Powered By Blogger

Selasa, 22 Januari 2013

Zulkifli Kritik KPU Sulsel


MAKASSAR, FAJAR--Sikap KPU Sulsel yang mengabaikan hak pilih warga yang sedang sakit maupun keluarganya, dikritik mantan Ketua KPU Makassar, Zulkifli Gani Otto. KPU Sulsel tidak semestinya mengesampingkan hak politik mereka dengan dalih apa pun.
Kalau pun KPU Sulsel tidak menyiapkan TPS khusus atau TPS di dalam area rumah sakit, KPU Sulsel semestinya menyiapkan kotak suara berjalan dalam artian petugas KPU yang datang ke rumah sakit termasuk dari kamar ke kamar. Pola seperti ini sudah biasa dilakukan KPU pada pemilu lalu.
"Itu adalah kekeliruan yang dilakukan KPU karena tidak mengakomodir mereka. Padahal para pemilih ini juga harus diberi kesempatan untuk menyalurkan hak suaranya. KPU semestinya tetap melayani warga yang ada di rumah sakit," kata Zulkifli, Senin, 21 Januari.
KPU sebagai penyelenggara pilgub harus menjadi pelayan masyarakat Sulsel yang memiliki hak pilih, bukan sebaliknya. Zulkifli bahkan menegaskan, pasien di rumah sakit ini tidak perlu ada surat keterangan pindah memilih atau formuliar A8 sebagaimana penegasan KPU. Sepanjang mereka memiliki KTP Sulsel, KPU mestinya memberi kesempatan kepada mereka untuk menentukan pemimpinnya.
Bahkan kata Zulkifli, kotak suaras berjalan itu bisa saja ke rumah warga yang sedang sakit utamanya tokoh-tokoh Sulsel seperti mantan gubernur yang sudah tidak bisa ke TPS, atau tokoh masyarakat Sulsel lainnya. Contohnya tokoh Sulsel, Andi Sose yang dilaporkan saat ini kurang sehat. "Ini juga akan mengharukan utamanya tokoh Sulsel. Seperti yang pernah kami lakukan terhadap Andi Mattalatta yang saat itu kami datangani di rumahnya. Ini sangat mulai karena ada perasaan haru," tambah Zulkifli.
Apalagi, KPU sudah menyiapkan kertas suara cadangan sehingga tidak wajar ketika KPU beralasan kertas suara terbatas. Dia bahkan melihat, sikap KPU Sulsel yang mengabaikan pemilih di rumah sakit dan tempat umum lainnya terkesan melanggar hak politik warga Sulsel.
Direktur Jenderal Kesbangpol Kemdagri, Ahmad Tanribali Lamo yang ditemui terpisah di KPU Sulsel menegaskan penyediaan TPS khusus seperti rumah sakit, Lapas, Rutan dan tempat umum lainnya sangat memungkinkan dilakukan. "TPS khusus itu tetap memungkinkan ada. Tapi saya tidak tahu juga apa yang menjadi pertimbangan KPU sehingga tidak menyiapkan TPS khusus," kata Tanribali.
Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas beralasan tidak adanya TPS khusus disiapkan di tempat umum seperti rumah sakit, karena tidak ada DPT di rumah sakit juga tidak pernah perkirakan kapan seseorang akan sakit. "Surat suara juga kita cetak sesuai jumlah DPT plus cadangan. Tapi mereka yang memiliki formulir A8 akan tetap kita layani seperti mendatangi mereka," kata Jayadi. (hamsah umar)    

Quick Count Bukan Penentu


MAKASSAR, FAJAR--Publik Sulsel tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui siapa gubernur Sulsel 2013-2018. Meski pemilihan baru dilakukan hari ini, warga Sulsel sudah bisa mengetahui gubernur pilihan rakyat sore ini, paling lambat pukul 17.00 Wita.
Kepastian bahwa warga Sulsel di 24 kabupaten/kota sudah bisa mengetahui gubernurnya sore, karena sejumlah lembaga survei akan melakukan quick count atau perhitungan cepat. Beberapa lembaga yang melakukan hitung cepat seperti Celebes Research Centre (CRC), Jaringan Suara Indonesia (JSI), dan Adyaksa Supporting House. Lembaga lain seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan PT Lingkaran Survei Indonesia (PT LSI) juga dilaporkan melakukan hal yang sama.
Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas mempersilahkan siapa saja lembaga melakukan hitung cepat. "Tapi harapan saya laporan perhitungan suara dari TPS itu setelah perhitungan betul-betul selesai. Saya juga ingin sampaikan bahwa kami tidak pernah melarang lembaga survei menggelar quick qount," tandas Jayadi.
Kendati berdasar pengalaman quick count selama ini 100 persen benar, Jayadi tetap berharap masyarakat Sulsel tetap menunggu hasil rekapitulasi manual yang dilakukan KPU. "Karena rekapitulasi inilah yang menjadi penentu bagi KPU, quick count bukan acuan apalagi hanya mengabil sampel," kata Jayadi.
Lembaga survei yang melakukan quick count ini bahkan ada yang menggandeng televisi lokal untuk siaran langsung. Proses perhitungan cepat ini diperkirakan mulai dilakukan pukul 14.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita.
Informasi yang diperoleh FAJAR, JSI akan melakukan quick count dari Jade 3 Hall, Grand Clarion & Convention Makassar, CRC di Hotel Sahid Makassar, sedang Adyaksa menggelar hitung cepat di Hotel Santika Makassar.  Lembaga-lembaga survei ini berjanji akan mempublikasikan hasil hitung cepatnya paling lambat pukul 17.00 Wita.
Untuk quick count JSI, akan menghadirkan langsyng Direktur Riset JSi, Eka Kusmayadi. Untuk perhitungan cepat ini, jumlah sampel TPS yang digunakan lembaga ini cukup terbatas. JSI misalnya hanya mengambil sampel sebanyak 330 TPS dari 15.601 TPS di Sulsel. "Jadi kita mengambil sampel sebanyak 330 TPS se-Sulsel," kata Manajer Strategi Pemenangan JSI, Irfan Jaya.
Direktur Eksekutif CRC, Herman Heizer juga menegaskan melakukan quick count pilgub Sulsel. Selain pilgub, lembaga survei yang satu ini juga melakukan hal sama untuk pilwalkot Palopo dan Pemilukada Bone. Untuk pilgub Sulsel, Herman menyebut jumlah sampel TPS mencapai 300 TPS, pilwalkot Palopo 300 TPS, dan pemilukada Bone 200 TPS.
"Quick count untuk pilgub Sulsel, pilwalkot Palopo, dan pemilukada Bone kita lakukan bersamaan. Hasil perhitungan cepat ini kita rencanakan diumumkan pukul 17.00 Wita," kata Herman. (hamsah umar)      

Mendagri Ikut Pantau Pilgub Sulsel


*KPU Libatkan 450 Pemantau

MAKASSAR, FAJAR--Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Gamawan Fauzi memberi perhatian khusus pelaksanaan pilgub Sulsel. Buktinya, Mendagri bersama Polri ikut memantau langsung proses pencoblosan yang berlangsung Selasa, 22 Januari hari ini.
Rencana Mendagri dan perwakilan Polri memantau langsung proses pencoblosan pilgub Sulsel ini disampaikan Kapolda Sulsel, Irjen Mudji Waluyo kemarin. Bahkan Direktur Jenderal Kesbangpol Kemdagri, Ahmad Tanribali Lamo kemarin mendadak melakukan pertemuan dengan KPU Sulsel di kantornya.
"Jadi Mendagri akan satu rombongan dengan perwakilan Polri akan memantau hari pencoblosan besok. Saya kira, kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk melihat pilgub Sulsel ini berjalan sebagaimana harapan kita semua," kata Mudji.
Adapun Tanribali berharap, pilgub Sulsel yang dilakukan hari ini diharapkan bisa menjadi contoh pilgub damai di 2013. Apalagi Sulsel adalah daerah pertama yang menggelar pemilihan di 2013 ini. "Berdasar laporan dari teman di KPU kondisinya relatif kondusif dan aman. Dari KPU sendiri semua persiapan sudah siap," kata Tanribali.
Dia mengingatkan tiga cagub Sulsel agar sebisa mungkin menjaga suasana tenang. Namun dia berharap petugas keamanan juga tetap harus siap mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan. "Saya juga imbau masyarakat gunakan hak pilih. Saya kira masyarakat perlu penjelasan kalau memang mereka tidak mendapat undangan bisa menggunakan KTP," kata Tanribali.
Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas menyebutkan untuk pilgub Sulsel ini sedikitnya 450 pemantau independen yang turun. Mereka berasal dari dua lembaga berbeda yakni Badan Independen Penelitian, dan Komunikasi Publik (BIPKP) dan Lembaga Komunitas Peduli Lingkungan Ekonomi Sosial (L-Kompleks). Ratusan pemantau pilgub ini dilengkapi identitas dari KPU Sulsel.
"Jadi itu terdata di KPU sebagai pemantau independen di pilgub Sulsel. Tapi pada dasarnya semua masyarakat Sulsel berhak melakukan pemantauan pilgub, karena juga juga menjadi harapan kita semua," kata Jayadi Nas. (hamsah umar)


   

Optimis Menang


MAKASSAR, FAJAR--Tiga calon gubernur Sulsel sama-sama memiliki optimisme memenangkan pilgub Sulsel hari ini. Mereka memiliki parameter yang menjadi acuan untuk menyatakan kemenangan akan berpihak padanya.
Pasangan urut 3, Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na), menyatakan bahwa optimisme bisa menang di pilgub Sulsel ini bukan suatu hal yang mengada-ada, melainkan ada parameter dan tolak ukurnya. Salah satu tolak ukur besarnya adalah faktor geopolitik.
Dari pertimbangan geopolitik ini, Garuda-Na menyakini mampu memang di beberapa kabupaten/kota seperti Bulukumba, Sinjai, Bone, Ajatappareng (Parepare, Sidrap, Pinrang, Barru, dan Enrekang), begitu juga Tana Toraja dan Toraja Utara. Sedang untuk daerah lain yang tidak masuk wilayah geopolitik Garuda-Na, pasangan ini optimis mampu menjadi pemenang kedua di basis lawan misalnya di Gowa pasangan ini yakin jadi pemenang kedua setelah Sayang.
Tim pemenangan Garuda-Na, Andi Kilat Karaka menyebutkan dilihat dari sosok Rudiyanto, bupati Sinjai dua periode ini yakin meraih suara mayoritas dibanding calon lain di Bone, Sinjai, dan Bulukumba. "Karena ketiga kabupaten ini adalah daerah leluhur Pak Rudiyanto," kata Kilat Karaka.
Sedang untuk Ajatappareng, wilayah ini akan menjadi basis Andi Nawir Pasinringi, karena di wilayah ini mantan bupati Pinrang dua periode itu memiliki keluarga besar di daerah tersebut. "Sehingga pendekatan itu kami sangat yakin Garuda-Na menang di Ajatappareng," lanjut Kilat Karaka.
Sedang untuk Tana Toraja dan Toraja Utara, sosok Rudiyanto juga memiliki hubungan emosional dengan warga di daerah wisata itu. Itu karena istrinya, Felicitas Tallulembang R Asapa adalah warga asli Tana Toraja. Belum lagi, daerah ini menjadi salah satu basis pendukung Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra, Prabowo Subianto, itu jika melihat hasil pilpres lalu dimana Prabowo yang mendampingi Megawati Soekarnoputri mendapat suara signifikan.
Selain pendekatan geopolitik dan hubungan emosional, Garuda-Na juga sangat yakin mampu meraih dukungan besar warga Sulsel. Kerja politik kader Gerindra utamanya yang akan maju mencalonkan bupati atau caleg pada pileg 2014 mendatang juga sangat intens. "Di Gerindra itu adalah kekuatan politik bahwa kita harus menang di pilgub kalau ingin berhasil di pemilukada atau pileg. Jadi tekan memenangkan Garuda-Na ini yang membuat kader Gerindra kerja mati-matian," sebut Kilat Karaka.
Belum lagi kata dia, sejumlah sayap Partai Gerindra juga banyak memberikan kontribusi nyata dan kerja nyata yang mendapat simpati masyarakat luas. Termasuk sayap pemenangan Prabowo Subianto untuk pilpres 2014 mendatang. (hamsah umar)

Opini Publik Perlu Dinetralisir


MAKASSAR, FAJAR--Pilgub Sulsel memasuki tahap paling krusial hari ini. Karena itu, masyarakat Sulsel diharapkan berpartisipasi aktif untuk mengawal pilgub Sulsel damai, termasuk menetralisir opini publik yang berpotensi memicu miskomunikasi.
Harapan ini terungkap dalam pertemuan Forum Dosen Sulsel dan jajaran Polda Sulsel di Grand Clarion & Convention kemarin. Harapan agar opini publik dinetralisir karena hingga masa tenang, sikap saling menyerang dalam bentuk pesan iklan masih menghiasi media cetak di daerah ini.    
"Kelompok independen dan pihak-pihak lain saya kira perlu berupaya menetralisir opini publik. Ini untuk mengatasi dan meminimalisir kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Termasuk saya kira sudah saatnya tokoh nasional Sulsel seperti JK angkat bicara," kata anggota Forum Dosen Sulsel, Azwar Hasan.
Meski tiga cagub sudah sepakat pilgub damai, namun kenyataan masih banyak gejala yang patut diwaspadai utamanya pihak kepolisian. Itu karena masih termanifestasi  pesan yang saling menyerang. Pada hari H misalnya, titik paling krusial yang patut diwaspadai adalah setelah hasil quick count diumumkan oleh lembaga yang menggelar perhitungan cepat.
Pertemuan Forum Dosen ini dihadiri antara lain Adi Suryadi Culla, Hambali Thalib, Arqam Azikin, Akhyar Anwar, Firdaus Muhammad, Muzakkir, Marwan Mas, Kapolda Sulsel Irjen Mudji Waluyo, Kepala Korps Brimob Polri Irjen Unggung Cahyono, Wakapolda Sulsel Brigjen Syahrul Mamma, Direktur Intelkam Polda Sulsel Kombes Gunawan, Direktur Binmas Kombes Chevy Ahmad Sopari dan sejumlah pihak lainnya.
Koordinator Forum Dosen, Adi Suryadi Culla menyatakan berdasar hasil pertemuan forum ini dengan tiga cagub Sulsel, disimpulkan bahwa ketiga cagub yang bertarung ini tetap ada potensi ketidakpuasan masing-masing. Itu berdasar apa yang selama ini dialami. Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinring (Garuda-Na) misanya banyak menyoal penyelenggara pemilu dan netralitas PNS, Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) mengkhawatirkan kecurangan, sedang Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) menyoal soal netralitas penyelenggara.
"Jadi hasil analisa Forum Dosen bahwa ada sejumlah ketidakpuasan ketiga kandidat ini. Saya kira, ketidakpuasan ini bisa memicu potensi konflik, sehingga hal-hal seperti ini perlu diantisipasi," imbuh Adi Culla.
Arqam Azikin berharap tiga cagub Sulsel tidak perlu terlalu senang dengan hasil pilgub Sulsel hari ini. Dia berharap IA, Sayang, Garuda-Na tetap menenangkan massa termasuk tidak melakukan konvoi begitu hasil quick qount diumumkan.
Kapolda Sulsel, Irjen Mudji Waluyo berbagai masukan akademisi ini akan jadi parameter kepolisian dalam mengambil langkah. Dia pun mengajak masyarakat Sulsel untuk berpartisipasi aktif mewujudkan pemilu yang aman dan berkualitas. Dia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak coba-coba membuat tindakan yang bisa membuat situasi tidak stabil di Sulsel.
"Kami tidak segan-segan melakukan tindakan tegas yang terukur. Tetapi kita tetap kedepankan tindakan preventif dalam setiap tindakan," kata Mudji.
Direktur Direktorat Intelkam Polda Sulsel, Kombes Gunawan menyatan beberapa kajian mengenai potensi konflik tetap dipantau. Titik-titik rawan yang diperkirakan seperti warga yang tidak mendapat undangan pemilih, pergerakan suara dari TPS ke PPS, PPK, dan KPU, pergerakan massa. "Beberapa kejadian mengarah konflik seperti di Bulukumba, Siwa, ketidaknetralan pejabat dan SMS gelap yang banyak beredar," kata Gunawan. (hamsah umar)