Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2011

42 Guru dan Sepuluh Blogrer Diberi Penghargaan


MAKASSAR, FAJAR--Sedikitnya 42 guru serta 10 blogger mendapat penghargaan dari Satlantas Polrestabes Makassar. Guru dan blogger yang mendapat penghargaan ini adalah mereka yang dianggap berhasil memasukkan pengintegrasian pendidikan lalu lintas dalam mata pelajaran PKn.
Guru yang mendapat penghargaan ini utamanya tergabung dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata  Pelajaran (MGMP), pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA sederajat. Materi yang diintegrasikan ke mata pelajaran PKn ini seperti rambu-rambu lalu lintas.
Sementara dari blogger berupa cerita mengenai keselamatan berlalu lintas yang dianggap bisa memberikan contoh dan pelajaran bagi para siswa di sekolah di daerah ini. Karya tulis blogger ini nantinya akan dibuat dalam bentuk buku dan dilengkapi dengan karikatur.
"Cerita sepuluh blogger ini akan kita sajikan dalam bentuk  buku. Nah supaya mudah dan enak dibaca oleh pelajar, akan kita buat menggunakan karikatur," kata Kasat Lantas Polrestabes Makassar, AKBP Muh Hidayat.
Hidayat menambahkan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini sebenarnya adalah sosialisasi kesadaran berlalu lintas di tengah masyarakat luas. Untuk lomba karya tulis, peserta diikuti sebanyak 72 orang dari  berbagai kalangan di Indonesia. Untuk blogger sendiri pemenang ada yang berasal dari Jakarta, Bulukumba, Makassar, Soroako, Bekasi dan Yogyakarta.
Pemenang karya tulis ini  berasal dari kalangan guru, penulis, aktivis LSM, blogger, jurnalis, traveler, hingga ibu rumah tangga. IRT yang masuk sepuluh pemenang karya tulus keselamatan berlalu lintas berasal dari Makassar  bernama Ni Nyoman Anna Marthanti. (hamsah umar)
                

Warga Tangkap Residivis Jambret


MAKASSAR, FAJAR--Dua warga Jalan Tinumbu Lr 148 Makassar, Safaruddin (20) dan Mana (19) yang merupakan residivis jambret ditangkap warga dan petugas Polsekta Biringkanaya, Kamis, 22 Desember.
Kedua residivis jambret itu ditangkap di lokasi berbeda. Safaruddin ditangkap oleh warga di depan Kantor Camat Biringkanaya sehari sebelumnya. Sementara, Mana ditangkap penyidik Polsekta Biringkanaya di rumah neneknya di Kampung Tabua, Kecacamatn Barangdasi Maros siang kemarin.
Penangkapan kedua residivis jambret yang juga tercatat pernah ditangkap di Polsekta Rappocini ini, setelah melakukan jambret di Jalan Tol. Korbannya adalah warga Jalan Cakalang Makassar, Arika Afra. 
Kejadian bermula saat korban mengendarai sepeda motor dari Maros  menuju rumahnya dengan melewati jalur luar tol. Kedua tersangka yang melihat korban hanya menggantung tasnya di pinggangnya langsung memepet korban. Begitu merasa memiliki kesempatan untuk merampas tas milik korban, pelaku langsung menarik paksa tas korban.
"Korban sempat berhenti di depan kantor camat. Saat itulah pelaku yang membuntuti korban merampasnya dan melarikan diri. Namun saat akan melarikan diri itu, pelaku jatuh dan menabrak motor yang parkir di dekat kantor camat. Safaruddin dan motornya diamankan warga," kata Panit II Reskrim Polsekta Biringkanaya, Iptu  Surono H Wata. 
Sementara Mana berhasil melarikan diri dari kejaran warga. Setelah berselang satu hari, polisi akhirnya berhasil menangkapnya di rumah  keluarganya kemarin. "Satu tersangka yang sempat kabur memilih bersembunyi di rumah neneknya di Maros," tambah Surono.
Sebelum kedua tersangka melakukan aksi jambret ini, tersangka diketahui baru saja mengantar jenazah tetangganya di pekuburan Sudiang. Saat pulang  itulah, tersangka memanfaatkan momen untuk melakukan jambret terhadap warga. Kedua tersangka saat ini sudah diamankan Polsekta Biringkanaya.  (hamsah umar)                

Rabu, 21 Desember 2011

Tembok The Mutiara Tidak Layak


*Hasil Kajian Ahli Unhas

MAKASSAR, FAJAR--Konstruksi tembok perumahan elit The Mutiara milik PT Mutiara Property, yang ambruk 4 Desember lalu tidak sekadar akibat faktor cuaca. Petaka yang mengakibatkan delapan orang meninggal dunia ini juga karena konstruksi bangunan tidak layak akibat konstruktsi tidak memenuhi kriteria ideal.
Fakta bahwa tembok perumahan milik Kiplongang Akemah alias Along ini tidak sesuai kriteria ideal ini berdasarkan hasil kajian sementara tim ahli Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas. Berdasar gambar serta observasi yang dilakukan tim ahli di lapangan, tim berkesimpulan kalau tembok The Mutiara ini tidak memenuhi kriteria ideal. 
Karena tidak memenuhi kriteria ideal itulah sehingga tembok setinggi tujuh meter itu, tidak mampu  menahan beban atau timbunan yang ada di  perumahan tersebut. Belum lagi, kondisi timbunan pada saat kejadian belum sempurnah sehingga semakin membuat tanah di lokasi itu lemah, hingga akhirnya terjadi longsoran.
"Setelah kita melakukan pengecekan, kita temukan kalau kriteria ideal struktur bangunan tidak memadai. Di sini ada kesenjangan struktur bangunan dengan beban yang ada," kata Koordinator Tim Ahli Unhas yang juga Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas, Prof Lawalenna Samang, Rabu, 21 Desember.
Mengenai konstruksi bangunan yang dianggap tidak memenuhi kriteria ideal, Lawalenna menyebutkan bahwa ada beberapa kriteria dalam struktur bangunan tersebut yang tidak terpenuhi. Mulai dari  bangunan bawah hingga atas. Yang pasti menurut dia, konstruksi tembok penahan timbunan yang cukup tinggi itu terlalu tipis. Mestinya, tembok yang menahan beban ini dibangun lebih tebal. "Kelihatan kalau ukurannya tipis," tambahnya.
Soal hasil resmi hasil kajian tim ahli Unhas ini, Lawalenna menyatakan bahwa laporan penelitian tim ini diupayakan sudah bisa disampaikan kepada pemkot maupun pihak terkait lainnya pekan ini. "Kita rencana hasilnya sudah kita serahkan pekan ini ke wali kota," kata Lawalenna.
Hasil kajian tim ahli Unhas yang menyebutkan konstruksi bangunan tidak memenuhi kriteria ideal ini, semakin menyakinkan kalau proses pembangunan tembok yang dibawahnya ada bangunan rumah itu akibat adanya kelalaian pihak terkait. Polisi sendiri sejak awal menegaskan kalau ambruknya  tembok The Mutiara hingga mengakibatkan delapan orang tewas, serta puluhan orang meninggal dunia ini akibat kelalaian.
Dalam proses penyidikan kasus tembok The Mutiara ini, polisi masih melakukan pemeriksaan sejumlah saksi, termasuk menjadwalkan pemeriksaan camat dan lurah. Namun, di tengah keyakinan polisi bahwa kasus ini ada kelalaian, penyidik masih ragu untuk menetapkan tersangkanya. (hamsah umar)     
      
                                       

1.270 Prajurit Linud Latihan Terjun Taktis


MAKASSAR, FAJAR--Sedikitnya 1.270 prajurit Brigade Infanteri (Brigif) Linud III/Kostrad yang terdiri dari 635 prajurit Yonif Linud 432/WSJ Kariango dan 635 Yonif Linud 433/JS mengikuti latihan terjun taktis di Pangkalan Brigif Linud III/TBS, Kariango Maros, Rabu, 21 Desember.
Prajurit Satuan Lintas Udara Brigif Linud III/TBS ini cukup menyita perhatian apalagi ada seribuan prajurit yang terjung taktis dari udara. Dari ketinggian, prajurit yang menggelar latihan terjun taktis dalam rangka lebih meningkatkan kemampuannya itu terlihat ramai.
Latihan terjun taktis ini dipimpin oleh Kepala Staf Kostrad, Mayor Jenderal Zahari Siregar. Zahari menyatakan bahwa latihan terjun payung ini bukan pertama kalinya dilakukan oleh para prajurit cadangan lintas udara ini. Namun latihan taktis ini merupakan latihan terakhir pada 2011, setelah sebelumnya mereka sudah banyak melakukan latihan serupa.
Zahari menyebutkan, latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan unsur pimpinan dan satuan tempur dalam melaksanakan latihan terjun taktis.
Para prajurit lintas udara yang mengikuti latihan terjun taktis ini diharapkan mampu menguasai dan mahir dalam melaksanakan kegiatan di marshalling area, pemindahan udara, serbuan linud, serta mahir dalam pertahanan tumpuan udara. Sebagai prajurit cadangan, Zahari berharap prajurit lintas udara ini bisa lebih profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Apalagi, satuan lintas udara ini merupakan satuan strategis angkatan udara yang setiap saat harus siap diterjunkan dalam suatu operasi yang dibutuhkan. 
Pada kesempatan ini, Zahari sempat mengeluhkan keterbatasan pesawat angkut pasukan yang dimiliki Brigif Linud III/Kostrad. Dalam latihan yang melibatkan seribu lebih prajuri kemarin saja, pesawat yang dibutuhkan idealnya antara 9-12 pesawat angkut.
"Namun dalam latihan ini, kita hanya memiliki satu pesawat angkut. Terlepas dari semua itu, para prajurit lintas udara tetap semangat dalam menjalankan latihan. Ke depan, kami tentu berharap akan ada dukungan untuk melengkapi sarana dan prasarana persenjataan yang dibutuhkan," kata Zahari. (hamsah umar)

Bidan Asal Majene Raih Srikandi Award


*Berjasa Tekan Kematian Ibu dan Anak

MAKASSAR, FAJAR--Seorang bidan asal Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Sri Ariati berhasil menyisihkan ribuan bidan dari seluruh Indonesia yang mengikuti Srikandi Award 2011, yang digelar PT Sari Husada Tbk, Selasa malam, 20 Desember di Balai Kartini Jakarta.
Srikandi Award yang digelar Sari Husada ini merupakan yang ketiga kalinya, dengan sasaran bidan yang dianggap memiliki jasa dalam menekan angka kematian ibu dan anak. Dengan keberhasilan yang diraih Ariati ini, dia  berhak mendapat penghargaan dari PT Sari Husada, serta bantuan guna mendukung suksesnya program yang dicanangkan yakni "Melebur Adat di Bumi Mandar".
Publik Relation Konsultan Sari Husada, Novi Kusumadewi dalam rilisnya yang disampaikan kepada FAJAR menjelaskan bahwa, Srikandi Award 2011 Sari Husada ini berbeda dari tahun sebelumnya. Pasalnya, panitia hanya memilih 9 nominasi terbaik dari tiga kategori yang dilombakan.
"Bidan asal Majene ini berhasil menjadi yang terbaik kedua pada kategori Tantangan Budaya. Ariati menyebut bahwa di daerahnya, wanita yang baru saja melahirkan terbiasa menimba air di sumur padahal itu membahayakan. Tradisi ini yang coba ditiadakan Ariati sehingga mendapat apresiasi dari tim juri," jelas Novi.
Kategori yang diperlombakan dalam Srikandi Award 2011 Sari Husada selain kategori Tantangan Budaya, juga promosi kesehatan serta pemberdayaan ekonomi. Setiap kategori disaring tiga peserta terbaik.
"Srikandi Award ini merupakan penghargaan kepada para bidan yang telah berjasa dalam membantu mengurangi angka kematian ibu dan anak. Apresiasi ini diberikan oleh Sari Husada yang juga memiliki komitmen penuh dalam menyediakan produk bernutrisi untuk ibu dan anak," jelas Novi. 
Penganugerahan Srikandi Award ini dihadiri lebih dari 300 tamu dari berbagai kalangan, antara lain para pengurus dan anggota Ikatan Bidan Indonesia (IBI), pejabat pemerintah dari beberapa instansi serta LSM. Salah satu yang hadir Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs, Prof Nila Moeloek, Wakil Menteri Kesehatan, Prof Ali Gufron Mukti, dan Ketua BKKBN, Sugiri Syarief.
Novi menambahkan, Srikandi Award 2011 diberikan kepada sembilan bidan inspirasional yang telah memberikan inspirasi kepada masyarakat melalui program sosial kemasyarakatan menyangkut ibu dan anak secara mandiri di sekitar wilayah tempat tinggal mereka. "Ini bentuk dukungan kami dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta pemberian nutrisi yang terbaik," katanya. (sah)

Pemenang Kategori Pemberdayaan Ekonomi:
1. Bidan Kesih dari Bandung, Jawa Barat
2.Bidan Sri Partiyah dari Magetan, Jawa Timur 3. Bidan Sri Puayah dari Musi Rawas, Sumatera Selatan

Pemenang Kategori Promosi Kesehatan:
1.Bidan Dewi Susila dari Deli Serdang, Sumatera Utara
2. Bidan Ni Nyoman Rai Sudani dari Badung, Bali
3. Bidan Ponirah dari Banten, Tangerang

Pemenang Kategori Tantangan Budaya:
1. Bidan Meiriyastuti dari Tebo, Jambi 
2. Bidan Sri Ariati dari Majene, Sulawesi Barat
3. Bidan Rosalinda Delin dari Belu, Nusa Tenggara Timur