*Di Wajo, Warga Lawan Intimidasi Bupati
MAKASSAR, FAJAR--Kesederhanaan Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar tak hanya ditunjukkan dengan berobat di poliklinik RS Andi Djemma, juga saat bepergian.
Saat berangkat salat tarawih di Masjid Jami Bupon, Luwu Kamis malam, Aziz lagi-lagi menunjukkan karakter kesederhanaannya, dengan hanya naik motor (dibonceng) dari rumah keluarga ke masjid yang berjarak sekitar 1 kilometer, meski harus melawan dinginnya malam. Di masjid itu, Aziz ceramah tarawih.
Pulang dari masjid, Aziz mampir di rumah rakyat Bupon dan berbaur dengan masyarakat kecil yang ada di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon. “Saya datang ke sini untuk meyakinkan semua keluarga Wija to Luwu bahwa saya maju untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kekuasaan," kata Aziz.
Sementara saat Aziz hendak ceramah Jumat di Masjid Nurul Yaqin, Desa Keera, Kecamatan Keera Wajo, Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru sekaligus Ketua DPD Golkar Wajo melalui camat dan kelapa desanya kembali mengintimidasi dan berusaha melarang Aziz ceramah. Namun, etikad buruk itu langsung mendapat perlawanan warga yang sudah menanti sosok Aziz ceramah, kendati harus dijaga ketat 48 personel polisi bersenjata lengkap.
"Sehari sebelumnya (Kamis, red) aparat pemerintah mengumumkan bahwa Aziz dilarang khutbah di Keera. Saya juga menduga bahwa aparat dari atas yang memerintahkan," ujar tokoh masyarakat Keera, Alwi.
Laporan pelarangan ini kemudian disampaikan warga ke tim Ilham-Aziz di Wajo. “Sebenarnya pemerintah melarang, tetapi masyarakat melawan bahwa ustaz harus khutbah," kata Ketua DPC Partai Demokrat Wajo, Rahman Rahim.
Aziz dalam khutbahnya menyampaikan keutamaan Ramadhan. Seperti biasa, Aziz tidak sedikit pun menyinggung masalah politik. “Seharusnya aparat ikut salat Jumat di sini, biar mereka tahu isi khutbah ustadz tidak ada sedikit pun menyinggung politik," celetuk salah seorang jemaah.
Terhadap pelarangan dirinya, Aziz mengatakan tugas pemerintah seharusnya menegakkan keadilan bagi semua warga. Tidak pantas kepala desa dan camat menghalang-halanginya untuk menyampaikan khutbah atau ceramah. "Kalau melarang saya masuk masjid, itu sama dengan melarang ikan masuk kolam,” tegas Aziz.
Pelarangan ini merupakan salah satu bentuk politik yang tidak sehat dan intimidatif. Karena itu, kepada pendukungnya, ia mengimbau agar bersifat seperti lebah. “Lebah itu membawa rahmat, tetapi begitu dia diganggu, maka kejar sampai mati,” tegasnya.
Jubir Ilham-Aziz, Syamsu Rizal MI mengatakan bupati sebagai pembina parpol di Wajo seharusnya tidak arogan dan melarang aktivitas keagamaan, Walau dia seorang ketua partai. "Sebagai pembina parpol, seharusnya dia ikut bertanggung jawab. Tidak boleh lepas tangan begitu saja, apalagi melarang kandidat bersosialisasi," kata Rizal. (hamsah umar)