkan ini," kata Sarifuddin.
Eksekusi rumah di lokasi itu juga disayangkan. Pasalnya, salah satu warung milik warga bernama Hapsah juga dibongkar tim eksekusi, padahal rumah warung tersebut tidak termasuk yang disengketakan. Begitu juga, rumah Ketua RT yang tadinya tidak dieksekusi, juga mulai dikabarkan akan diambil pemohon eksekusi. (hamsah umar)                          

Kamis, 24 November 2011

Enam Tersangka Unhas Diinterogasi Malam


MAKASSAR, FAJAR--Enam mahasiswa Unhas yang dijadikan tersangka penyidik Polrestabes Makassar, dalam kasus bentrokan antarfakultas diinterogasi tim komisi disiplin (komdis) Unhas Rabu malam.
Informasi yang diperoleh, enam mahasiswa yang ditahan karena kepemilikan senjata tajam ini, diperiksa selama beberapa jam oleh tim komdis usai salat isya. Sama dengan mahasiswa lainnya, pemeriksaan dilakukan komdis untuk mencari tahu mahasiswa yang memicu tawuran, perusakan, pembakaran, maupun yang tertangkap kamera memiliki senjata tajam.
Informasi yang diperoleh, dua mahasiswa yang tertangkap tangan membawa parang dan golok sempat mengeluh di depan komdis. Dia berdalih kalau benda tajam tersebut baru saja akan dikembalikan setelah dia melakukan kegiatan pendakian. Maklum kedua mahasiswa itu tergabung dalam Mahasiswa Pencinta Alam.
Wakasatreskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar HS membenarkan pemeriksaan enam tersangka oleh komdis Unhas. Dalam pemeriksaan itu, pihaknya juga sempat mendampingi tim dari Unhas saat proses pemeriksaan berlangsung. "Malam baru tim Unhas berkesempatan datang, makanya proses pemeriksaan dilakukan malam hari," kata Anwar.
Terhadap enam mahasiswa ini, Anwar menegaskan bahwa polisi dalam waktu dekat akan melimpahkan berkas tersangka ke pihak kejaksaan, apalagi pemeriksaan saksi dan bukti pendukungan yang dibutuhkan sudah dianggap cukup.
Dalam kasus bentrokan antarfakultas di Unhas beberapa waktu lalu itu, komdis Unhas sejauh ini mengaku masih kesulitan mendeteksi nama mahasiswa yang melakukan pembakaran kampus, merusak, maupun yang menjadi provokator dalam kasus ini. 
Wakil Rektor III Unhas, Nasaruddin Salam menegaskan bahwa kesulitan itu karena belasan mahasiswa yang telah diperiksa mengaku tidak mengetahui sekitar 40 gambar yang telah diperlihatkan. "Cuma apakah benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Tapi kita juga sudah peringatkan mahasiswa kalau ketahuan bahwa mereka menyembunyikan identitas rekannya, maka  itu juga akan menjadi catatan bagi mahasiswa yang diperiksa," kata Nasaruddin.
Sejauh ini, Unhas sudah memeriksa belasan mahasiswa terkait kasus perkelahian antarmahasiswa ini. Namun, sejauh ini komdis mengaku belum mengidentifikasi mahasiswa yang ditengarai terlibat.
Yang pasti, Nasaruddin menegaskan bahwa mereka yang terbukti nantinya baik yang memiliki senjata tajam, perusakan, pembakaran, dan pemicu bentrokan akan diberikan sanksi keras berupa pemecatan.  (hamsah umar)                     

Atase Pertahanan Eropa Kunjungi Kodam


MAKASSAR, FAJAR--Sedikitnya 16 Atase Pertahanan (Athan) dari 14 negara melakukan kunjungan ke Kodam VII/Wirabuana, Kamis, 24 November. Rombongan Athan melakukan pertemuan dengan jajaran Kodam VII/Wirabuana di aula Bina Yudha.
Atase Pertahanan dari negara-negara sahabat ini terdiri dari Amerika Serika, Eropa, dan Asia. Dari Eropa dan Asia seperti Rusia, Inggris, Prancis, Kanada, Ceko, Singapura, Brunai Darussalam, Brazil, Laos, India, Malaysia, Fhilipina dan sejumlah negara lainnya.
Di Kodam VII/Wirabuana, Milat Tour 2011 ini diterima Inspektur Kodam (Irdam) VII Wirabuana, Kolonel Inf Toto S Moerasad, serta jajaran Kodam VII/Wirabuana. Dalam pertemuan itu, para atase pertahanan dari berbagai negara ini banyak melakukan pembicaraan utamanya mengenai wilayah Kodam VII/Wirabuana.
"Ini adalah kegiatan rutin dari atase pertahanan negara-negara sabahat. Awalnya dijadwalkan dari 32 negara, tapi yang datang cuma 14 negara," ujar Toto.
Kunjungan ini menurut Toto sebagai salah satu upaya untuk mempererat hubungan baik masing-masing negara sahabat, utamanya terkait dengan kerja sama militer dan bidang pertahanan yang selama ini sudah terjaling dengan baik. Juga sekaligus, memberikan gambaran menyangkut struktur dan wilayah kerja Kodam VII/Wirabuana.
"Apa yang dilakukan atase pertahanan negara-negara sahabat ini, juga dilakukan oleh atase pertahanan kita yang ada diluar negeri. Kunjungan ini paling tidak memperkenalkan objek wisata dan sejarah di wilayah Kodam VII/Wirabuana," tambah Toto.
Selain ke Kodam VII/Wirabuana, Athan dari 14 negara sahabat ini juga melakukan kunjungan ke Lantal IV, Koopsau II, serta melakukan kunjungan ke rujab gubernur Sulsel.
Ketua Milat Tour 2011, Col Tham Chong Yean mengatakan bahwa kunjungan ke wilayah Kodam VII/Wirabuana ini penting untuk memahami TNI di Indonesia termasuk yang ada di Makassar. "Indonesia sebagai negara besa, tidak bisa kita kenal kalau hanya di Jakarta. Makanya, setiap tahun Milat melakukan kunjungan," jelas Tham Chong.
Dalam melakukan kunjungan ke wilayah Kodam, Tham Chong mengatakan pihaknya melakukan koordinasi dengan Mabes TNI. Sebagai negara penting, silaturahmi seperti ini menurutnya sangat berguna dalam memaksimalkan kerja sama satu sama lain. (hamsah umar)              

Evakuasi Sandera Teroris Melalui Helikopter


MAKASSAR, FAJAR--Prajurit Yonif 700/Raider Kodam VII/Wirabuana, melumpuhkan sedikitnya 20 teroris yang menyusup ke kantor PT Telkom Regional VIII Sulsel, Kamis, 24 November.
Aksi teroris yang mencoba menguasai pusat telekomunikasi itu, dilakukan dengan menyandera salah seorang karyawan PT Telkom. Petugas TNI AD dari Yonif 700/Raider yang memiliki kemampuan penanganan teroris bergerak cepat melakukan penyelamatan, dengan terlebih dahulu melumpuhkan teroris.
Operasi penyelamatan sandera oleh teroris ini dibantu satuan penerbang TNI AU. Simulasi ini sempat menyita perhatian warga maupun karyawan PT Telkom sendiri. Kegiatan yang sama juga dilakukan di kantor bupati Gowa.
Begitu sandera berhasil diselamatkan dari para teroris, sandera kemudian dievakuasi prajurit TNI menggunakan helikopter. Pesawat TNI ini mendarat di belakang kantor Telkom. Aksi prajurit ini sebagai bentuk simulasi penanganan sandera  yang dilakukan teroris di kantor pemerintahan dan BUMN. 
Komandan Operasi yang juga Danyon 700/Raider Kodam VII/Wirabuana, Letkol Febriel Buyung Sikumbang, menegaskan simulasi ini sebagai bentuk jaminan prajurit TNI dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat. 
"Juga bertujuan memperkuat pertahanan pada pasukan ketika ada ancaman yang mungkin terjadi di Indonesia. Simulasi sengaja dilakukan di tempat yang dianggap vital dan berpotensi menjadi ancaman teroris," kata Febriel.
Dalam simulasi ini, prajurit TNI melibatkan karyawan Telkom untuk terlibat langsung dalam kegiatan ini utamanya yang dijadikan sebagai sandera. Sandera dalam simulasi ini adalah Seketaris Unit Corsumer Service Regional VII Sulsel, Muh Rusli. "Ini pertama kalinya saya terlibat dalam kegiatan TNI. Meski sudah disampaikan sebelumnya, namun kita tetap merasa tegang," katanya. 
Simulasi yang sama masih akan dilakukan prajurit Yonif 700/Raider di Bank Indonesia dan kantor bupati Maros pagi ini. (hamsah umar)  

Boby Baharuddin Ditetapkan Tersangka


*Dapat Narkoba dari Oknum Mahasiswa

MAKASSAR, FAJAR--Unit Narkoba Polres Pelabuhan resmi menetapkan Boby Baharuddin sebagai tersangka, kasus pemilikan narkoba jenis sabu-sabu, Kamis, 24 November. Dia resmi tersangka setelah pemeriksaan urine dan barang bukti narkoba dinyatakan positif.
Kasat Narkoba Polres Pelabuhan, AKP Jufri Natsir menyebutkan bahwa pemeriksaan barang bukti dari laboratorium sudah disampaikan positif. Kendati baru penyampaian lisan, namun dia memastikan keluarga dekat sekaligus tim sukses kandidat calon bupati di Jeneponto ini positif mengonsumsi sabu-sabu.
"Sudah ada hasilnya dia positif, sehingga dia kita tetapkan sebagai tersangka. Saat ini kami masih melakukan pengembangan untuk menangkap jaringannya," kata Jufri.
Dia mengungkap bahwa tersangka tersebut dibuntuti petugas kepolisian dari salah satu perumahan di Tanjung Bunga. Di daerah itu, Boby diketahui sudah melakukan pesta sabu-sabu, namun belum diketahui apakah dia sendiri yang mengonsumsi sabu-sabu atau melibatkan rekannya.
Diduga karena belum puas dengan sabu-sabu yang dikonsumsi di Tanjung Bunga, tersangka yang pulang ke rumahnya di BTN Wesabbe ini terlebih dahulu singgah di salah satu kampus di Jalan Urip Sumoharjo. Di kampus itu dia bertransaksi atau membeli sabu-sabu atau ganja dari salah seorang oknum mahasiswa bernama An.
Usai membeli sabu-sabu seharga Rp500 ribu itu, Boby melanjutkan perjalanan ke rumahnya. Saat sudah hendak tiba di rumahnya, polisi langsung menyergapnya dan melakukan penggeledahan sehingga ditemukan sabu-sabu serta tiga linting ganja. "Dia saat itu sendiri dengan menggunakan mobil rental," kata Jufri.
Saat diinterogasi polisi, Boby (39) mengaku bekerja sebagai pengawas proyek di Jeneponto. Untuk pengembangan lebih lanjut, polisi mengaku sementara melakukan pengejaran terhadap oknum mahasiswa yang menjadi tempat tersangka membeli barang terlarang tersebut. (hamsah umar)